Pandemi Covid-19 turut mengubah ritme kerja tim Palang Hitam Jakarta. Tim yang biasanya mengurusi jenazah tanpa identitas ini kini juga ikut mengantarkan jasad penderita Covid-19 ke tempat peristirahatan terakhir.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
Tim Palang Hitam Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta bekerja ekstra keras di tengah pandemi Covid-19. Mereka mengabaikan akhir pekan dan tanggal merah agar jenazah di rumah sakit bisa diantar ke tempat peristirahatan terakhir.
Palang Hitam adalah nama tim yang sehari-hari bertugas mengantarkan jasad tanpa identitas, korban kecelakaan, serta korban pembunuhan ke tempat peristirahatan terakhir. Sebelum ada pandemi Covid-19, mereka umumnya mengantarkan jenazah tanpa identitas dari lokasi penemuan ke rumah sakit, dan dari rumah sakit ke tempat pemakaman umum.
Tri Nurcahya (39), administrasi Palang Hitam, menjelaskan, Palang Hitam Jakarta diperkuat oleh 48 orang, yakni 41 laki-laki dan 7 perempuan. Pada hari normal, mereka bekerja lima kali dalam seminggu. Satu giliran jaga selama 8 jam. Dalam lima hari kerja itu, mereka kebagian satu kali giliran piket selama 24 jam. ”Bagi yang piket, Sabtu dan Minggu serta tanggal merah tetap masuk. Kalau yang tidak piket ya, libur,” katanya, ketika dihubungi Senin (27/4/2020).
Aturan itu berubah sejak Indonesia dilanda pandemi Covid-19. Kini, semua laki-laki harus masuk akhir pekan dan tanggal merah. Sementara perempuan hanya masuk pada akhir pekan dan tanggal merah ketika sedang piket. Jam jaga pun kadang molor kalau mendadak ada tugas. ”Dibolehkan libur hanya ketika kami kurang enak badan atau sakit,” katanya.
Palang hitam kini turut mengangkut jenazah dari rumah sakit. Tri mengatakan, satu ambulans rerata membawa 4-5 jenazah setiap hari. ”Total armada saat ini ada 17 unit. Dulu waktu hari biasa armada kita cuma 10 unit,” katanya.
Ada kalanya, lanjut Tri, terjadi miskoordinasi antara rumah sakit dan Palang Hitam. Rumah sakit meminta Palang Hitam segera menjemput jenazah. ”Tetapi pas kita sampai, mayatnya ternyata belum diapa-apain (belum dilakukan pemulasaraan),” katanya.
Satu ambulans rerata membawa 4-5 jenazah setiap hari.
Banyaknya permintaan untuk mengangkut jenazah dari rumah sakit, lanjutnya, dimulai sejak pertengahan Maret lalu. Hal itu berlangsung hingga sekarang. Menurut Tri, Palang Hitam bisa menyesuaikan jadwal kerja yang padat. Mereka juga sudah mendapatkan insentif dari pemerintah provinsi beberapa waktu lalu. ”Saya dapat Rp 2,5 juta,” katanya.
Pakai APD
Berhubung dalam situasi pandemi Covid-19, Palang Hitam tetap menggunakan alat pelindung diri (APD) meski tidak sedang menjemput jenazah di rumah sakit. Jika ada permintaan menjemput jenazah tanpa identitas di sebuah tempat, misalnya, Palang Hitam didampingi petugas kesehatan.
”Kami enggak mau menyentuh jenazah sebelum diperiksa petugas kesehatan. Kalau ada indikasi Covid-19, petugas kesehatan melakukan pemulasaraan dulu, baru kami antar,” katanya.
Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta Suzi Marsitawati menjelaskan, semua anggota Palang Hitam mengenakan APD. Pihaknya tidak mengetahui status jenazah yang dijemput Palang Hitam. ”Kalau mengenai itu (status jenazah), tanya ke rumah sakit saja. Yang pasti tim Palang Hitam harus selalu mengenakan APD,” katanya.
Menginap di kantor
Untuk menghemat tenaga, sejumlah anggota Palang Hitam menginap di kantor. Misalnya saja, Sam, petugas asal Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Sam pulang tiga hari sekali. Hari Senin ini, dia piket. Seusai piket, dia pulang ke Cibinong.
”Sudah dulu, ya, aku istirahat dulu. Ini baru sampai banget di Cibinong,” katanya, ketika dihubungi Senin sore.