Isu adanya unjuk rasa susulan di Manokwari, Papua Barat, pada Senin (2/9/2019) besok, menimbulkan keresahan bagi warga. Sejumlah pihak pun berharap kondisi Manokwari aman dan kembali pulih seperti sedia kala.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·2 menit baca
MANOKWARI, KOMPAS - Isu adanya unjuk rasa susulan di Manokwari, Papua Barat, pada Senin (2/9/2019) besok, menimbulkan keresahan bagi warga. Dikhawatirkan unjuk rasa akan berujung kerusuhan seperti pada 19 Agustus lalu. Sejumlah pihak pun berharap kondisi Manokwari aman dan kembali pulih seperti sedia kala.
Hesti, penjual makanan di Manokwari yang ditemui pada Minggu (1/9) malam, mengatakan, dirinya tidak akan berjualan pada Senin besok. Warung makan yang berada di pusat kota itu akan ditutup sementara. Demi keselamatan, malam ini, ia dan keluarga akan mengungsi ke rumah kerabatnya yang berada di pinggiran kota.
"Selama 10 tahun terakhir cari nafkah di kota ini, saya baru mengalami kondisi seperti saat ini. Waktu kerusuhan dua minggu lalu, warung saya dilempar dan hampir dibakar. Saya masih sangat ketakutan. Saya berharap besok Manokwari tetap aman," katanya.
Harapan itu juga disampaikan sejumlah warga lainnya yang ditemui Kompas. Agustinus, tukang ojek berdarah campuran Maluku dan Papua juga mengaku takut dengan aksi besok. Pada aksi 19 Agustus lalu, motor rekan ojeknya dibajak pendemo kemudian dirusak. "Tadi banyak teman ojek tidak berani ke jalan," katanya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Kompas, ada rencana unjuk rasa di Manokwari pada Senin besok. Aksi tersebut masih berkaitan dengan persekusi dan ujaran kebencian bernada rasisme terhadap mahasiswa asal Papua di Jawa Timur pada pertengahan Agustus lalu.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Papua Barat Ajun Komisaris Besar Mathias Yosia Krey mengatakan, hingga Minggu malam, belum ada pemberitahuan mengenai rencana unjuk rasa. "Polisi tetap siaga untuk antisipasi," ucapnya.
Jika terjadi aksi, Mathias kembali mengingatkan, bahwa Polisi akan menindak mereka yang diduga melakukan tindak pidana. Pada kerusuhan 19 Agustus, Polda Papua Barat telah menetapkan 13 tersangka. Pada Minggu siang, Polda Papua Barat melalui sejumlah anggota menyebarkan selebaran berisi imbauan bahwa peserta aksi dilarang membawa alat tajam.
Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan, yang juga Ketua Suku Besar Arfak, mengajak masyarakat Suku Arfak untuk menjaga kedamaian di Manokwari. Warga diminta menjaga gedung pemerintahan, termasuk kantor gubernur tempat dirinya bertugas. "Mari kita bantu aparat keamanan untuk jaga Kota Manokwari," ujarnya.
Pada Minggu petang, Dominggus berdialog dengan ratusan tokoh adat Suku Besar Arfak di Manokwari. Turut hadir Bupati Pegunungan Arfak Yosias Saroi, Bupati Manokwari Selatan Markus Waran, dan pejabat dari Kabupaten Manokwari. Ketiga daerah itu merupakan bagian dari wilayah adat masyarakat Pegunungan Arfak.