Gandeng SMK, PT INKA Siapkan Pekerja untuk Pabrik di Banyuwangi
›
Gandeng SMK, PT INKA Siapkan...
Iklan
Gandeng SMK, PT INKA Siapkan Pekerja untuk Pabrik di Banyuwangi
PT Industri Kereta Api menggandeng sejumlah SMK di Jember dan Banyuwangi guna menyiapkan pekerja di pabrik baru di Banyuwangi, Jawa Timur. Dibutuhkan sedikitnya 5.000 tenaga kerja untuk memproduksi kereta untuk pasar ekspor tersebut.
Oleh
Andreas Benoe Angger Putranto
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS – PT Industri Kereta Api menggandeng sejumlah SMK di Jember dan Banyuwangi guna menyiapkan pekerja di pabrik baru di Banyuwangi, Jawa Timur. Dibutuhkan sedikitnya 5.000 tenaga kerja untuk memproduksi kereta untuk pasar ekspor tersebut.
Pabrik kereta milik PT Industri Kereta Api (INKA) di Banyuwangi merupakan pabrik baru sebagai pengembangan pabrik lama di Madiun. Pembangunan pabrik yang diklaim sebagai pabrik kereta terbesar se-Asia Tenggara itu ditargetkan rampung pertengahan 2020.
“Penyiapan tenaga kerja penting kami lakukan, agar saat pabrik rampung dibangun, tenaga kerja sudah siap,” ujar Direktur Utama PT INKA Budi Noviantoro dalam penandatangan nota kesepahaman antara PT INKA dengan sejumlah SMK di Banyuwangi, Rabu (17/7/2019).
Sejumlah SMK tersebut ditunjuk sebagai sekolah kejuruan yang menyediakan kelas khusus yang nantinya menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan industri perkeretaapian. Beberapa SMK tersebut antara lain, SMK Cordova Banyuwangi, SMK Negeri 1 Glagah Banyuwangi, dan SMK Negeri 2 Jember.
Budi mengatakan, butuh tenaga khusus yang sesuai dengan spesifikasi industri. Menurutnya, untuk bekerja di industri kereta api tidak bisa sembarang lulusan SMK. Oleh karena itu, perlu ada kelas khusus untuk menghasilkan pekerja di industri perkeretaapian.
INKA, lanjut Budi, juga bekerjasama dengan Politeknik Madiun yang memiliki jurusan perkeretaapian. Para siswa SMK yang berprestasi akan direkomendasikan mendapat beasiswa dari PT INKA untuk belajar di Politeknik Madiun bahkan belajar hingga ke Denmark. Mereka yang lulus seleksi nantinya mendapat pelatihan selama 3 bulan sebelum akhirnya resmi menjadi pegawai PT INKA.
“Kami membutuhkan lulusan SMK dengan spesifikasi industri untuk membuat lokomotif, kereta barang, dan kereta penumpang. Dari kebutuhan 5.000 tenaga kerja, kami berharap 70 persen berasal dari Banyuwangi dan sekitarnya,” tutur Budi.
Kepala SMK Negeri 1 Glagah Banyuwangi Panuri telah menyiapkan kelas khusus perkeretaapian untuk tahun ajaran 2019/2020. Siswa untuk kelas khusus tersebut baru akan diseleksi pada 26 Juli 2019.
“Siswa yang memiliki minat dan memiliki kompetensi dasar dapat masuk kelas khusus tersebut. Mereka juga harus memiliki sikap, nilai, kinerja dan kompetensi khusus dalam bidang teknik las,” ungkap Panuri.
Ia menambahkan, kelas khusus perkeretaapian memiliki kurikulum, guru pengajar, peralatan, dan sistem pembelajaran yang berbeda dengan kelas pada umumnya. Seluruh sistem belajar akan disesuaikan dengan standar industri kereta api.
Bengkel kerja, misalnya, sudah dilengkapi warna khusus pada lantainya untuk membedakan wilayah kerja, batas wilayah kerja dan di luar wilayah kerja. Para siswa juga menggunakan baju dan perlengkapan khusus menyerupai pekerja di industri perkeretaapian.
“Sejak saat ini, mereka akan kami biasakan dalam suasana dan sistem kerja di industri kereta api. Ini dilakukan agar nantinya mereka benar-benar siap terjun di industri kereta api,” ujarnya.
PT INKA nantinya juga akan menurunkan sejumlah orang sebagai guru tamu di kelas khusus perkeretapian. Dalam satu semester kegiatan belajar mengajar bersama guru tamu bisa berlangsung 6-20 kali.
Menteri BUMN Rini Soemarno, yang hadir dalam penandatangan nota kesepahaman, menyambut baik upaya PT INKA menggandeng SMK. Ia menilai, hal ini merupakan cara kerja yang baik sehingga BUMN secara nyata bisa menyerap lulusan SMK.
BUMN tidak hanya sekedar memberi bantuan biaya pendidikan, tetapi juga sarana dan prasarana pendidikan sehingga bisa tumbuh bersama SMK
“Saya juga berharap BUMN tidak hanya sekedar memberi bantuan biaya pendidikan, tetapi juga sarana dan prasarana pendidikan. Dengan demikian BUMN dan SMK bisa tumbuh bersama,” tutur Rini.