Teknisi Helikopter ”Water Bombing” Meninggal karena Sakit
›
Teknisi Helikopter ”Water...
Iklan
Teknisi Helikopter ”Water Bombing” Meninggal karena Sakit
Teknisi darat Helikopter Bom Air MI 8 RA 22583, Andrey Sushanov (43), meninggal di RS Siloam Sriwijaya, Palembang, karena penyempitan pembuluh darah. Andrey dua minggu terakhir berada di Palembang untuk membantu proses operasional helikopter bom air.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·2 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Teknisi darat Helikopter Bom Air MI 8 RA 22583, Andrey Sushanov (43), meninggal di RS Siloam Sriwijaya, Palembang, karena penyempitan pembuluh darah. Andrey baru dua minggu berada di Palembang untuk membantu proses operasional helikopter bom air.
Kepala Bidang Penanggulangan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori, Selasa (13/8/2019), mengatakan, Andrey diketahui meninggal pada Minggu (11/8) di RS Siloam Sriwijaya. Kejadian ini bermula saat Andrey mengalami kesulitan bernapas ketika beristirahat di sebuah hotel. ”Kebetulan saat itu dia sedang libur,” katanya.
Kemudian, pria berkebangsaan Rusia tersebut meminta manager lapangannya, Pavel Zakharov, untuk mengantarnya ke RS untuk perawatan lebih lanjut. Indikasi awal, dokter menyatakan adanya penyempitan pembuluh darah. ”Andrey pun langsung dibawa ke ruang gawat darurat untuk mendapat perawatan lebih lanjut,” katanya.
Ansori menerangkan, Andrey baru berada di Palembang selama dua minggu dan bertugas sebagai teknisi lapangan Helikopter MI 8 yang difungsikan sebagai helikopter water bombing. Menurut rencana, jenazah Andrey akan diotopsi untuk mengetahui penyebab kematiannya. ”Namun, sampai saat ini, kami masih menunggu surat kuasa dari keluarganya di Rusia,” ujarnya.
Ansori mengatakan, saat ini jumlah helikopter bom air di Palembang ada lima unit. ”Satu unit baru datang sekitar satu minggu lalu,” katanya. Penambahan ini dilakukan mengingat eskalasi kebakaran lahan yang terus terjadi. Jumlah titik panas di Sumsel per 12 Agustus mencapai 224 titik panas lebih banyak dibanding periode yang sama bulan lalu yang hanya 57 titik panas.
Komandan Lanud Sri Mulyono Herlambang Palembang Kolonel Penerbang Heri Sutrisno mengatakan, atas peristiwa ini, kondisi operasional helikopter bom air masih tetap berjalan seperti biasa. ”Setiap perusahaan pasti memiliki teknisi cadangan dan kemungkinan perusahaan juga akan menggantikannya dengan yang baru,” katanya.
Keberadaan helikopter bom air sangat penting karena armada itu membantu proses pemadaman dari udara ketika tim darat tidak dapat mencapai titik api. ”Namun, helikopter baru akan dioperasikan apabila ada permintaan dari tim darat,” katanya.