Ada tren baru yang sedang berkembang di masa pandemi Covid-19 yaitu bekerja sambil berlibur. Tren ini memungkinkan karyawan bekerja dari hotel atau resor sambil menikmati liburan. Produktifitas meningkat, mental sehat.
Oleh
Luki Aulia
·5 menit baca
Sinar mentari pagi yang terbit di ujung cakrawala lautan menjadi pemandangan Masashi Arai setiap kali membuka tirai jendela kamar hotel di pagi hari. Pemandangan itu kontras dengan kantor Arai di Tokyo Bay yang padat gedung kiri kanan depan belakang.
Arai tidak sendirian. Ia bersama lima teman sekantor ditugaskan untuk bekerja sambil liburan selama enam pekan di hotel pinggir pantai kota Toba, Jepang. Harian Nikkei Asian Review, 24 Agustus 2020, menyebutkan, perusahaan pengembang sistem cloud, Fixer, tempat Arai dan lima temannya bekerja itu, mulai mempraktikkan sistem bekerja sambil liburan atau lebih sering disingkat workations atau working vacations.
Tren yang sedang berkembang di masa pandemi Covid-19 ini memungkinkan karyawan bekerja dari hotel atau resor sambil menikmati liburan. ”Saya bisa jalan-jalan sebentar di pantai pas butuh istirahat,” kata Arai.
Fixer, perusahaan berusia 10 tahun, sudah mempraktikkan kerja jarak jauh selama beberapa tahun terakhir. Namun, menurut Direktur Fixer Takashi Nomura, bekerja liburan lebih efektif karena ternyata bisa membuat karyawan semangat bekerja sekaligus juga mencegah penularan Covid-19 di kantor.
Konsep workations perlahan mulai banyak dijalankan perusahaan-perusahaan di Jepang, sekaligus menjadi ”terobosan” bagi karyawan untuk mengambil cuti. Selain Fixer, perusahaan ternama, seperti Japan Airlines, juga mulai memakai workations supaya karyawan mau tidak mau liburan. Tujuannya agar karyawan tak terlalu stres dan semakin produktif.
Selain sisi positif terkait kesehatan mental dan produktivitas karyawan, workations diharapkan pemerintah akan bisa memulihkan sektor pariwisata. Untuk mendorong itu, pemerintah berjanji akan memperkuat infrastruktur jaringan Wi-Fi supaya orang tetap bisa lancar bekerja sambil jalan-jalan ke mana saja. ”Kami mendorong masyarakat untuk berlibur,” kata Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga, Juli lalu.
Paket kegiatan
Gayung bersambut. Pihak perhotelan kini beramai-ramai menawarkan paket workations. Pemilik Kaigetsu, wisma bergaya Jepang, Kiku Ezaki, mengganti alas kasur tanpa dengan meja dan tempat tidur.
”Tren ini menjanjikan,” kata Ezaki yang merenovasi balkon kamar supaya tamu juga bisa bekerja di luar kamar dengan pemandangan laut.
Terobosan ini berpotensi meningkatkan lagi kinerja dunia wisata Jepang. Sejauh ini Jepang belum membuka sepenuhnya pintu perbatasan mereka untuk wisatawan asing.
Untuk menggerakkan roda wisata, wisatawan dalam negeri jadi andalan. Masalahnya, warga Jepang cenderung hanya ingin bepergian pada waktu-waktu tertentu saja, seperti ketika musim panas atau akhir tahun.
Untuk mendorong wisata, Juli lalu, Pemerintah Jepang, meluncurkan kampanye perjalanan domestik senilai 1,3 triliun yen atau 12,6 miliar dollar AS dan subsidi kepada usahausaha yang menawarkan layanan workations, termasuk untuk perkemahan dan taman nasional.
Pada saat yang sama, tren workations ini digenjot habis-habisan oleh agen-agen perjalanan. Japan Airlines mulai Oktober mendatang mengombinasikan workations dengan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. Bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan rintisan, puluhan karyawan mereka akan diarahkan untuk ke pedesaan. Selain bekerja dari jauh, mereka akan diikutkan dalam kegiatan di lokasi itu, termasuk pertanian.
”Kami sedang mencari tipe-tipe permintaan bepergian yang baru yang sesuai dengan kondisi pandemi saat ini,” kata Yasuhiro Iwata, juru bicara JAL. Sebenarnya JAL sudah memulai workations sejak tiga tahun lalu, tetapi baru saat ini menjadi tren. Selain industri penerbangan, Jawatan Kereta Jepang Barat juga akan bekerja sama dengan perusahaan rintisan yang akan mengirimkan 90 partisipan untuk workations dengan memberi diskon, September mendatang.
Produktif
Untuk membuktikan efektivitas workations mendukung produktivitas, JAL bersama lembaga NTT Data dan perusahaan perjalanan JTB memublikasikan hasil studi terhadap 18 partisipan workations—selama tiga hari—di Okinawa, Juni lalu. Hasilnya, produktivitas mereka naik 20 persen dan tingkat stres turun 37 persen.
”Workations justru mendorong orang produktif dengan bekerja efisien dan cepat supaya bisa segera istirahat. Orang bilang workations bikin malas bekerja. Itu keliru,” kata Kazuyuki Yamazaki dari Konsultan Manajemen Institut NTT Data.
Harian The Japan Times, 30 Juli lalu, menyebutkan, Badan Pariwisata Jepang sebenarnya sudah mempertimbangkan konsep workations ini sejak sebelum pandemi Covid-19. Namun, ide itu menjadi kontroversial karena dianggap akan mengaburkan batasan antara bekerja dan kehidupan sosial.
Namun, kini terbukti, konsep itu berdampak positif. Perusahaan SDM di Jepang, Pasona, kini juga aktif menghubungkan perhotelan dan perusahaan yang mencari akomodasi yang bisa berfungsi sebagai tempat kerja. Setelah pandemi Covid-19, permintaan akan konsep gaya kerja baru itu meningkat. Pasona akan berkolaborasi dengan 16 hotel di Jepang, termasuk Hilton Tokyo.
Airbnb, yang bermarkas Amerika Serikat, juga melirik konsep itu. Platform akomodasi privat itu menawarkan properti-properti di Jepang yang bisa disewa jangka panjang dan digunakan sebagai tempat kerja. Yang saat ini sedang laris diincar tamu adalah rumah atau vila dengan pemandangan laut atau di kawasan pegunungan.
Yang menjadi pertanyaan, siapakah yang membayar sewa kamar hotel atau vila itu?
CEO perusahaan media perjalanan daring Venture Republic, Kei Shibata, mengatakan, masalah biaya itu tidak menyurutkan antusiasme workations. Menurut dia, semakin banyak perusahaan yang menerapkan kerja jarak jauh. Mereka bisa mengurangi pengeluaran sewa gedung atau ruang kantor dan pengeluaran perjalanan bisnis.
Shibata menilai tren ini juga bisa menarik wisman untuk liburan lebih lama di Jepang. Jika ini berhasil, industri pariwisata Jepang bisa bangkit kembali.
Pemilik wisma Wataya Besso di kota Ureshino, Pulau Kyushu, Yoshimoto Kohara siap menerima tamu dalam negeri maupun wisman. Kohara telah menyewakan 130 kamar lengkap dengan meja panjang untuk bekerja, sejak Maret lalu. Karyawan yang bekerja di "kantor" itu bisa mandi di pemandian air panas sewaktu-waktu. "Ini bentuk relaksasi yang sempurna untuk para pekerja," ujarnya.