Pengetahuan dan campur tangan orangtua merupakan kunci terpenuhinya gizi anak. Selain itu, kreativitas orangtua juga diperlukan untuk menyiasati anak yang sulit makan.
Oleh
Sekar Gandhawangi
·3 menit baca
Setelah memberi air susu ibu (ASI) eksklusif selama enam bulan, anak sudah bisa diberi makanan tambahan. Ini karena ASI tidak lagi mampu mencukupi kebutuhan gizi anak, misalnya mikronutrien seperti zat besi. Selain itu, anak berusia 6 bulan juga perlu dibiasakan mengenal macam-macam makanan.
Ibu rumah tangga sekaligus wiraswasta, Ananda Seira (25), mengenalkan beragam makanan kepada anaknya secara bertahap. Ia memulai fase itu dengan memberi pure atau buah lumat. Ia juga memanfaatkan makanan pendamping ASI (MPASI) instan yang tersedia di toko.
Ia masih memberi ASI hingga anaknya kini menginjak usia 2 tahun. Selama itu pula, ia mengenalkan beragam makanan lain, seperti daging dan sayur. Makanan yang semula lumat pun diubah menjadi bertekstur secara bertahap.
”Jadwal makan berat adalah tiga kali sehari dan kudapan sekali sehari. Kudapannya adalah buah. Tapi, anakku sekarang sudah bisa minta kudapan sehingga jadwal makan kudapannya jadi random,” kata Ananda di Tangerang Selatan, Kamis (5/3/2020).
Dalam sekali makan, Ananda memastikan ada karbohidrat, protein, dan sayur di mangkuk anaknya. Ia juga sesekali mengenalkan makanan bercita rasa gurih. Usahanya membuat sang anak akrab dengan beragam rasa makanan. Akibatnya, sang anak jadi relatif mudah makan.
Ada pula saat ketika anaknya menolak makan. Jika sudah begini, Ananda bersiasat dengan memperbolehkan putrinya makan sambil menonton video daring. Siasat lain yang dilakukan adalah membiarkan anaknya disuapi orang lain. Pada prinsipnya, Ananda menerapkan waktu makan maksimal 30 menit.
Adapun ibu rumah tangga Annisa Puspa (25) tengah bersiap menjelang memasuki masa MPASI. Untuk memperkaya pengetahuan, ia belajar teori dasar MPASI melalui buku dan juga mengikuti kelas daring yang mengajarkan soal MPASI.
”Anakku akan mulai mengonsumsi MPASI bulan depan. Yang aku tahu, nutrisi anak harus dibantu dengan makanan karena cadangan nutrisi ibu menyusui mulai habis, misalnya zat besi. Padahal, itu penting buat perkembangan otak,” tutur Annisa.
Makanan empat bintang
Ketua Indonesia Sport Nutritionist Association Rita Ramayulis mengatakan, anak harus makan sebanyak tiga kali sehari. Adapun makanan yang diberi harus memenuhi prinsip bertajuk ”empat bintang plus”. Prinsip itu dijadikan standar penilaian nutrisi anak.
Yang aku tahu, nutrisi anak harus dibantu dengan makanan karena cadangan nutrisi ibu menyusui mulai habis, misalnya zat besi. Padahal, itu penting buat perkembangan otak.
Keempat bintang merupakan perwakilan dari karbohidrat, protein hewani, protein nabati, serta sayur dan/atau buah. Sementara itu, diksi ”plus” merujuk pada lemak esensial, misalnya yang terkandung dalam alpukat.
”Buah dan sayur adalah satu kesatuan yang harus diberi ke anak berusia di bawah setahun. Setelah usianya lebih dari setahun, golongan makanan anak bertambah menjadi lima (bintang). Kelimanya adalah karbohidrat, protein hewani, nabati, sayur, dan buah,” kata Rita.
Rita menekankan agar orangtua tidak menambah garam atau gula pada makanan anak. Solusi memperkaya cita rasa makanan antara lain dengan menggunakan kaldu tulang dan buah.
Sayur yang ia sarankan untuk diberi kepada anak adalah yang mudah dicerna. Sayur-sayur tersebut adalah daun bayam, tomat tanpa kulit dan biji, wortel, labu siam, serta buncis muda.
Ia mengatakan, mengenalkan ragam jenis makanan kepada anak yang memasuki masa MPASI sangat penting. Anak yang tidak mengenal rasa makanan punya kecenderungan sulit makan. Hal ini disebut juga gerakan tutup mulut (GTM) pada anak.
”Orangtua perlu sabar dan mencoba kembali mengenalkan ragam makanan. Makanan bisa diberikan dalam porsi kecil, tetapi diberi beberapa kali dalam sehari. Makanan juga harus diberikan dalam keadaan tenang, tidak panik, dan anak harus dalam kondisi senang,” kata Rita.