Petani Diberi Waktu Dua Bulan Selesaikan Program Serasi
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memberikan tenggat kepada petani di Muara Padang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, untuk menyelesaikan program Selamatkan Rawa, Sejahterakan Petani seluas 100.000 hektar sampai 19 Oktober 2019.
MUARA PADANG, KOMPAS — Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memberikan tenggat kepada petani di Muara Padang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, untuk menyelesaikan program Selamatkan Rawa, Sejahterakan Petani (Serasi) seluas 100.000 hektar sampai 19 Oktober 2019. Alasannya, program ini mampu mendongkrak pendapatan petani karena penggarapan lahan lebih optimal.
Dari sisi petani, mereka kesulitan memenuhi target karena selama ini terkendala dengan terbatasnya alat kerja. Kondisi infrastruktur pertanian yang tidak mendukung juga turut membuat upaya untuk dua kali tanam cenderung gagal.
Amran datang ke Kecamatan Muara Padang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Rabu (28/8/2019), untuk memastikan penggarapan lahan rawa di desa tersebut. Saat itu, warga tengah memperdalam kanal dengan menggunakan ekskavator. Proses lain menyalurkan air yang ada di kanal ke lahan pertanian dengan pompa dan menggarap lahan dengan traktor.
Baca juga: Pemkab Banjar Pertahankan Predikat Lumbung Padi
Amran menerangkan, pihaknya sudah menggelontorkan dana hingga Rp 400 miliar untuk penggarapan lahan rawa di Sumatera Selatan. Dana itu untuk menyediakan 119 ekskavator, 200 traktor roda empat, dan sejumlah alat mesin pertanian (alsintan) lainnya. ”Dana ini dikeluarkan karena Sumsel memiliki potensi yang sangat besar,” katanya.
Wilayah Banyuasin merupakan yang terbesar yang mendapatkan alokasi pelaksanaan Serasi di Sumsel dengan luas lahan yang akan digarap seluas 82.559 hektar. ”Dengan adanya alsintan, luasan program Serasi di Banyuasin diperluas menjadi 100.000 hektar,” ujar Amran.
Dengan demikian, Banyuasin menerima setengah dari keseluruhan program Serasi yang dialokasikan di Sumsel, yakni 200.000 hektar. Adapun daerah lain yang mendapatkan program Serasi adalah Kabupaten Musi Banyuasin seluas 35.143 hektar, Ogan Komering Ilir seluas 67.948 hektar, Ogan Ilir 1.200 hektar, Ogan Komering Ulu Timur 4.000 hektar, Musi Rawas Utara 1.000 hektar, Penukal Abab Lematang Ilir 5.850 hektar, Ogan Komering Ulu 300 hektar, dan Muara Enim seluas 2.000 hektar.
Amran bahkan berkomitmen akan memberikan bantuan 50 ekskavator tambahan apabila Sumsel berhasil mewujudkan program Serasi ini tepat waktu. ”Kalau program ini berhasil, Sumsel akan menjadi percontohan bagi daerah lain di Indonesia,” katanya.
Menurut dia, dengan selesainya program Serasi, pendapatan petani bisa melonjak tajam. Hal ini karena lahan yang biasanya hanya digunakan untuk satu kali taman bisa digunakan sampai tiga kali taman. ”Apabila 200.000 hektar ini tergarap dengan baik, pendapatan yang bisa dihasilkan petani bisa mencapai Rp 14 triliun per tahun,” ucapnya.
Kalau program ini berhasil, Sumsel akan menjadi percontohan bagi daerah lain di Indonesia.
Apalagi, program Serasi ini diberikan untuk mendongkrak produktivitas lahan rawa yang selama ini tidak tergarap optimal. Banyak kendala yang dihadapi petani saat menggarap produk pertanian di lahan rawa, seperti kondisi drainase buruk sehingga kadar asam sangat tinggi, alhasil tanaman pun sulit tumbuh. Mengantisipasi hal ini, perlu dilakukan pembuatan kanal dan sistem tata kelola air sehingga saat kemarau kondisi air terjaga.
Di sisi lain, ungkap Amran, benih padi banyak yang tidak cocok digunakan untuk lahan rawa. Untuk itu, para peneliti menghasilkan benih jenis Infara II yang cocok ditanam di lahan rawa. ”Bibit ini mampu menghasilkan 6 ton-8 ton gabah per hektar sekali panen, lebih banyak dibandingkan dengan benih padi biasa yang menghasilkan gabah 2 ton per hektar.
Peralatan minim
Sairudin, petani di Desa Tirta Jaya, Kecamatan Muara Padang, mengatakan, kondisi infrastruktur pertanian yang tidak mendukung membuat upaya untuk dua kali tanam kerap gagal. Dirinya sudah tiga kali mencoba IP 200 (dua kali tanam), tetapi dua kali gagal panen, satu kali hasilnya tidak optimal dengan hasil panen hanya 2,8 ton gabah kering panen per hektar.
Hal ini dikarenakan kurangnya pasokan air saat kemarau dan serangan hama tikus lantaran masa tanam yang tidak serentak. Sairudin menerangkan, selama ini pihaknya kesulitan mendapatkan pinjaman alsintan karena jumlahnya memang sangat terbatas. Desa Tirta Jaya hanya memiliki dua traktor. Kondisi ini tidak memungkinkan untuk melakukan penanaman secara serentak. Dia berharap agar penyaluran alsintan benar-benar merata sehingga tanam serentak dapat berlangsung.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banyuasin Zainuddin mengatakan, sejak Serasi mulai digalakkan dua bulan lalu, hingga kini sudah 51.000 hektar lahan rawa yang tergarap.
Untuk mengejar target 50.000 hektar lagi dalam waktu dua bulan, pihaknya akan mempercepat pengerjaan dengan menambah jam kerja petani. ”Karena kami telah dipinjamkan alat, tentu akan kami gunakan secara optimal,” katanya.
Zainuddin menuturkan, apabila program ini telah tuntas, selanjutnya, dia akan menginventarisasi jumlah alsintan di desa-desa untuk memastikan sudah tersedia sesuai dengan kebutuhan. ”Jangan sampai ada desa yang kelebihan alat, di sisi lain ada desa yang kekurangan alat pertanian,” katanya.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengutarakan, dengan tergarapnya lahan rawa, produktivitas lahan persawahan yang ada di Sumsel diharapkan dapat terdongkrak.
Tahun ini, pemerintah menargetkan peningkatan produktivitas hingga 5,6 juta ton gabah kering panen atau meningkat 10 persen dibandingkan dengan pencapaian tahun lalu. ”Saya menargetkan, Sumsel bisa menjadi lumbung pangan nasional terbesar nomor tiga atau bahkan nomor satu pada 2021,” tuturnya.
Baca juga: Perhutanan Sosial Dinikmati Petani Sumsel