Taiwan terus memasarkan diri sebagai negara demokratis. Kini, beberapa negara mulai membina hubungan dengan Taiwan, salah satunya Ceko.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
TAIPEI, MINGGU — Sejak Tsai Ing-wen menang dalam pemilu presiden untuk kedua kalinya pada Januari 2020, beberapa negara mulai memperluas hubungannya dengan Taiwan, terutama negara yang khawatir dengan kian pengaruh China yang terus meluas. Ceko salah satunya.
Setelah Menteri Kesehatan Amerika Serikat Alex Azar memimpin lawatan diplomatik AS dua minggu lalu, kini giliran para pejabat tinggi Ceko yang berkunjung ke Taipei.
Sebanyak 90 orang delegasi Ceko, terdiri dari pejabat pemerintah, pebisnis, dan akademisi, yang dipimpin Ketua Senat Milos Vystrcil tersebut tiba di Taipei, Minggu (30/8/2020). Vystrcil dijadwalkan berpidato di parlemen Taiwan dan bertemu dengan Presiden Tsai Ing-wen.
Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu menyambut mereka di Bandara Internasional Taoyuan setelah mendarat dan turun dari pesawat China Airlines.
Vystrcil mengatakan, lawatannya ke Taiwan akan memenuhi warisan mendiang Presiden Vaclav Havel, pemimpin Revolusi Velvet 1989 yang menggulingkan komunisme di Cekoslowakia.
Sementara Taipei menyebut lawatan lima hari delegasi Ceko itu sebagai dukungan terhadap Taiwan yang menghadapi ”intimidasi otoriter China”. ”Negara kita memiliki nilai-nilai dasar yang sama dan kami menanti kerja sama dalam berbagai bidang,” tulis Tsai di Twitter setelah delegasi Ceko mendarat.
Tsai telah memasarkan Taiwan sebagai mitra demokrasi yang progresif kepada negara lain dengan harapan mereka bisa menekan otoritarianisme Beijing. Langkah ini telah membantu Taiwan dalam menghadapi pandemi di dalam negeri. Bantuan alat pelindung diri dari global pun mengalir ke Taiwan.
Dalam pidatonya di hadapan think tank Australia, Kamis lalu, Tsai menggambarkan Taiwan ”berada di garis depan dalam kebebasan dan demokrasi” saat Beijing menekan Hong Kong.
Kunjungan delegasi Ceko ini merupakan kemunduran kampanye China yang berupaya mengisolasi Taiwan dari dunia internasional. Beijing mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan bersumpah, jika diperlukan, akan merebutnya dengan paksa.
China telah meningkatkan tekanan diplomatik, militer, dan ekonominya terhadap Taiwan sejak Tsai berkuasa untuk kedua kalinya tahun 2016 dan menyatakan Taiwan sebagai negara berdaulat bukan bagian dari ”satu China”.
Beijing menyebut kunjungan Vystrcil itu sebagai ”tindakan tercela”. ”Kepergiannya ke Taiwan yang disebutnya ’lawatan’ secara sengaja menghancurkan fondasi politik hubungan China-Ceko,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, Kamis (27/8/2020).
Awal tahun ini, Praha membuat berang Beijing karena telah menandatangani kesepakatan kemitraan dengan Taipei. Ini memaksa Shanghai memutus hubungannya sebagai kota kembar dengan Praha.
Wali Kota Praha Zdenek Hrib yang menandatangani kesepakatan itu berada dalam delegasi Ceko yang tiba di Taipei saat ini.
Fabrizio Bozzato, pakar hubungan internasional di University of Rome La Sapienza yang berbasis di Taipei, mengatakan, kunjungan Ceko itu memperlihatkan bahwa ”tembok diplomatik-politik yang dibangun Beijing untuk mengisolasi Taipei bisa ditembus”.
”Inisiatif penentangan secara terbuka itu juga merupakan sinyal bahwa, sekalipun di Eropa, spirit zaman kini berubah dari ’konsensus Beijing’ ke ’menentang Beijing’,” kata Bozzato.
Direktur Program China di University of Nottingham, Jonathan Sullivan, mengatakan, Tsai telah mendorong koneksi dengan negara-negara yang memiliki hubungan ”informal” dengannya.
Kunjungan Ceko itu, ujar Sullivan, merupakan ”dorongan psikologis selama tekanan dan marjinalisasi yang terus-menerus oleh Beijing”.
”Akan tetapi, demonstrasi terbuka dukungan dan hubungan dengan Taiwan tidak akan terjadi dalam semalam,” ujar Sullivan. (AFP/AP)