Warga Karawang Sisihkan Setengah Penghasilan untuk Beli Air Bersih
›
Warga Karawang Sisihkan...
Iklan
Warga Karawang Sisihkan Setengah Penghasilan untuk Beli Air Bersih
Sejumlah kecamatan di Karawang, Jawa Barat, menghadapi krisis air bersih dan kekeringan sejak tiga bulan terakhir. Sebagian warga sengaja menyisihkan setengah penghasilannya per bulan untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
Oleh
MELATI MEWANGI
·2 menit baca
KARAWANG, KOMPAS—Sejumlah kecamatan di Karawang, Jawa Barat, menghadapi krisis air bersih dan kekeringan sejak tiga bulan terakhir. Sebagian warga sengaja menyisihkan setengah penghasilannya per bulan untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
Di Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang, Kamis(22/8/2019), misalnya. Setiap kemarau tiba, masyarakat memanfaatkan air dari kubangan tersebut. Padahal, kubangan itu airnya tampak berlumut dan hijau. Ada beberapa sampah plastik dan ranting pohon di sana. Namun, masyarakat mengatakan tidak mengalami gangguan kesehatan dari kondisi itu.
Kaetini (67), warga Desa Parungmulya, Kecamatan Ciampel, Karawang, mengatakan, harus membeli air seharga Rp 3.000 per ember (sekitar 20 liter air). Setiap hari ia membutuhkan 100 liter air yang ditampung di tong besar di belakang rumahnya. Di usia senjanya, ia mengaku tak sanggup jika harus berjalan jauh menuju sumber air.
“Jauh pisan (sekali) mencari sumber air bersih. Saya terpaksa beli air,” ujarnya dengan tatapan kosong.
Bantuan air bersih diharapkan dapat meringankan beban masyarakat. Sebab, bencana kekeringan dan krisis air yang terulang setiap tahun menyebabkan mereka harus mencari air ke lokasi yang cukup jauh.
Karsem (38), warga lainnya, mengungkapkan, selama ini dirinya mengambil air dari kubangan-kubangan yang ada di sungai Cirinjing, Kecamatan Ciampel. Meski sungai kering, air masih keluar dari kubangan dan digunakan untuk mencuci pakaian dan mandi. Adapun air untuk kebutuhan memasak, Karsem membeli air Rp 6.000 per galon untuk kebutuhan 2 hari.
Deden S (40), warga Desa Wanajaya, Telukjambe Barat, Karawang, juga mengalami hal yang sama. Ia harus membeli air bersih seharga Rp 50 ribu per hari, untuk setiap 100 liter. Menurutnya, kekeringan tahun ini datang lebih awal dibandingkan tahun lalu. Sumur di rumahnya mengering sejak tiga bulan lalu.
Anggaran bulanan membengkak untuk beli air saja. Dalam sebulan bisa mencapai Rp 1,5 juta
“Anggaran bulanan membengkak untuk beli air saja. Dalam sebulan bisa mencapai Rp 1,5 juta,” katanya. Jumlah itu setara sekitar setengah penghasilannya per bulan.
Kepala Bidang Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karawang Ruchimat mengatakan, ada tujuh kecamatan di Karawang yang saat ini menghadapi krisis air bersih. Dari semua kecamatan tersebut, baru sebagian yang sudah mengajukan permohonan air bersih di desa tertentu.
Kecamatan itu adalah Pangkalan, Tegalwaru, Ciampel, Telukjamber Barat, Cilebar, Tirtajaya, dan Tempuran. Ada sebanyak 31 tangki air dengan kapasitas masing-masing 5.000 liter yang telah dikirim ke sejumlah desa.