Seusai Kebakaran Lahan, Benda-benda Bersejarah Kerajaan Sriwijaya Bermunculan
›
Seusai Kebakaran Lahan,...
Iklan
Seusai Kebakaran Lahan, Benda-benda Bersejarah Kerajaan Sriwijaya Bermunculan
Sejumlah benda peninggalan masa Sriwijaya hingga Kesultanan Palembang Darussalam kembali ditemukan di kawasan pesisir timur Sumatera. Harta karun ini pun banyak diburu.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Sejumlah benda peninggalan masa Sriwijaya hingga Kesultanan Palembang Darussalam kembali ditemukan di kawasan pesisir timur Sumatera. Warga kembali berbondong-bondong memburu harta karun yang muncul setelah kebakaran lahan melanda daerah itu.
Hal ini disampaikan arkeolog dari Balai Arkeologi Sumatera Selatan, Retno Purwanti, Rabu (2/10/2019). Fenomena perburuan harta karun saat ini tengah gencar terjadi wilayah Tulang Selapan dan Cengal serta Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
Senin (1/10/2019), ditemukan perhiasan logam mulia berupa cincin yang diperkirakan berasal dari zaman Kedatuan Sriwijaya di kawasan Cengal, Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Fenomena memburu harta karun sudah santer terdengar sejak kebakaran lahan hebat yang terjadi di kawasan pantai timur Sumatera di Sumsel pada 2015. Saat lahan gambut terbakar, beberapa peninggalan masa lalu kembali muncul ke permukaan. ”Kalaupun harus menggali, tidak perlu terlalu dalam, mereka sudah bisa menemukan perhiasan, terutama logam mulia,” katanya.
Selain emas, ungkap Retno, warga juga menemukan sejumlah perhiasan kuno yang disebut dengan istilah mata kucing berbentuk kalung. Kalung ini diperkirakan merupakan kalung buatan dari Mesir dan negara-negara dari indopasifik. ”Perhiasan ini harganya jauh lebih mahal dibandingkan emas,” katanya.
Retno mengatakan, apabila dilihat dari banyaknya peninggalan di kawasan pesisir timur Sumatera, kemungkinan daerah ini merupakan kawasan perdagangan atau bahkan pelabuhan besar pada masa Kedatuan Sriwijaya hingga Kesultanan.
”Hal ini diperkuat dengan ditemukannya sejumlah bagian kapal, seperti kemudi, dayung, dan papan kapal,” kata Retno.
Perhiasan ini harganya jauh lebih mahal dibandingkan emas.
Beberapa warga telah menemukan sejumlah penemuan seperti logam mulia dan sejumlah perhiasan kuno lainnya. Kalau dilihat dari bentuk dan ukirannya, emas tersebut merupakan buatan dari zaman Kedatuan Sriwijaya yakni pada abad ke 9-14.
Retno mengatakan, dari hasil penelitian, penemuan peninggalan tertua mulai abad ke-7, banyak ditemukan di kawasan Karang Agung, kemudian bergeser ke kawasan Air Sugihan, tempat ditemukan barang peninggalan dari abad ke-9-12. Adapun untuk kawasan Cengal ditemukan peninggalan dari abad ke-12 sampai masa Kesultanan Palembang Darussalam.
”Dilihat dari penemuan yang ada, kemungkinan terjadi pergeseran lokasi perdagangan pada masa itu,” ungkap Retno. Dulu segala aktivitas ekonomi memang diadakan di atas air. Hal ini diperkuat dengan ditemukan sungai-sungai tua di pesisir timur Sumatera.
Retno menyayangkan adanya perburuan benda-benda bersejarah oleh warga tanpa dilaporkan terlebih dahulu ke Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi ataupun Balai Arkeologi Sumsel. Kondisi ini dikhawatirkan akan menyulitkan para peneliti untuk merangkai cerita sejarah yang ada di kawasan pesisir. ”Kami khawatir saat peninggalan sudah habis, akan lebih sulit bagi kami untuk menceritakan sejarah di masa itu,” katanya.
Dilihat dari penemuan yang ada, kemungkinan terjadi pergeseran lokasi perdagangan pada masa itu.
Kebanyakan warga tergiur untuk mencari harta karun karena harga yang ditawarkan cukup tinggi. ”Warga biasanya disuruh oleh para kolektor atau pemburu harta karun yang berasal dari Lampung. Karena benda-benda bersejarah di kawasan Lampung sudah habis, mereka bergeser ke Sumsel,” kata Retno.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori menerangkan, kebakaran lahan masih terjadi di sejumlah wilayah di Sumsel, terutama di Ogan Komering Ilir. Kebakaran terpantau di beberapa kawasan, seperti Kecamatan Tulung Selapan, Pedamaran Timur, Cengal, Pangkalan Lampam, Rambutan, Sungai Menang, Pampangan, dan Mesuji.
Kebakaran di kawasan itu sudah beberapa hari terakhir terjadi dan sulit dipadamkan karena lahan yang terbakar adalah lahan gambut. ”Asap juga mengarah ke Palembang,” katanya. Berdasarkan satelit Lapan, titik panas di Sumsel pada Selasa (1/10/2019) mencapai 610 titik dan 505 titik panas terpantau di Kabupaten Ogan Komering Ilir.