Pasien Bukan Rujukan dengan Gejala Covid-19 Bisa Dirawat di Wisma Atlet
Wisma Altet telah beroperasi sebagai rumah sakit darurat Covid-19. Selain menerima pasien rujukan Covid-19, rumah sakit itu juga melayai pasien yang memiliki gejala Covid-19 melalui jalur mandiri.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Selain menerima pasien rujukan Covid-19, Wisma Atlet yang diubah menjadi rumah sakit darurat juga menerima pasien yang memiliki gejala penyakit yang disebabkan virus korona (corona) baru dalam kondisi gawat atau melalui jalur mandiri. Hal itu bertujuan mengurangi beban rumah sakit rujukan penanganan Covid-19.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto, menjelaskan, Rumah Sakit (RS) Darurat Wisma Atlet ini sebagai pendukung awal untuk mengurangi beban rumah sakit rujukan Covid-19 selama ini. Tidak semua kasus harus masuk RS itu. “Dengan keluhan ringan atau tanpa gejala, ini 80 persen dari keluhan yang ada, sudah efektif berada di rumah atau karantina mandiri,” ungkapnya.
Kepala Kesehatan Daerah Militer Jaya, Kolonel Ckm Stefanus Dony, menjelaskan, Wisma Atlet menerima pasien lewat dua jalur, yakni jalur rujukan dan jalur mandiri. Jalur rujukan merupakan pasien yang dirujuk oleh rumah sakit lain, sedangkan yang mandiri adalah warga yang datang tanpa rujukan tetapi memiliki gejala Covid-19 berat atau dalam kondisi gawat darurat.
“Kalau jalur mandiri bukan berarti orang yang sehat lalu datang periksa ke sini, itu bisa ke rumah sakit lain atau rumah sakit yang bukan rujukan Covid-19. (di sini) harus orang yang sudah menunjukkan gejala,” ungkap Dony pada konferensi pers di Jakarta, Selasa (24/3/2020).
Dalam waktu empat hari, Wisma Atlet yang dibangun untuk mendukung pesta olah raga negara-negara di Asia, atau Asian Games XVIII pada tahun 2018 lalu itu berubah menjadi rumah sakit darurat. Penjagaan dilakukan di setiap jengkal gedung mulai dari pintu masuk dan keluar.
Dari pantauan Kompas, masih banyak warga yang secara mandiri ingin memeriksakan dirinya dan keluarga ke rumah sakit itu. Beberapa terlihat ditolak di pintu depan sebelum mereka masuk.
Kalau jalur mandiri bukan berarti orang sehat lalu datang periksa ke sini, itu bisa ke rumah sakit lain atau rumah sakit yang bukan rujukan Covid-19. (Di sini) harus orang yang menunjukkan gejala.
Wisma Atlet memiliki 10 menara. Dari 10 menara itu saat ini sudah dipakai empat menara. Empat Menara itu dibagi menjadi tiga zona,yakni zona merah untuk perawatan pasien positif Covid-19 yakni menara tujuh dan enam, zona kuning merupakan Menara tiga untuk tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya serta relawan, dan yang terakhir adalah zona hijau yang merupakan tempat tim pengamanan dan media center di Menara satu.
Setiap orang yang keluar dan masuk wilayah Wisma Atlet disemprotkan disinfektan pada sebuah bilik dengan alat semprot. Setidaknya terdapat dua posko yang berjaga di dua gerbang, posko pertama untuk tamu, sedangkan posko kedua untuk ambulans yang mengantar pasien.
Jumlah pasien
Sampai Selasa siang sudah terdapat 71 pasien positif Covid-19 masuk ke ruang isolasi di Wisma Atlet dari 102 pasien yang mendaftar. Dari 71 pasien yang dirawat itu, rinciannya 32 pasien perempuan dan 39 pasien laki-laki.
Kepala Staf Daerah Militer (Kasdam) Jaya Brigadir Jenderal TNI Muhammad Saleh Mustafa menjelaskan, setelah Presiden Jokowi meresmikan gedung-gedung itu sebagai rumah sakit darurat, satu orang pasien rujukan langsung masuk. Setelah itu hingga tengah malam ratusan orang datang untuk mendaftar dan diperiksa.
“Banyak yang dipulangkan karena mereka datang tanpa gejala, jadi ketakutan karena pernah kontak dengan orang yang positif, tetapi ya harus dipulangkan dan diminta isolasi mandiri,” ungkap Saleh.
Saleh menjelaskan, RS Darurat Korona Wisma Atlet memiliki total kapasitas sebanyak 24.000 orang, dan saat ini telah disiapkan untuk 3.000 orang. Setiap gedung terdiri atas 24 lantai dengan kapasitas masing-masing sekitar 650 unit.
Rumah sakit ini dilengkapi sejumlah fasilitas, antara lain ventilator dan alat pelindung diri bagi tenaga medis. Pengaturan lokasi pasien, dokter, dan paramedik dilakukan dengan manajemen ruang yang berbeda.
Tenaga dokter, lanjut Saleh, terdapat 48 dokter umum dan 16 dokter spesialis sehingga totalnya menjadi 64 dokter ditambah 430 relawan tenaga medis. Sedangkan untuk pengamanannya dari TNI ada 432 orang dan dari Polri 152 orang. “Mereka secara bergantian mengamankan lokasi,” katanya.
Sampai saat ini, total sudah 686 orang positif korona tersebar di seluruh Indonesia atau bertambah 107 orang dari sebelumnya 579 orang. Selain itu, jumlah kasus meninggal karena wabah ini sebanyak 55 orang atau bertambah tujuh orang.
Sementara untuk pasien yang sudah sembuh atau yang sudah dua kali menjalankan tes dengan hasil negatif terdapat 30 orang. Tak ada penambahan orang sembuh selama 24 jam terkahir.