Yudhoyono: Prinsip Pemenang Mengambil Semua Tidak Cocok untuk Indonesia
›
Yudhoyono: Prinsip Pemenang...
Iklan
Yudhoyono: Prinsip Pemenang Mengambil Semua Tidak Cocok untuk Indonesia
Pesan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono bahwa prinsip ”the winner takes all” tidak cocok dengan Indonesia yang majemuk menjadi satu dari sekian harapan yang dititipkannya untuk Presiden Joko Widodo.
Oleh
PRADIPTA PANDU MUSTIKA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan, prinsip pemenang mengambil semua atau the winner takes all yang ekstrem tidak cocok dengan bangsa Indonesia yang majemuk. Kompromi dan konsensus yang adil bukanlah cara yang buruk.
Yudhoyono menyampaikan hal ini dalam pidato kontemplasi saat peringatan 18 tahun Partai Demokrat, 70 tahun usia Yudhoyono, dan 100 hari wafatnya istri Yudhoyono, Ny Ani Yudhoyono, di kediaman Yudhoyono, di Cikeas, Bogor, Senin (9/9/2019) malam.
Pesan tersebut dinilainya menjadi salah satu resep untuk mewujudkan masyarakat, bangsa, dan negara yang baik.
Pesan itu juga satu dari sekian pesan yang dititipkannya untuk presiden-wakil presiden terpilih, Joko Widodo-Ma’ruf Amin.
”Esensinya, ke depan, politik kita harus makin menjadi politik yang baik bagi bangsa yang majemuk, yang juga menganut sistem demokrasi multipartai. Politik kita harus makin guyub, makin inklusif, dan makin teduh,” katanya.
”Demokrasi tak harus selalu diwarnai dan diselesaikan dengan one person one vote, tapi juga ada semangat yang lain. Kompromi dan konsensus yang adil dan membangun bukanlah jalan dan cara yang buruk,” lanjutnya.
Terlihat hadir saat Yudhoyono menyampaikan pidato kontemplasi para pengurus dan kader Partai Demokrat. Tidak terlihat elite dari partai politik lain karena memang acara itu dibuat hanya untuk kalangan internal Demokrat.
Pidato Yudhoyono itu menjadi pidato politik pertamanya setelah selama delapan bulan sebelumnya, ia menghabiskan waktu untuk merawat istrinya dan berduka setelah ditinggal istrinya.
Lampu kuning
Resep lain yang menurut Yudhoyono penting untuk mewujudkan negara dan bangsa yang baik adalah memperkuat kasih sayang, bukan kebencian, dan membangun persaudaraan, bukan membangun jarak dan permusuhan. Hal ini terutama penting untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang majemuk.
”Terus terang, tahun-tahun terakhir ini kasih sayang dan rasa persaudaraan ini melemah, sementara kebencian, jarak, dan permusuhan di antara komponen bangsa yang berbeda identitas menguat. Ini lampu kuning. Ini sebuah fenomena dan arus buruk yang membahayakan masyarakat dan bangsa kita,” tuturnya.
Presiden ke-6 Indonesia ini mendorong semua pihak untuk mengambil tanggung jawab dalam menghentikan dan membalikkan fenomena yang salah tersebut kembali ke jalan yang benar.
Dari sisi ekonomi, untuk menjadi negara dan bangsa yang baik, Yudhoyono berpesan agar semua pihak bergandengan tangan agar bisa merealisasikan cita-cita besar yang telah digariskan para pendiri bangsa, yaitu membangun masyarakat dan bangsa yang adil dan makmur.
”Kalau semua makmur, semua sejahtera, rasa keadilan akan datang dan bersemi di negeri ini. Realistisnya adalah yang miskin makin berkurang dan ketimpangan sosial ekonomi tidak semakin menganga. Yang kaya mesti ingat yang miskin, yang kuat mesti ingat yang lemah,” ujarnya.
Titipkan harapan
Dalam kesempatan itu, Yudhoyono juga mengajak rakyat Indonesia untuk memberikan kesempatan dan dukungan kepada pemimpin dan pemerintahan yang baru hasil Pemilu 2019.
”Melalui mimbar kecil di Cikeas ini, saya menitipkan harapan kepada Bapak Presiden Jokowi beserta jajaran pemerintahan yang beliau pimpin agar kiranya materi kontemplasi yang saya sampaikan malam ini dapat melengkapi agenda, kebijakan, dan langkah tindakan yang diambil oleh negara dan pemerintahan mendatang,” ujar Yudhoyono.
Dia sadar, membangun nilai dan perilaku menuju terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara yang baik merupakan agenda berkesinambungan. Dari satu pemimpin ke pemimpin berikutnya dan dari satu generasi ke generasi berikutnya. ”Namun, semuanya harus dimulai dari sekarang,” lanjutnya.