Sistem Satu Arah Diterapkan
Lebih dari 33 juta orang diperkirakan akan mudik menjelang Lebaran tahun ini. Sebagian besar memilih moda transportasi di jalan raya. Dengan demikian, kepadatan di jalan raya diprediksi akan sangat tinggi. Solusi untuk mengatasi hal itu, dengan menerapkan sistem satu arah.
JAKARTA, KOMPAS - Lebih dari 33 juta orang diperkirakan akan mudik menjelang Lebaran tahun ini. Dari jumlah itu, sekitar 22,83 juta orang akan mudik menggunakan angkutan umum, sedangkan 10,61 juta orang akan mudik menggunakan kendaraan pribadi.
Hasil survei Badan Penelitan dan Pengembangan Kementerian Perhubungan yang dikutip Sabtu (11/5/2019) menunjukkan, pemudik dari Jabodetabek sebanyak 14,9 juta. Mereka akan menuju berbagai daerah di Indonesia dengan tiga provinsi tujuan utama, yakni Jawa Tengah (5,6 juta orang atau 37,68 persen dari total pemudik Jabodetabek), Jawa Barat (3,7 juta orang atau 24,89 persen), dan Jawa Timur (1,6 juta orang atau 11,14 persen).
Hasil survei juga menunjukkan, moda yang paling banyak akan digunakan untuk mudik adalah bus (4,45 juta orang atau 30 persen), mobil pribadi (4,3 juta orang atau 28,9 persen), kereta api (2.488 juta orang atau 16,7 persen), pesawat (1,41 juta orang atau 9,5 persen), dan sepeda motor (942.621 orang atau 6,3 persen).
Kepadataan di jalan raya akan sangat tinggi karena banyak pemudik yang menggunakan moda transportasi di jalan raya. Oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian Perhubungan bersama Kakorlantas Polri, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk sepakat menggunakan sistem satu arah, saat arus mudik dan arus balik.
Semula, sempat ada alternatif menerapkan sistem ganjil-genap bagi kendaraan yang digunakan untuk mudik.
“Kenapa satu arah? Karena ada kecenderungan masyarakat mudik dengan rombongan, bisa 2-3 mobil, kemudian kalau ada yang (bernomor) ganjil dan yang genap pasti akan terpisah mobilnya. Selain itu kalau kami berlakukan ganjil genap dan masyarakat tidak tahu, pasti akan ada penumpukan di pintu-pintu yang akan kita berlakukan ganjil genap. Dengan dmeikian, kami cenderung memilih sistem satu arah,” jelas Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi.
Sistem satu arah ini akan diberlakukan untuk arus mudik di jalan tol, mulai dari Cikarang Utama sampai dengan KM 262 atau Brebes Barat. “Kendaraan dari arah timur, dari Brebes barat akan keluar menggunakan jalan arteri atau jalan negara sampai ke Cirebon kemudian Indramayu sampai ke Jakarta. Ini mulai berlaku pada tanggal 30 Mei-2 Juni dan berlangsung selama 24 jam,” kata Budi.
Adapun untuk arus balik, sistem satu arah berlaku mulai dari Palimanan sampai kilometer 29.
Dengan penerapan sistem satu arah di jalan tol, maka masyarakat yang datang dari arah berlawanan bisa menggunakan jalur arteri. Dengan demikian, kegiatan ekonomi masyarakat di sepanjang jalan arteri bisa tetap hidup.
Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia Djoko Setijowarno mengingatkan agar kebijakan ini lebih gencar disosialisasikan.
“Masyarakat yang mau ke Jakarta akan berpikir harus melewati jalur yang mana, karena jalur non tol Jakarta-Cikampek ini banyak yang tidak tahu karena terbiasa dengan jalan tol dan tidak terpelihara,” jelas Djoko.
Tol fungsional
Selain rekayasa lalu lintas, beberapa ruas tol yang masih tahap pembangunan kemungkinan akan difungsikan. Ruas tol yang akan difungsikan adalah Terbanggi Besar-Pematang Panggang sebagai bagian dari Tol Trans Sumatera, sebagian ruas Balikpapan-Samarinda yakni antara Balikpapan sampai dengan Bukit Soeharto, dan sebagian ruas Manado-Bitung.
Menteri Perumahan Rakyat dan Pekerjaan Umum Basuki Hadimuljono di Jakarta, Jumat (10/5/2019), menyampaikan, di ruas Terbanggi Besar-Palembang masih ada jembatan yang sedang dalam tahap konstruksi. Jika jembatan tersebut dapat diselesaikan pada Mei, maka tol Bakauheni sampai Palembang sepanjang 350 kilometer dapat digunakan untuk mudik lebaran.
Sementara, ruas Pandaan-Malang menurut rencana akan diresmikan pengoperasiannya, pekan depan.
Baca juga: Ruas Tol Terbanggi Besar-Pematang Panggang Dapat Dilintasi Saat Arus Mudik
Sementara itu, terkait pemindahan gerbang tol (GT) CIkarang Utama ke GT Cikampek Utama di kilometer 70, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit mengatakan, pemindahan karena perubahan sistem, dari tertutup berdasarkan jarak menjadi terbuka dengan tarif merata. Dengan perubahan sistem itu, maka tarif juga perlu disesuaikan.
Namun, penyesuaian tarif dilakukan dengan prinsip perjalanan jarak pendek tidak terdampak atau dampaknya kecil. Prinsip berikutnya, meskipun sistem berubah, namun pendapatan operator, yakni PT Jasa Marga (Persero) Tbk tidak boleh terdampak, baik naik maupun turun.
“Artinya operator tidak boleh menarik keuntungan tambahan. Yang dikhawatirkan masyarakat adalah penyesuaian tarif ini hanyalah akal-akalan dari badan usaha untuk mendapatkan pendapatan tambahan,” kata Danang.
Baca juga: Perbaikan Jalur Selatan Jawa Tengah Dikebut
Untuk itu, dilakukan simulasi terkait dengan perubahan sistem dan perubahan letak gerbang tol. Dari simulasi tersebut, pendapatan operator tidak boleh berbeda dari sebelum adanya pemindahan lokasi gerbang tol. Selain itu, dengan perubahan sistem tersebut, perjalanan jarak pendek tidak terpengaruh.
Untuk itu, direncanakan akan dibuat semacam zonasi berdasarkan jarak dan tarif. Waktu pemberlakuannya tergantung dari Menteri PUPR.
Secara terpisah, Direktur Operasi PT Jasa Marga (Persero) Tbk Subakti Syukur mengatakan, perubahan sistem tersebut tidak akan berpengaruh pada bagian tol yang sudah menerapkan sistem terbuka. Dengan pemindahan lokasi dan perubahan sistem ini, arus kendaraan di Cikarang Barat yang selama ini macet akan lebih lancar.
Dengan demikian, kendaraan yang keluar dari Jakarta akan bertransaksi di pintu keluar atau di ujung tol Jakarta-Cikampek. Sebaliknya, kendaraan yang menuju Jakarta akan bertransaksi di pintu masuk tol. “Tarif meratanya dibuat per zona dengan rencana 4 zona,” kata Subakti.
Promo tiket kereta
Sementara itu, PT Kereta Api Indonesia (persero) berupaya memecah kepadatan penumpang saat mudik Lebaran dengan memberikan promosi harga bagi penumpang yang membeli tiket di luar periode mudik Lebaran.
Direktur Utama KAI, Edi Sukmoro, menyebutkan, KAI menyadari animo masyarakat untuk menggunakan kereta api dalam rangka mudik ke kampung halaman. “Tarif promo diharapkan dapat memecah kepadatan pada hari-hari mendekati Lebaran. Kami harap promosi ini bisa meningkatkan layanan kepada masyarakat dan meningkatkan minat masyarakat menggunakan kereta api sebagai moda transportasi untuk mudik,” kata Edi.
Baca juga: Ruas Tol Lampung-Palembang Difungsikan H-7 Lebaran
Hubungan Masyarakat KAI, Edy Kuswoyo, menambahkan, tiket mudik masih tersedia. "Untuk tiket yang habis terjual adalah H-5 sampai H-1," kata dia.
Pada periode Lebaran tahun ini, PT KAI menyiapkan 406 perjalanan kereta api, yang terdiri dari perjalanan reguler dan tambahan. Secara keseluruhan, KAI menyediakan 2.870.766 tiket perjalanan.
Jauh-jauh hari
Sementara dari moda transportasi pesawat, Direktur Utama AirAsia Indonesia Dendy Kurniawan memperkirakan, arus mudik dan balik kali ini akan terjadi dari 30 Mei hingga 10 Juni 2019. “Kami masih melihat perkembangan dua pekan mendatang. Kami berharap tingkat keterisian terus meningkat,” katanya.
AirAsia Indonesia berkomitmen menyediakan tiket dengan harga terjangkau di semua rute. Namun, ia mengimbau masyarakat agar memesan tiket jauh-jauh hari. “Semakin mendekati puncak arus, harga tiket biasanya akan terus naik mengikuti ketersediaan kursi yang berkurang,” katanya.
Baca juga: Jalur Pantura Cirebon Timur Masih Mengancam
Corporate Communication Lion Air Group, Danang Mandala Prihantoro, dalam penjelasan tertulis menyebutkan, Lion Air Group menyiapkan 20.150 kursi penerbangan tambahan selama masa angkutan Lebaran dan liburan, khusus untuk layanan domestik.
Kursi tambahan itu tersedia pada 62 penerbangan Lion Air (11.718 kursi), 35 penerbangan Batik Air (5.840 kursi), dan 36 penerbangan Wings Air (2.592 kursi).
Secara terpisah, Kepala Kesekretariatan Perusahaan PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero), Yahya Kuncoro, menjelaskan, lonjakan pembelian tiket kapal laut biasanya mulai terjadi pada 15 hari menjelang Lebaran.
Rute-rute yang diperkirakan ramai antara lain Batam-Belawan, Balikpapan-Surabaya, dan Jayapura-Biak.