Kuliah Wirausaha Pertanian Gratis Wujud ”Pancasilanomics”
›
Kuliah Wirausaha Pertanian...
Iklan
Kuliah Wirausaha Pertanian Gratis Wujud ”Pancasilanomics”
Sekolah Tinggi Pertanian Kewirausahaan Banau milik Pemkab Halmahera Barat baru saja mewisuda 71 sarjana. Perguruan tinggi yang membebaskan biaya kuliah itu dianggap telah mengimplementasikan konsep Pancasilanomics.
Oleh
Fransiskus Pati Herin
·4 menit baca
AMBON, KOMPAS — Sekolah Tinggi Pertanian Kewirausahaan Banau baru saja mewisuda 71 sarjana. Perguruan tinggi milik Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara, yang membebaskan biaya kuliah itu didirikan untuk mencetak lulusan di bidang agribisnis dan agroteknologi. Daerah yang merupakan lumbung pangan di Maluku Utara itu dianggap telah mengimplementasikan konsep ”Pancasilanomics”.
Ketua Sekolah Tinggi Pertanian Kewirausahaan (STPK) Banau Dadan Hindayana, lewat sambungan telepon, Rabu (30/10/2019), mengatakan, lulusan yang diwisuda pada Senin, 28 Oktober, merupakan angkatan pertama yang menikmati layanan pendidikan gratis. Pemberlakuan pendidikan gratis itu sejak 2015 atau enam tahun sejak perguruan tinggi itu beroperasi.
Setiap mahasiswa secara berkelompok diberi lahan untuk diolah menjadi kebun palawija.
Hampir semua mahasiswa yang kuliah di kampus itu berasal dari kalangan ekonomi lemah, antara lain anak petani miskin, pedagang kecil, buruh serabutan, dan yatim piatu. Pihak kampus tidak memungut biaya kuliah. Tersedia pula asrama. Setiap mahasiswa secara berkelompok diberi lahan untuk diolah menjadi kebun palawija. Hasilnya dijual untuk uang saku mereka.
Salah satu mahasiswa adalah Avandris Saban (26). Anak petani asal Desa Sasur, Kecamatan Sahu Timur, itu sebelumnya bekerja sebagai pengaspal jalan di Maluku, kemudian menjadi penjaga toko kelontong di Papua Barat. Ia tertarik kuliah setelah mendapat kabar bahwa di kampus itu tidak dipungut biaya.
Menurut Dadan, perguruan tinggi itu didirikan untuk mencetak sarjana yang nantinya akan menjadi wirausaha di bidang pertanian. Pemkab Halmahera Barat selaku penggagas ingin agar potensi pertanian dan perkebunan di daerah itu dapat dioptimalkan. Halmahera Barat memiliki tanah vulkanis. Komoditas pertanian dan perkebunan tumbuh subur dan melimpah.
Hingga kini, Halmahera Barat menjadi pemasok terbesar hasil perkebunan dan pertanian ke Ternate, kota terbesar di Maluku Utara. Setiap hari, barang komoditas dibawa dari Halmahera Barat ke pasar Ternate.
”Lewat pendidikan, mereka tahu bagaimana meningkatkan produktivitas pertanian, mengoptimalkan lahan, dan memberi nilai tambah pada produk pertanian yang dihasilkan. Sentuhan ini yang ingin dicapai,” kata Dadan.
Dadan melihat, pola tanaman di daerah itu pada umumnya masih tradisional, yakni satu jenis. Belum tampak optimalisasi lahan. Padahal, dalam 1 hektar areal tanaman kelapa, misalnya, bisa pula dibarengi dengan tanaman kakao. Pada areal yang sama juga bisa ditanami jahe atau kunyit. Dengan begitu, hasil yang diperoleh lebih banyak sebab musim panen di atas lahan itu akan berlangsung sepanjang waktu.
Pancasilanomics
Direktur Eksekutif Megawati Institute Arif Budimanta, dalam orasi ilmiahnya pada saat acara wisuda, menyampaikan, langkah Pemkab Halmahera Barat untuk mencetak sarjana dalam bidang agribisnis dan agroteknologi merupakan bagian dari upaya membangun Ekonomi Pancasila atau Pancasilanomics. Anak-anak dari kalangan ekonomi lemah dididik untuk mengelola sumber daya lokal.
”Pancasilanomics adalah suatu sistem pengaturan tata laksana hubungan antara negara dan warga negara, yang ditujukan untuk memajukan kemanusiaan dan peradaban, memperkuat persatuan nasional melalui proses usaha bersama gotong royong dengan melakukan distribusi aset ekonomi yang adil bagi seluruh warga negara, yang dilandasi oleh nilai-nilai etika dan pertanggungjawaban kepada Tuhan Yang Maha Esa,” tulis Arif dalam naskah orasi ilmiah yang diterima Kompas.
Menurut Arif, lulusan dari kampus itu akan menambah barisan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Saat ini, sekitar 99,9 persen unit bisnis di Indonesia merupakan sektor UMKM dengan serapan tenaga kerja sekitar 97 persen serta kontribusi terhadap produk domestik bruto mencapai 60 persen. Sayangnya, potensi peningkatan ekonomi dari sektor ini belum dimaksimalkan.
Ia juga berharap, lahirnya Revolusi Industri 4.0 dapat memperkuat UMKM dan mendorong UMKM naik kelas. Revolusi Industri 4.0 dapat mendorong peningkatan produktivitas dan iklim inovasi. Perguruan tinggi sebagai tempat lahirnya calon wirausaha sudah harus menyesuaikan model pembelajaran dengan kebutuhan industri 4.0. Perombakan kurikulum menjadi salah satu jalan.
Bupati Halmahera Barat Danny Missy mengatakan, perguruan tinggi tersebut memiliki peran strategis dalam pembangunan sektor pertanian di daerah itu. Ia berharap, lulusan dapat menjadi penggerak untuk mengubah pola pertanian subsisten ke pola pertanian industri. ”Harapannya, lebih cepat terjadi perubahan pola pikir dan alih teknologi di kalangan petani Halmahera Barat,” ujar Danny.