Penanganan kebakaran hutan di lereng Gunung Slamet memasuki hari kesepuluh pada Kamis (26/9/2019). Namun, bara api yang berada di beberapa titik masih diwaspadai karena berpotensi merambat dan menimbulkan api baru.
Oleh
KRISTI UTAMI
·2 menit baca
SLAWI, KOMPAS-Penanganan kebakaran hutan di lereng Gunung Slamet memasuki hari kesepuluh pada Kamis (26/9/2019). Meski beberapa titik api yang sebelumnya menyala sudah berhasil dipadamkan sejak Rabu (25/9/2019), sejumlah bara api sisa kebakaran masih ditemukan.
Koordinator Sukarelawan Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Tegal Abdul Kholik mengatakan, api di sekitar lokasi kebakaran yakni, di sekitar jalur pendakian Bukit Igir Pogok, Kabupaten Tegal dan Bukit Igir Genting, Kabupaten Brebes sudah padam. Namun, bara api yang berada di beberapa titik masih diwaspadai karena berpotensi merambat dan menimbulkan api baru.
"Angin kencang di sekitar lokasi membuat kami khawatir kalau bara api menjalar dan membakar tanaman kering di sekitar lokasi. Sebagian sukarelawan membuat sekat bakar selebar 3 meter untuk mengurangi risiko perambatan," kata Abdul.
Tidak hanya itu, beberapa sukarelawan juga memutuskan untuk menginap di sekitar lokasi pada Rabu malam untuk berjaga-jaga apabila ada potensi bara api merambat. Rencana menginap di sekitar lokasi kebakaran rencananya akan kembali dilakukan beberapa sukarelawan, Kamis malam. Abdul berharap, Jumat (27/9/2019) menjadi hari terakhir penanganan kebakaran hutan di lereng Gunung Slamet.
"Kami akan terus menyisir sisa-sisa bara api dan memantau agar tidak ada perambatan bara api. Semoga pada Jumat, semuanya sudah selesai," imbuh Abdul.
Sebelumnya, Minggu (22/9/2019), Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Jateng Sarwa Pramana mengatakan, pihaknya mempertimbangkan upaya pemadaman kebakaran di lereng Gunung Slamet menggunakan bom air dari udara dengan helikopter.
Kemudian, pada Senin (23/9/2019), dalam rapat koordinasi penanganan kebakaran hutan yang diselenggarakan di Kabupaten Tegal, Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng Sudaryanto menuturkan, penanganan kebakaran hutan di lereng Gunung Slamet lebih efektif dilakukan penyekatan.
Pemadaman menggunakan bom air sulit dilakukan di lereng Gunung Slamet karena angin di sekitar lokasi kebakaran cukup kencang
Pemadaman menggunakan bom air menurut Sudaryanto sulit dilakukan di lereng Gunung Slamet karena angin di sekitar lokasi kebakaran cukup kencang. Kondisi itu, menurut dia, berpotensi membahayakan penerbangan. Selain itu, biaya operasional untuk pemadaman menggunakan bom air terbilang mahal, Rp 200 juta per jam.
Wakil Administrator Kesatuan Pemangkuan Hutan Pekalongan Barat Hartanto mengatakan, berdasarkan penghitungan yang dilakukan hingga Kamis malam, luas areal yang terbakar sekitar 126 hektar. Dari luasan tersebut, 106 hektar berada di petak 16 wilayah Kabupaten Brebes dan 20 hektar berada di petak 48 wilayah kabupaten Tegal. Adapun kerugian akibat kejadian ini mencapai Rp 37,8 juta.