Panggung Kolaborasi di Toraja International Festival 2019 Dimulai
›
Panggung Kolaborasi di Toraja ...
Iklan
Panggung Kolaborasi di Toraja International Festival 2019 Dimulai
Tetabuhan gendang berpadu hentakan pukulan alu, lesung, serta seruling mengiringi paduan suara yang membawakan lagu Toraja membuka Toraja International Festival 2019, Jumat (19/7/2019) malam. Bertempat di objek wisata kompleks Tongkonan tua, Ke’te Kesu, festival yang sudah digelar ke tujuh kalinya ini disambut antusias.
Oleh
RENY SRI AYU/M FINAL DAENG
·2 menit baca
RANTEPAO, KOMPAS-Tetabuhan gendang berpadu hentakan pukulan alu, lesung, serta seruling mengiringi paduan suara yang membawakan lagu Toraja membuka Toraja International Festival 2019, Jumat (19/7/2019) malam. Bertempat di objek wisata kompleks Tongkonan tua, Ke’te Kesu, festival yang sudah digelar ke tujuh kalinya ini disambut antusias.
Sejumlah seniman tari dan musik dari beberapa negara ikut berkolaborasi tampil sepanggung dalam acara yang akan digelar hingga Minggu (21/7). Kamao Abayomi asal Amerika Serikat, misalnya, bernyanyi hip-hop bersama paduan suara pelajar Toraja yang membawa lagu-lagi berbahasa Toraja.
Ada pula tari Bharatatanatyam asal India. Tari, yang disebut salah satu tarian klasik tertua di India ini, disambut antusias penonton. Peragaan busana etnik yang menampilkan karya perancang lokal,juga melengkapi acara pembuka festival yang digagas Franky Raden ini.
Syukuri, anggota Tim Promosi dari Deputi Bidang Promosi di Kementerian Pariwisata, berharap festival ini menggenjot kunjungan wisatawan. Selama ini, sejumlah festival di berbagai daerah dimasukkan kementrian pariwisata dalam kalender even nasional yang kemudian dipromosikan secara besar-besaran untuk mengundang wisatawan.
“Memang target kunjungan wisatawan ke Indonesia direvisi dari 20 juta menjadi 18 juta akibat berbagai bencana yang terjadi di tanah air. Tapi, kami berharap berbagai ajang festival yang digelar akan menarik minat wisatawan,” katanya.
Franki Raden mengatakan walau tanpa dukungan berarti dari pemerintah, festival ini tetap diselenggarakan karena sudah kadung jadi agenda tahunan. "Saya urus sendiri semua. Beruntung, hubungan baik masih saya jaga dengan seniman luar negeri sehingga mereka tetap mau datang dengan segala keterbatasan. Begitu pula staf yang bekerja bersedia tak dibayar karena kecintaannya pada dunia berkesenian. Tahun depan, jika masih seperti ini, saya mikir-mikir lagi untuk melanjutkan,” katanya.