Seorang pemandu wisata, Hariyan Dedi Santoso alias Bronto (38), tewas usai terjatuh di kawah Gunung Ijen Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Korban terjatuh karena panik setelah terpapar asap belerang yang sangat pekat.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Seorang pemandu wisata, Hariyan Dedi Santoso alias Bronto (38), tewas setelah terjatuh di kawah Gunung Ijen, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Korban terjatuh karena panik setelah terpapar asap belerang yang sangat pekat.
Korban meninggal, Sabtu (20/4/2019) sekitar pukul 05.00. Korban saat itu sedang membawa sejumlah rombongan wisatawan untuk mendaki Gunung Ijen.
Hal itu disampaikan Kepala Kepolisian Sektor Licin Ajun Komisaris Hery Purnomo. ”Saat itu korban hendak mengambil foto untuk mengabadikan tamu yang ia bawa dengan latar kawah Ijen. Korban saat itu mengambil foto dari atas bukit di sekitar areal penambangan belerang. Tiba-tiba asap belerang dari lokasi penambangan berembus ke arah korban,” ungkapnya.
Korban diduga sempat menghirup paparan asap hingga sesak napas dan akhirnya terjatuh ke pipa saluran belerang. Padahal, pipa saluran belerang tersebut sangat panas.
Beberapa bagian tubuh korban menyentuh pipa sehingga menyebabkan luka bakar. Hasil pemeriksaan petugas Puskesmas Licin, kondisi tubuh korban melepuh di bagian dada, perut, dan kedua kaki.
”Korban sempat dievakuasi dua petambang belerang, Ahmad Aripin (48) dan Tohari (47). Keduanya melarikan korban ke Paltuding (titik awal pendakian) dan kemudian membawanya ke Puskesmas Licin. Namun, nyawa korban tidak tertolong,” kata Hery.
Tewasnya wisatawan atau pendaki di Gunung Ijen bukan pertama kali terjadi. Pada Desember 2018, wisatawan asal Sukabumi tewas dalam pendakian menuju puncak Ijen. Sebelumnya lagi, November 2017, seorang wisatawan asal Jember meninggal di kawah Ijen akibat penyakit asma yang dideritanya. Adapun November 2016, wisatawan asal Bali juga tewas di kawah Gunung Ijen.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur Nandang Prihadi mengatakan, sejak awal wisatawan dilarang turun ke dasar kawah. Hanya petambang yang diperbolehkan turun.
”Wisatawan dan pemandu wisata tidak diperbolehkan turun ke kawah karena selain jalannya curam, paparan asap sulfur juga membahayakan pengunjung. Namun, beberapa pemandu wisata dan pengunjung sering memaksakan diri turun dengan alasan ingin melihat dan mengabadikan fenomena api biru,” tutur Nandang.
Nandang mengatakan, pihaknya sudah memasang rambu-rambu larangan turun ke kawah. Rambu-rambu tersebut dipasang di titik awal keberangkatan pendakian dan di bibir kawah.
Dari pantauan Kompas dalam sejumlah pendakian ke Ijen, rambu-rambu tersebut sudah ada. Namun, tidak ada petugas yang berjaga untuk melarang pendaki yang hendak turun ke kawah.
Di bibir kawah, sejumlah orang justru menyewakan masker khusus kepada wisatawan yang hendak turun ke kawah. Mereka hanya melarang wisatawan menuju kawah jika tidak memakai masker. Sementara yang sudah menyewa atau membawa masker dibiarkan turun.
”Kami tidak memiliki petugas yang bisa mengawasi sekaligus mencegah pemandu wisata atau pengunjung yang hendak turun ke kawah. Selain itu, sangat tidak mungkin menugaskan seseorang untuk berjaga berjam-jam dalam kondisi yang dingin di atas,” ujar Nandang.
Setelah kejadian ini, pihak BBKSDA Jawa Timur belum mengambil langkah khusus mengantisipasi peristiwa serupa terulang kembali. Namun, Nandang berjanji akan mengintensifkan sosialisasi larangan bagi pengunjung dan pemandu wisata turun ke kawah.