Kebakaran pada lahan tidur kembali terjadi di wilayah Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, pada Senin (1/7/2019).
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Lahan tidur seluas hampir 1 hektar di wilayah Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, kembali terbakar pada Senin (1/7/2019). Sampai saat ini penyebab kebakaran belum diketahui.
Kepala Tim Manggala Agni Daerah Operasional Kapuas Aswaluddin mengungkapkan, saat ini pihaknya bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pulang Pisau masih berada di lokasi untuk melakukan pemadaman.
Menurut Aswaluddin, lokasi tersebut sering kali terbakar. Meskipun banyak sumur bor dan dipenuhi rawa, hampir setiap tahun lokasi tersebut terbakar. Meskipun demikian, pemadaman dinilai lebih mudah karena lokasi lahan yang terbakar tidak jauh dari sumber air.
Kami cegah agar api tidak mencapai kedalaman itu.
Apalagi, tambah Aswaluddin, di lokasi banyak terdapat sumur bor yang dibangun sejak 2015. Lokasi kebakaran berada di lahan tidur tepat di seberang Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Tumbang Nusa.
”Lokasi kebakaran itu memang lahan gambut yang cukup dalam, yaitu 1 hingga 3 meter. Itu yang kami cegah agar api tidak mencapai kedalaman itu,” kata Aswaluddin.
Aswaluddin menambahkan, kebakaran terdeteksi pada pukul 13.45 WIB dan petugas sampai di lokasi sekitar 20 menit setelah kebakaran dideteksi. Sampai di lokasi, pihaknya menggunakan mesin pompa untuk mengendalikan kebakaran.
Lokasi terbakar merupakan lahan tidur yang hampir tidak pernah diolah. Beberapa kali Kompas ke lokasi, biasanya lahan dipenuhi air karena kawasan ini sebagian besar merupakan rawa gambut.
”Air mulai menurun sehingga kawasan ini makin kering. Turunnya air itu seiring dengan intensitas hujan yang berkurang,” kata Aswaluddin.
Dalam seminggu terakhir, Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalteng mencatat sedikitnya enam kali kejadian kebakaran. Terdapat pula lima titik panas dengan tingkat kepercayaan di atas 60 persen.
Kejadian kebakaran tidak selalu terpantau satelit karena ada momen di mana pemantauan satelit terhalang titik gelap (blank spot).
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Kepala BPBPK Kalteng Mofit Saptono menjelaskan, banyak kejadian kebakaran di lahan tidur. Biasanya, lahan yang sengaja dibakar karena pemilik baru mulai mengolah lahan, sedangkan yang tidak sengaja dibakar terjadi karena kebun atau lahan tidak pernah diawasi.
”Banyak kendala yang ditemukan di lapangan, salah satunya sumber air yang jauh dari lokasi kebakaran. Makanya, perlu diimbau setiap warga atau pemilik lahan agar selalu mengawasi lahan mereka,” kata Mofit.
Mofit menjelaskan, saat ini pihaknya bersama tim gabungan dari Manggala Agni, Polda Kalteng, dan TNI mulai melakukan patroli kebakaran hutan dan lahan. Selain mengawasi titik panas, pihaknya juga akan menggunakan sumur bor untuk membasahi lahan.
Ditinjau dari analisis parameter cuaca, sekitar 80 persen wilayah Kalteng berpotensi kebakaran besar. Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di Palangkaraya Lian Adriani menjelaskan, sebagian besar wilayah Kalteng masih dikategori cerah berawan untuk beberapa hari ke depan. Fenomena El Nino atau panasnya suhu muka laut juga dipantau masih dalam kategori lemah.
”Pantauan kami, fenomena El Nino masih pada kategori lemah, tetapi memang intensitas hujan menurun dibandingkan pada bulan sebelumnya,” kata Lian.