Demokrat menyebut Presiden Amerika Serikat Donal Trump tidak bisa bekerja dan membahayakan negara. Trump menyalahkan mantan Presiden AS Barack Obama sehingga bisa terpilih dalam Pemilu 2016.
Oleh
kris mada
·5 menit baca
WISCONSIN, KAMIS — Partai Demokrat memperlakukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara berbeda. Alih-alih meremehkan seperti pada Pemilu 2016 yang berujung pada kekalahan Hillary Clinton, Demokrat kini menggambarkan Trump sebagai orang berbahaya. Selama tiga hari konvensi nasional, Demokrat mengajak warga menggunakan hak pilihnya.
Pada hari ketiga Konvensi Nasional Demokrat, Rabu (19/8/2020) malam waktu Wisconsin atau Kamis pagi WIB, Clinton menjadi salah satu pembicara. Demikian pula mantan Presiden AS Barack Obama, penyanyi Billie Eilish, Senator Elizabeth Warren, hingga mantan anggota DPR AS, Gabby Giffords. Semua pidato direkam di studio karena pandemi Covid-19 tidak memungkinkan Konvensi Nasional Demokrat (DNC) 2020 digelar lewat cara lama. Biasanya, konvensi nasional partai digelar dalam bentuk pertemuan ribuan orang dan dipenuhi pidato penuh semangat. Kini, DNC 2020 digelar secara virtual dan disiarkan dari Milwaukee, Wisconsin.
”Kita punya presiden yang memakai tragedi sebagai senjata politik,” kata Kamala Harris, yang kemarin secara resmi mengumumkan menerima penetapan sebagai calon wakil presiden AS dan mendampingi Joe Biden dalam pemilu.
Pidato Harris ditayangkan dua kali selama hari ketiga DNC 2020. Pertama, video singkat yang direkam di belakang panggung dengan latar penuh kotak peralatan. Video kedua direkam di studio. Sebelum rekaman video kedua disiarkan, panitia DNC menayangkan adegan seorang ibu kulit hitam yang menggendong anak balita perempuan. ”Kamu mau menjadi wakil presiden AS?” kata ibu itu kepada anaknya.
Dengan pidato nyaris tanpa gelora dan tidak diiringi sorakan massa, para pembicara berusaha mengajak massa mengalahkan Trump. ”Selama empat tahun, orang-orang berkata, saya tidak sadar betapa bahayanya dia (Trump),” kata Clinton.
Sementara Obama menyebut Trump membahayakan demokrasi dan AS secara keseluruhan. ”Demokrasi kita terancam. Demokrasi kita menjadi taruhan,” ujarnya dalam rekaman video yang disiarkan penyelenggara DNC 2020.
Obama menyebut Trump sebagai presiden yang tidak bisa bekerja. ”Saya pernah berharap, demi negara kita, Donald Trump menunjukkan minat untuk bekerja secara serius,” ujarnya.
Sayangnya, Obama menilai Trump tidak menunjukkan itu selama empat tahun terakhir. ”Tidak berminat menemukan persamaan, tidak tertarik menggunakan kekuatan luar biasa untuk menolong orang selain dirinya dan teman-temannya,” ujarnya.
Obama menilai Trump tidak bisa bekerja. ”Dampaknya sangat buruk, 170.000 orang Amerika meninggal, jutaan orang kehilangan pekerjaan,” katanya merujuk pada dampak Covid-19 di AS.
Trump dan sekutunya di Senat, Lindsey Graham, membalas pernyataan Obama lewat konferensi pers dan media sosial. ”Selama pemerintahan dia (Obama), pertumbuhan ekonomi paling lambat dalam sejarah. Jangan lupa, sebelum virus datang, pertumbuhan kita paling baik. Alasan saya di sini adalah karena Obama dan Joe Biden tidak bisa bekerja. Kalau mereka bisa bekerja, saya tidak akan di sini. Kalau mereka bekerja benar, saya mungkin tidak mencalonkan diri. Hidup saya dulu menyenangkan,” kata Trump.
Ia juga menyerang Clinton dengan menudingnya memata-matai tim kampanye Trump. Clinton ditudingnya memanfaatkan pihak asing untuk mengganggu kampanye Trump.
Sementara Graham menyebut kebijakan luar negeri AS pada masa Obama sangat buruk. Ia merujuk pada kesepakatan nuklir yang ditandatangani AS dengan Iran dan sejumlah negara pada 2015. Seperti Trump, ia juga menyinggung perekonomian yang lambat pada masa Obama. ”Saya senang perbandingan pencapaian Presiden Trump dan Presiden Obama dalam berbagai aras,” tulisnya di media sosial.
Harus memilih
Obama mengingatkan, Biden-Harris tidak bisa bekerja sendiri memperbaiki AS yang berantakan pada masa Trump. Karena itu, ia mengajak warga menggunakan hak pilihnya untuk memberikan suara bagi Biden-Harris.
Clinton juga mengingatkan warga pada pengalaman 2016. Sejak kalah empat tahun lalu, ia kerap bertemu orang yang menyesal tidak menggunakan hak pilih pada 2016. ”Sekarang tidak bisa lagi berandai-andai. Jika memilih lewat pos, minta surat suara Anda dan segera kirim kembali. Jika memilih langsung, lakukan segera. Ajak teman dan pakai masker. Jadilah petugas pemilihan dan paling penting, memilih. Yakinkan setiap orang untuk memilih,” kata Clinton.
Clinton memberikan peringatan pahit jika warga memilih tidak menggunakan hak suaranya. Meski meraih total 65,8 juta suara (popular vote), Clinton kalah dari Trump yang hanya disokong 63,9 juta pemilih. Sebab, pemilih Trump lebih tersebar sehingga mendapat suara perwakilan (electoral college) lebih banyak. Di AS, presiden memang tidak dipilih secara langsung oleh warga.
Perwakilan warga (electoral college) di setiap daerah pemilihan yang menentukan presiden terpilih dalam pemilu. Karena itu, kompetisi berada di dapil, bukan secara nasional. Untuk menang, setiap capres harus disokong sedikitnya 270 dari 538 perwakilan. ”Jangan lupa, Joe dan Kamala bisa menang 3 juta suara dan tetap kalah. Belajarlah dari saya. Kita perlu angka luar biasa sehingga Trump tidak bisa mencuri atau mencurangi,” kata Clinton.
Pembicara lain juga menyampaikan pesan senada. ”Kita harus memilih seolah hidup dan dunia bergantung pada itu. Satu-satunya cara untuk memastikan masa depan kita adalah dengan membuatnya. Tolong mendaftar, tolong memilih,” kata Eilish.
Warren dan Giffords juga mengajukan ajakan senada. Warren pernah bersaing dengan Biden dalam perebutan nominasi Demokrat. Belakangan, ia mundur lalu menyokong Biden. Demikian pula senator asal Vermont, Bernard Sanders.
Sayangnya, penyokong Sanders tetap menolak menyokong Biden. Hal itu, antara lain, ditunjukkan anggota DPR asal New York, Alexandra Ocasio Cortez. Dalam DNC 2020, ia tetap menyatakan memilih Sanders yang sudah mundur dari konvensi, lalu menyokong Biden.
Biden punya 75 hari untuk menyatukan semua faksi Demokrat agar menyokongnya dalam Pemilu 2020. Jika gagal menyatukan faksi-faksi itu, ia bisa mengulangi kekalahan Clinton. Sejumlah orang dekat Obama mengaku khawatir dengan fenomena pendukung muda Demokrat, terutama di kalangan kulit hitam. Dalam beberapa bulan terakhir, para pemilih muda dan banyak terlibat dalam rangkaian protes setelah kematian George Floyd, menunjukkan tanda tidak bersedia menggunakan hak pilih. Sebab, mereka menilai politisi sama saja.