Untuk pertama kalinya, sejumlah komunitas menggelar Festival Ngintip Tahu di Desa Cipeujeuh Wetan, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Jumat – Minggu (5-7/7/2019). Festival tersebut untuk mengembangkan intip tahu sebagai ikon kuliner Cirebon yang berusia hampir seabad.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
CIREBON, KOMPAS – Untuk pertama kalinya, sejumlah komunitas menggelar Festival Ngintip Tahu di Desa Cipeujeuh Wetan, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Jumat – Minggu (5-7/7/2019). Festival tersebut ingin memperkenalkan dan mengembangkan intip tahu sebagai ikon kuliner Cirebon yang berusia hampir seabad.
Intip tahu adalah kerak tahu yang diolah menjadi pepes dengan bumbu tertentu. Kuliner ini diyakini telah ada sejak 1920 di Dusun Peradenan, Cipeujeuh Wetan, sekitar 17 kilometer dari pusat pemerintahan Kota Cirebon.
“Di sini, pusat pembuatan intip tahu. Ada 46 pabrik tahu yang masih aktif. Festival ini dibuat agar intip tahu semakin dikenal dan masyarakat setempat bangga,” ujar Benny Sulaiman, penggagas festival.
Pembukaan festival, Jumat sore, dimeriahkan kirab budaya, tari kolosal babakan tahu, dan pencucian batu artefak pabrik tahu yang berusia puluhan tahun. Meskipun hujan, ratusan pengunjung dan pejabat desa tetap antusias mengikuti acara.
Panitia juga membagikan secara gratis sekitar 500 masakan tahu, seperti intip tahu dan tahu goreng, kepada masyarakat dalam acara grebek tahu. Warga pun berebut mendapatkan aneka masakan tahu itu.
Beragam acara juga digelar, seperti workshop daur ulang sampah, pentas musik, teater, bersih-bersih sungai, dongeng, dan workshop inovasi intip tahu. Belasan komunitas dan organisasi masyarakat turut serta, seperti Indraprahasta, Petakala Grage, dan Jagakali Art Community.
“Meskipun tidak ada dana dari pemerintah, acara ini tetap berjalan. Rencananya, festival ini berlangsung setiap tahun,” lanjut Benny.
Menurut dia, intip tahu awalnya berkembang karena perajin tahu merasa upahnya rendah sehingga meminta kerak tahu kepada pemilik pabrik. Kerak itu lalu diolah menjadi intip tahu. “Hingga sekarang, intip tahu menjadi usaha banyak warga,” ucapnya.
Patih Kanoman Pangeran Raja Mochammad Qodiran yang turut hadir mengapresiasi festival tersebut. “Intip tahu ini punya sejarah panjang dan bisa menjadi ikon kuliner Cirebon. Apalagi, yang terlibat dalam sejarah pembuatan tahu di sini adalah etnis Tionghoa dan Jawa,” ujarnya.