Laba Bersih PT Indika Energy Turun Drastis, Diversifikasi Usaha Dilakukan
›
Laba Bersih PT Indika Energy...
Iklan
Laba Bersih PT Indika Energy Turun Drastis, Diversifikasi Usaha Dilakukan
Ketidakstabilan harga komoditas, termasuk batubara, berpengaruh terhadap kinerja PT Indika Energy Tbk yang bergerak di sektor energi. Laba bersih PT Indika Energy Tbk pada 2018 turun drastis dibandingkan dengan 2017.
Oleh
Sharon Patricia
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketidakstabilan harga komoditas, termasuk batubara, berpengaruh terhadap kinerja PT Indika Energy Tbk yang bergerak di sektor energi. Laba bersih PT Indika Energy Tbk pada 2018 turun drastis dibandingkan dengan 2017.
Pada 2017, PT Indika Energy Tbk (Indika Energy) mampu mencatatkan laba bersih 335,4 juta dollar AS. Namun, pada 2018, laba bersih hanya 80,1 juta dollar AS atau setara Rp 1,13 triliun (dengan kurs 1 dollar AS setara Rp 14.154, mengacu pada Jakarta Interbank Spot Dollar Rate).
Hal itu mengemuka dalam acara Paparan Publik atas hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Kamis (25/4/2019). Hadir dalam acara itu Direktur Utama Indika Energy Arsjad Rasjid, Direktur Indika Energy Azis Armand, dan Direktur Indika Energy Eddy Junaedy.
Penurunan laba bersih disebabkan melemahnya harga batubara. Arsjad mengatakan, penurunan laba bersih dialami oleh anak perusahaan Indika Energy, PT Kideco Jaya Agung (Kideco).
Melemahnya harga batubara masih dirasakan hingga sekarang. Sepanjang triwulan I-2019, Kideco mampu memproduksi batubara sesuai target, yaitu 8,3 juta ton (24 persen) batubara dari total target produksi 34 juta ton di tahun ini.
Namun, pendapatan yang dibukukan Indika Energy hanya 700,7 juta dollar AS pada triwulan I-2019 atau menurun 13,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu 809 juta dollar AS.
Dari pendapatan Indika Energy tersebut, Kideco menyumbang 409,9 juta dollar AS di triwulan I-2019. Pendapatan ini juga menurun 22,3 persen dari 527,8 juta dollar AS pada periode yang sama di 2018.
Pada triwulan I-2019, laba bersih Kideco juga menurun dibandingkan dengan triwulan I-2018. Laba bersih pada triwulan I-2019 hanya mencapai 40,5 juta dollar AS, turun 61 persen dari 103,8 juta dollar AS pada periode yang sama tahun 2018.
Arsjad menyampaikan, untuk meningkatkan dan mendiversifikasi portofolio, Indika Energy tengah berinvestasi di industri nonbatubara. ”Investasi diversifikasi dilakukan melalui kemampuan kami yang telah terbukti di bidang pertambangan, digitalisasi, dan penciptaan pertumbuhan untuk industri nasional,” tuturnya.
Sejak 2018, Indika Energy terus melakukan diversifikasi bisnis dan melihat berbagai peluang usaha di sektor nonbatubara. ”Kami akan terus mengoptimalkan kinerja di sektor batubara dan pada waktu yang bersamaan juga terus mengeksplorasi target sektor bisnis baru, serta memperkuat sinergi dan agilitas di semuaunit usaha untuk menjadi lebih efektif dan efisien,” kata Arsjad.
Kami akan terus mengoptimalkan kinerja di sektor batubara dan pada waktu yang bersamaan juga terus mengeksplorasi target sektor bisnis baru, serta memperkuat sinergi dan agilitas di semua unit usaha untuk menjadi lebih efektif dan efisien.
Diversifikasi usaha
Dalam kesempatan yang sama, Azis Armand mengatakan, diversifikasi usaha salah satunya dilakukan di Balikpapan, Kariangau, Kalimantan Timur. Di daerah ini akan dibangun fuel storage atau penyimpanan bahan bakar berkapasitas 100 juta liter.
”Biaya proyek ini mencapai 108 juta dollar AS dengan pendanaan 75 juta dollar AS berasal dari tiga bank, yaitu Mandiri, Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG), dan ICICI. Sementara selebihnya berasal dari dana ekuitas perusahaan,” kata Azis.
Proyek pembangunan penyimpanan bahan bakar minyak (fuel storage) dikerjakan bersama dua anak usahanya, yakni Petrosea dan Tripatra. Untuk pengoperasiannya ditargetkan akan dimulai pada semester II tahun 2020.
Adapun diversifikasi usaha lain, yaitu investasi di tambang emas di daerah Sulawesi Selatan. Hingga saat ini, proyek sudah sampai tahap studi kelayakan. Azis menyampaikan, biaya proyek diperkirakan 200 juta dollar AS dengan target produksi pada 2021.