Lawatan Paus Fransiskus ke Irak, Asa Mengakhiri Kekerasan
Lawatan Paus Fransiskus ke Irak membawa aneka harapan. Selain menghubungkan kembali umat Kristiani Irak ke tanah air mereka, juga mendorong pemimpin Irak menciptakan perdamaian bagi semua umat.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
Lawatan Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Roma Sedunia Paus Fransiskus ke Irak pada 5-8 Maret ini menumbuhkan harapan akan pemulihan dan kebaikan di negara itu.
Warga Kristen, termasuk Katolik, di sana ingin agar tindakan kekerasan, termasuk kekerasan terhadap warga minoritas, tidak pernah terjadi lagi. Mereka berupaya menghapus kenangan-kenangan buruk yang pernah terjadi di negara yang mereka cintai itu.
Menjelang perjalanan malam bersejarahnya ke Irak, Paus Fransiskus, Kamis (4/3/2021) siang, memberikan penghormatan kepada mereka yang telah menjadi korban dan menderita selama bertahun-tahun akibat kekerasan di Irak. Paus mengatakan, dia datang sebagai peziarah perdamaian.
”Saya datang sebagai peziarah, peziarah yang bertobat untuk memohon pengampunan dan rekonsiliasi dari Tuhan setelah bertahun-tahun perang dan terorisme,” kata Paus.
Peristiwa buruk hampir 11 tahun lalu terasa mencengkeram kehidupan Louis Climis (55), umat Gereja Our Lady of Salvation di Baghdad, ibu kota Irak. Enam teroris Al Qaeda menyerbu dan merebut gereja saat umat sedang beribadah.
Serangan pada 31 Oktober 2010 itu dikenang sebagai paling berdarah dalam genderang kekerasan yang diderita umat Kristiani selama perang sektarian yang brutal setelah invasi Amerika Serikat pada 2003.
Peristiwa kelabu itu mendorong banyak warga kristiani lari dari Irak. Bagi mereka yang memilih tetap bertahan, peristiwa itu meninggalkan luka dan batas tipis kepercayaan kepada warga-warga secara umum, khususnya yang berbeda keyakinan, di negara itu.
”Ini negara saya,” kata Climis tentang alasannya untuk tetap berada di Irak dan menaruh harapan akan kondisi yang lebih baik.
Climis dan beberapa warga minoritas di Irak berharap kunjungan Paus Fransiskus ke gereja mereka, yang sangat dinantikan, Jumat (5/3/2021) ini, akan turut membantu penyembuhan luka-luka batin mereka.
Our Lady of Salvation, gereja yang berada di bawah Gereja Katolik Suriah, adalah salah satu perhentian pertama Paus dalam lawatan bersejarah ke Irak.
”Kunjungan Paus adalah harapan kami bahwa dia akan berbicara dengan pejabat Irak untuk menghentikan kekerasan, menghentikan kelompok bersenjata, dan melindungi minoritas,” kata Climis.
Saat serangan itu terjadi, Climis adalah pemimpin kaum muda di gerejanya itu. Dia kala itu tiba tepat waktu untuk ikut misa mingguan bersama putranya, Radi. Istri dan anak-anaknya yang lain tinggal di rumah untuk mengawasi perbaikan dapur.
Interior gereja yang tinggi bergema dengan suara Pastor Thair yang tengah membaca Alkitab. Namun, pembacaan itu tidak pernah selesai. Secara tiba-tiba terdengar bom meledak. Seorang pelaku bom bunuh diri meledakkan rompi yang dipakainya, yang berisi bahan peledak.
Ledakan tersebut ikut melemparkan Climis ke lantai bersama beberapa umat lainnya. Sejak kejadian naas itu, telinga kanannya tuli. Secara total, 52 umat dan polisi tewas dalam serangan tersebut. Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), kelompok yang kala itu berafiliasi dengan Al Qaeda, mengklaim serangan itu.
Kelompok NIIS kemudian semakin kuat posisinya. Komunitas-komunitas minoritas di Irak ketakutan ketika kelompok itu menguasai utara Irak, termasuk di Mosul, pusat komunitas minoritas Kristen.
Kelompok militan diberitakan mendirikan pos pemeriksaan yang memicu ketakutan bagi mereka yang tetap tinggal di Irak. Eksodus warga minoritas Irak pun terjadi masif sejak itu.
Pertumpahan-pertumpahan darah mengguncang warga Kristiani Irak sampai ke intinya. Eksodus mereka memang telah dimulai setelah invasi AS tahun 2003, tetapi kemudian meningkat tajam setelah kelindan peristiwa-peristiwa itu.
Satu per satu, banyak teman dan keluarga Climis mulai pergi karena mereka melihat tidak ada harapan soal keadilan. Sebagian besar keluarga Climis berasal dari kota Kristen di utara Irak, Qaraqosh, tetapi lalu tersebar di seluruh dunia. Dia kehabisan jari menghitung sejumlah negara tempat tinggal kerabatnya.
Climis berharap kunjungan Paus Fransiskus ke Irak membawa harapan. Tidak hanya dapat menghubungkan kembali umat Kristiani Irak ke tanah air mereka, tetapi berharap agar para pemimpin Irak memperhatikan seluruh warganya tidak terkecuali. Dengan demikian, ia dan saudara-saudaranya yang masih tinggal di Irak tidak perlu pergi. (AP/AFP/BEN)