Di Tengah Penolakan Demokrat, Senat AS Tetap Proses Pencalonan Hakim Agung
Mesti ditentang Demokrat karena dinilai terkait erat dengan pemilu, yang berlangsung pada 3 November mendatang, Senat AS tetap menggelar proses pemungutan suara pada pencalonan Amy Coney Barrett sebagai hakim agung.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Senat Amerika Serikat memulai proses pemungutan suara untuk pencalonan Amy Coney Barrett sebagai hakim agung. Proses itu dikecam Demokrat karena dinilai ceroboh di tengah pandemi. Sementara Barrett berharap, masalah politik tidak dibawa ke pengadilan.
Sidang perdana berlangsung lebih dari empat jam hingga Senin (12/10/2020) siang waktu Washington atau Selasa dini hari WIB. Sidang dengar pendapat tahap awal dijadwalkan berlangsung sampai Rabu.
”Pengadilan berperan penting untuk menegakkan hukum, hal yang penting untuk kebebasan masyarakat. Walakin, pengadilan tidak dirancang untuk menyelesaikan semua masalah dalam hidup. Pembuatan kebijakan dan penilaian pemerintahan harus dibuat oleh pejabat politik yang dipilih dan bertanggung jawab kepada warga,” tutur Barrett dalam pernyataan pembuka kepada peserta sidang.
”Publik tidak berharap (pengadilan membuat keputusan soal kebijakan pemerintah) dan pengadilan tidak boleh mencoba,” lanjut Barrett.
Sementara Ketua Komite Kehakiman Senat AS Lindsey Graham mengakui bahwa sidang dengar pendapat itu akan sangat politis. ”Mungkin bukan tentang saling membujuk, kecuali sesuatu yang dramatis terjadi. Semua Republikan akan memilih, ya, dan semua Demokrat akan menolak,” kata Senator Republikan yang akan kembali mencalonkan diri melalui pemilu pada 3 November 2020 itu.
Dibutuhkan sokongan dari sedikitnya 51 senator untuk mengesahkan pencalonan Barrett sebagai hakim agung AS. Kini, Republikan menduduki 53 dari 100 kursi Senat AS. Proses pencalonan Barret bisa selesai sebelum pemilu, bisa pula rampung seusai pemilu. Kala memilih Neil Gorsuch dan Brett Kavanaugh, proses di Senat membutuhkan waktu sekurangnya sebulan.
Barrett dicalonkan Presiden AS Donald Trump untuk mengisi satu kursi kosong di Mahkamah Agung AS. Kursi itu kosong setelah Ruth Bader Ginsburg meninggal. ”Saya dicalonkan untuk mengisi kursi hakim Ginsburg. Walakin, tidak ada satu pun bisa menggantikan dia,” kata Barrett.
Ginsburg meninggal pada 18 September 2020. Pada 26 September 2020, Trump mengumumkan pencalonan Barrett sebagai pengganti Ginsburg. Pengumuman dilakukan di halaman Gedung Putih dengan puluhan orang duduk berdekatan dan sebagian tanpa masker. Hampir sepekan setelah pengumuman itu, Trump diumumkan positif terinfeksi Covid-19. Dengan wafatnya Ginsburg, MA hanya mempunyai delapan dari total sembilan hakim agung.
Kecaman
Keputusan Trump mencalonkan hakim agung menjelang pemungutan suara pemilihan Presiden AS dikecam terutama oleh Demokrat. Kecaman dipicu fakta bahwa pengadilan berwenang menetapkan sengketa pemilu. Sejumlah jajak pendapat menunjukkan hasil pemilu di beberapa tempat berpeluang disengketakan. ”Saya pikir ini akan berakhir di MA. Saya pikir sangat penting mempunyai sembilan hakim,” ujar Trump.
Barrett tidak pernah berkomentar soal desakan untuk tetap netral jika ada sengketa hasil penghitungan suara pada pemilihan Presiden AS. ”Barrett akan diminta memutuskan apakah Trump bisa tetap menjabat dia setelah Trump memberi dia jabatan,” kata dosen hukum pada New York University, Stephen Gillers.
Sementara dosen di Tulane Law School, Ross Garbers, mengatakan bahwa Barrett tidak perlu menarik diri dari kasus sengketa hasil pemilu 3 November 2020. Jika terpilih, Barrett akan menjabat seumur hidup sehingga jabatannya tidak akan dipertaruhkan terkait hasil pemilu. ”Dia harus bertugas mengadili setiap kasus pemilu,” ujar Garbers.
Calon Wakil Presiden sekaligus senator dari Demokrat, Kamala Harris, mengecam keputusan Senat untuk tetap bersidang dan memproses pencalonan Barrett. Ia menyebut Senat ceroboh karena memaksakan persidangan di tengah pandemi. Apalagi, dua senator Republikan yang ikut sidang, yakni Thom Tillis dan Mike Lee, diketahui positif terinfeksi Covid-19 pekan lalu. Bahkan, Lee terlihat ikut sidang tanpa mengenakan masker.
”Sidang ini mengumpulkan lebih dari 50 orang dalam ruang tertutup selama berjam-jam kala bangsa ini menghadapi virus mematikan yang menyebar lewat udara. Komite ini mengabaikan akal sehat untuk menjaga keselamatan semua orang, termasuk tidak mewajibkan tes untuk semua orang, meski ada beberapa senator terinfeksi,” kata Harris.
Harris memilih mengikuti sidang dari ruang pribadinya di Senat AS, bukan di ruang komite. ”Sidang ini seharusnya ditunda. Keputusan menggelar sidang sidang ini ceroboh dan membahayakan petugas kebersihan, pegawai Kongres, dan pegawai gedung,” ujarnya seraya menekankan seharusnya Senat memprioritaskan pembahasan aturan penambahan stimulus korban pandemi dibandingkan dengan pemilihan hakim agung baru. (AP/REUTERS)