Seorang nelayan tenggelam setelah perahu yang ditumpangi bersama dua rekannya terbalik diempas gelombang tinggi di Pantai Lengkong, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Selasa (16/7/2019) pagi. Ombak besar dan luasnya area pantai menghambat pencarian.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
CILACAP, KOMPAS — Watino (35), seorang nelayan, tenggelam setelah perahu yang ditumpangi bersama dua rekannya terbalik diempas gelombang tinggi di Pantai Lengkong, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Selasa (16/7/2019) pagi. Ombak besar dan luasnya area pantai menghambat upaya pencarian.
”Hingga siang ini, korban tenggelam belum ditemukan. Lebih dari 60 personel tim SAR Gabungan dikerahkan mencari korban,” kata Kepala Basarnas Pos SAR Cilacap Mulwahyono, Selasa, saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas.
Mulwahyono mengatakan, korban bernama Watino (35) tenggelam sekitar pukul 07.00 ketika hendak berangkat melaut. Saat itu, posisi perahu masih di pantai. Biasanya, nelayan mencari celah saat ombak landai untuk kemudian berangkat.
Namun, Watino dan rekan-rekannya salah perhitungan. Saat ombak mulai landai dan perahu beranjak ke tengah, tiba-tiba muncul ombak besar yang kemudian menerjang perahu hingga terbalik.
Menurut Mulwahyono, kedua rekan korban di atas kapal, yaitu Sanan dan Kus, berhasil berenang menyelamatkan diri. Namun, Watino tidak berhasil dan kemudian tenggelam ditelan ombak. ”Ombak di pantai selatan akhir-akhir ini cukup tinggi, berkisar 3-4 meter. Lagi pula nelayan tidak mengenakan jaket pelampung,” katanya.
Pencarian korban difokuskan pada radius 2 kilometer arah timur dan 5 kilometer arah barat. Tim pencari dibagi dua untuk menyisir area darat dan perairan. Menurut Mulwahyono, area yang luas dan kondisi gelombang tinggi mempersulit pencarian.
Tim SAR Gabungan melakukan pencarian nelayan yang tenggelam, baik dengan menggunakan perahu maupun dengan menyisir pantai, Selasa (16/7/2019) di Cilacap, Jawa Tengah. Hingga Selasa siang, pencarian belum membuahkan hasil.Selain itu, sedikitnya nelayan yang melaut juga membuat tim gabungan kesulitan mendapatkan informasi. ”Karena ombak tinggi, hanya sedikit nelayan yang melaut. Biasanya kami dapat informasi lokasi korban dari nelayan,” katanya.
Kepala UPT Badan Penanggulangan Bencana Daerah Cilacap Andi Susilo mengatakan, tim gabungan pada Selasa masih berupaya mencari korban. Penyisiran di pantai menggunakan motor trail, sedangkan di laut menggunakan kapal SAR.
Jika mau melaut, sebaiknya menggunakan jaket pelampung karena meskipun membatasi gerak saat di perahu, fungsinya sangat penting untuk keselamatan.
Mulwahyono mengimbau nelayan agar tidak melaut terlebih dahulu karena ketinggian ombak masih sekitar 3 meter. ”Jika mau melaut, sebaiknya menggunakan jaket pelampung karena meskipun membatasi gerak saat di perahu, fungsinya sangat penting untuk keselamatan. Terlebih jika terjadi kecelakaan seperti saat ini,” kata Mulwahyono.
Karakteristik ombak di selatan Jawa Tengah cenderung tinggi dan besar karena berhadapan langsung dengan Samudra Hindia. Selain itu, kontur lantai pantai yang cenderung curam dan dalam serta terdapat palung di bibir pantai membuat korban tenggelam biasanya terseret arus dan hilang. Oleh karena itu, Basarnas ataupun BPBD di sekitar Jateng selatan, seperti Cilacap dan Kebumen, mengimbau agar pengunjung tidak berenang di pantai.