Gunung Cikuray Terbakar, Pendaki Diingatkan Lebih Berhati-hati
›
Gunung Cikuray Terbakar,...
Iklan
Gunung Cikuray Terbakar, Pendaki Diingatkan Lebih Berhati-hati
Hutan dan lahan seluas sekitar enam hektar di Gunung Cikuray, Kabupaten Garut, Jawa Barat, terbakar, Minggu (13/10/2019) malam. Pendaki dan warga diingatkan lebih berhati-hati.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Sedikitnya enam hektar hutan dan lahan di Gunung Cikuray, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Minggu (13/10/2019) malam terbakar. Pendaki dan warga diingatkan lebih berhati-hati karena pepohonan dan rumput yang mengering di musim kemarau rawan terbakar.
Api di Gunung Cikuray dapat dipadamkan, Senin (14/10/2019) sekitar pukul 01.00. Petugas gabungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Garut, TNI, Polri, relawan, dan warga setempat kesulitan memadamkan api. Sebab, lokasi kebakaran berjarak sekitar lima kilometer dari sumber air.
Petugas memadamkan api dengan membuat sekat bakar dan memukul-mukul api menggunakan dahan. Namun, api yang sempat padam itu kembali menyala pada Senin pagi.
Musim kemarau belum berakhir. Jadi, harap berhati-hati, terutama saat membuat perapian. Jangan sampai tidak diawasi
“Kemungkinan sisa kebakaran tertiup angin kencang sehingga api kembali menyala. Namun, saat ini api sudah dapat dipadamkan lagi,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Garut Tubagus Agus Sofyan saat dihubungi dari Bandung, Senin sore.
Agus mengatakan, lokasi kebakaran berada di kaki Gunung Cikuray. Lokasi tersebut merupakan jalur pendakian melalui Pamalayan, Kecamatan Bayongbong.
Menurut dia, tidak ada pendaki yang melalui jalur itu saat terjadi kebakaran. Namun, pendaki dan warga tetap diingatkan untuk lebih waspada karena kerentanan kebakaran di musim kemarau masih tinggi. “Musim kemarau belum berakhir. Jadi, harap berhati-hati, terutama saat membuat perapian. Jangan sampai tidak diawasi,” ujarnya.
Peringatan untuk lebih waspada tidak hanya diberikan bagi pendaki Gunung Cikuray. Sebab, beberapa gunung lainnya, seperti Papandayan dan Guntur juga dalam kondisi kering sehingga rawan kebakaran.
Belasan hektar lahan di Gunung Papandayan terbakar pada awal Oktober. Namun, kebakaran itu tidak sampai mengganggu aktivitas wisata di kawasan tersebut.
Hutan di Gunung Guntur juga terbakar pada Agustus lalu. Bahkan, selama musim kemarau tahun ini, tidak kurang terjadi tiga kali kebakaran di gunung setinggi 2.249 meter di atas permukaan laut tersebut.
Agus mengatakan, sumber api kecil pun dapat memicu kebakaran besar. Sebab, musim kemarau panjang membuat pepohonan dan rerumputan mengering sehingga mudah terbakar.
“Risikonya semakin tinggi saat angin bertiup kencang. Api akan cepat membesar sehingga lahan yang terbakar semakin luas,” ujarnya.
Ancaman kebakaran hutan dan lahan di sejumlah wilayah di Indonesia masih tinggi. Hanya sedikit wilayah yang diprediksi memasuki musim hujan pada Oktober.
Kepala Bidang Layanan Informasi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ana Oktavia Setiowati mengatakan, wilayah Sumatera bagian utara dan sebagian Papua akan memasuki musim hujan akhir Oktober. Sementara wilayah lain, di antaranya Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi baru masuk musim hujan pada November dan Desember.
“Puncak musim hujan diprediksi Januari sampai Februari 2020. Namun, hujan dengan intensitas menengah hingga tinggi sudah terjadi pada Desember,” jelasnya.