Zona Hijau di Irak Dihantam Roket, Kedubes AS Jadi Target
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan setidaknya ada satu korban sipil Irak terluka akibat serangan itu.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
BAGHDAD, MINGGU - Setidaknya delapan roket Katyusha mendarat di Zona Hijau yang dijaga ketat di Baghdad dalam serangan yang menargetkan Kedutaan Besar Amerika Serikat, Minggu (20/12/2020). Pihak kedutaan besar AS di Baghdad membenarkan serangan itu dan mengakui bahwa beberapa bagian kompleks kedutaan mengalami kerusakan.
Informasi awal terjadinya serangan itu diberikan militer Irak. Disebutkan bahwa telah terjadi serangan berupa tembakan delapan roket ke Zona Hijau yang menjadi zona internasional di Irak.
Sebagian besar rudal menghantam kompleks perumahan dan pos pemeriksaan keamanan di dalam zona tersebut. Serangan merusak gedung, mobil, dan melukai seorang tentara Irak.
Sirene tanda darurat langsung dibunyikan beberapa saat setelah serangan menghantam kompleks yang melingkupi gedung-gedung pemerintah dan misi asing di Irak. Seorang pejabat keamanan yang berkantor di dalam Zona Hijau mengungkapkan, sistem anti-roket mampu mengalihkan salah satu roket yang diarahkan ke kompleks itu.
Seorang sumber keamanan mengatakan setidaknya tiga roket menghantam sebuah wilayah di dekat kedutaan AS di Zona Hijau. Adapun dua roket lain disebutkan menghujam lingkungan perumahan yang terpisah dari kawasan itu.
Seorang pria Irak yang tinggal di seberang jalan di dekat misi diplomatik AS di kompleks perumahan dengan keamanan tinggi di Bagdhad mengatakan roket menghantam di sekitar rumahnya.
"Semua orang menjerit dan menangis. Istri saya tercekat karena ketakutan," katanya tanpa mau disebut identitasnya demi alasan keamanan.
Seorang anggota parlemen Irak mengaku rumahnya telah terkena pecahan roket.
Kedutaan besar AS dan situs militer dan diplomatik asing lainnya telah menjadi sasaran puluhan roket dan serangan bom pinggir jalan sejak musim gugur 2019. Pejabat Barat dan Irak menyalahkan kelompok garis keras, termasuk faksi pro-Iran Kataeb Hezbollah.
Pada Oktober lalu, kelompok-kelompok ini menyetujui gencatan senjata yang tidak terbatas, tetapi serangan hari Minggu kali ini adalah pelanggaran ketiga yang terdata.
Kedutaan Besar AS mengutuk serangan terakhir itu dan mendesak semua pemimpin politik dan pemerintah Irak untuk mengambil langkah-langkah untuk mencegah serangan serupa. Pihak Kedubes AS juga meminta pertanggungjawaban mereka yang berada di belakang serangan itu.
“Kedubes AS mengonfirmasi bahwa roket yang menargetkan zona internasional itu diarahkan pada sistem pertahanan Kedutaan. Ada beberapa kerusakan kecil di kompleks Kedutaan tetapi tidak ada korban cedera atau korban jiwa,” demikian pernyataan Kedubes AS.
Dalam pernyataan berikutnya secara terpisah, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, mengatakan setidaknya ada satu korban sipil Irak akibat serangan itu. Ia berharap mereka yang terluka segera pulih.
Para pejabat AS menyatakan milisi yang didukung Iran berada di balik serangan roket itu, sebagaimana terjadi beberapa waktu sebelumnya.
Target serangan adalah fasilitas-fasilitas AS di Irak, termasuk di dekat Kedubes AS di Baghdad. Namun sejauh ini tidak ada kelompok yang didukung Iran yang mengklaim bertanggung jawab dalam serangan terbaru di Irak itu.
Pompeo menyebut milisi semacam itu sebagai penghalang paling serius bagi perdamaian dan kemakmuran di Irak. Ia menambahkan, "Kami menyerukan kepada semua warga Irak untuk mendukung upaya pemerintah mereka untuk memperkuat kedaulatan Irak, untuk mengadili mereka yang bertanggung jawab atas serangan tercela ini dan memastikan bahwa semua milisi yang saat ini didukung Iran berada di bawah kendali negara."
Seorang juru bicara presiden Irak juga mengutuk serangan itu. sederetkelompok milisi mengeluarkan sebuah pengumuman pada Oktober lalu. Isinya adalah mereka siap menangguhkan serangan roket terhadap pasukan AS. Syaratnya adalah Pemerintah Irak memberikan jadwal kepada mereka tentang rencana penarikan pasukan Amerika dari Irak.
Namun serangan roket ke Kedutaan Besar AS pada 18 November 2020 lalu adalah sebuah tanda yang jelas bahwa milisi yang didukung Iran telah memutuskan untuk melanjutkan serangan atas pangkalan-pangkalan militer AS. Hal itu dinyatakan salah satu pejabat keamanan Irak.
Washington memang secara bertahap mengurangi 5.000 tentaranya di Irak. Namun Washington juga mengancam akan menutup kedutaannya kecuali Pemerintah Irak mengendalikan kelompok milisi-milisi yang berpihak pada Iran. (AFP/REUTERS/BEN)