Mendekati puncak kemarau, permintaan bantuan air bersih dari desa-desa terdampak kekeringan di sejumlah kabupaten di Jawa Tengah, di antaranya Boyolali, Wonogiri, dan Sragen, meningkat.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·2 menit baca
SOLO, KOMPAS - Mendekati puncak kemarau, permintaan bantuan air bersih dari desa-desa terdampak kekeringan di sejumlah kabupaten di Jawa Tengah, di antaranya Boyolali, Wonogiri, dan Sragen, meningkat. Bantuan air bersih dari pemerintah daerah pun terus disalurkan menggunakan truk-truk tangki.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri Bambang Haryanto, Jumat (26/7/2019), mengatakan, berdasarkan informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak musim kemarau diperkirakan pada Agustus.
Sampai saat ini, sudah dilakukan dropping air bersih sebanyak 772 tangki ke 36 desa itu.
Saat ini, di Wonogiri ada 36 desa di delapan kecamatan yang terdampak kekeringan akibat musim kemarau. Delapan kecamatan tersebut yakni Paranggupito, Giritontro, Giriwoyo, Nguntoronadi, Pracimantoro, Eromoko, Selogiri, dan Manyaran.
Bantuan air bersih disalurkan kepada masyarakat di desa-desa terdampak. Penyaluran air bersih mendapatkan bantuan dari donatur serta Palang Merah Indonesia (PMI). “Sampai saat ini, sudah dilakukan dropping air bersih sebanyak 772 tangki ke 36 desa itu,” kata Bambang.
Menurut Bambang, untuk mengatasi kekeringan secara permanen, tahun ini Pemerintah Kabupaten Wonogiri melakukan revitalisasi empat embung di Giritontro dan Paranggupito. “Fokus Pemkab Wonogiri mengarah ke upaya penanganan kekeringan secara permanen,” katanya.
Di Sragen, sebanyak 36 desa yang tersebar di tujuh kecamatan juga terdampak kekeringan karena kemarau. Kepala BPBD Sragen Sugeng Prioyono mengatakan, sejumlah desa yang terdampak kekeringan telah mengajukan permintaan bantuan air bersih.
“Ini mulai ada permintaan bantuan air bersih dari masyarakat. Dropping air bersih dilakukan lewat BPBD Sragen, PMI, dan PDAM Sragen, hingga hari ini sebanyak 85 tangki di 15 desa,” katanya.
Untuk mempercepat dan mempermudah penyaluran bantuan air bersih kepada masyarakat, Pemkab Sragen membagikan bantuan sebahyak 130 tandon air sumbangan dari program CSR dunia usaha. Bantuan tandon dengan kapasitas masing-masing 2.000-5.000 liter tersebut disalurkan kepada 36 desa yang terdampak kekeringan.
“Tandon-tandon itu untuk menampung bantuan air bersih. Ini akan mempercepat proses dropping air. Warga dapat mengambil air bersih di tandon-tandon umum tersebut. Selama ini, prosesnya dari truk tangki langsung ke ember atau jeriken warga,” kata Sugeng.
Menurut Sugeng, saat puncak kemarau yang diperkirakan mulai pertengahan Agustus, penyaluan air bersih akan dilakukan secara reguler ke desa-desa terdampak kekeringan. Itu akan dilakukan tanpa menunggu permintaan bantuan air bersih dari pemerintah desa maupun masyarakat. Berdasarkan pengalaman tahun 2018, penyaluran air bersih mencapai total 1.950 tangki.
Di Boyolali, BPBD Boyolali juga telah menyalurkan bantuan air bersih ke desa-desa terdampak kekeringan. Kepala BPBD Boyolali Bambang Sinungharjo menyebutkan, desa terdampak kekeringan di Boyolali sebanyak 42 desa di ke Kecamatan Juwiring, Wonosegoro, Musuk, dan Taman Sari. Pihaknya telah menyalurkan bantuan air bersih sebanyak total 92 tangki.