Lima tersangka baru bom bunuh diri di Markas Polrestabes Medan ditangkap di Kecamatan Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumatera Utara, Minggu (17/11/2019). Kini, total tersangka yang telah diringkus polisi menjadi 23 orang.
Oleh
PANDU WIYOGA
·2 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Lima tersangka baru bom bunuh diri di Markas Polrestabes Medan ditangkap di Kecamatan Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumatera Utara, Minggu (17/11/2019). Kini, jumlah total tersangka yang telah diringkus polisi menjadi 23 orang.
Kepala Polda Sumut Inspektur Jenderal Agus Andrianto, Senin (18/11), mengatakan, dua dari lima tersangka itu menyerahkan diri ke Polsek Hamparan Perak. Sejumlah barang bukti berupa senjata api rakitan, senapan angin, panah, dan senjata tajam ditemukan di rumah para tersangka.
Penemuan sejumlah barang bukti itu menunjukkan bom bunuh diri di Markas Polrestabes Medan telah disiapkan matang. Bahkan, kelompok itu diduga juga tengah menyiapkan serangan ke sejumlah tempat lainnya.
”Mereka bisa menyerang di mana pun dengan sasaran siapa pun, termasuk tempat ibadah, fasilitas umum, atau kantor pemerintahan,” kata Agus.
Sebelumnya, Agus menyatakan, bom bunuh diri di Polrestabes Medan merupakan salah satu upaya simpatisan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) untuk menunjukkan eksistensinya di Indonesia. Hal ini terutama setelah pemimpin NIIS Abu Bakar al-Baghdadi tewas dengan meledakkan rompi bom di Barisha, Idlib, Suriah, pada Sabtu (26/10).
Jaringan para tersangka itu kini mulai dapat dipetakan. Dari penyidikan polisi, diketahui para tersangka pernah mengikuti latihan bersama di Kabupaten Karo. Di tempat itu, mereka latihan berkuda serta memanah.
”Buat apa sih latihan seperti itu. Sekarang ini waktunya kita belajar berinovasi dengan kreatif,” ujar Agus.
Sebanyak 15 tersangka saat ini ditahan di Markas Polda Sumut. Sementara sisanya berada di Markas Komando Brigade Mobil (Brimob) Medan. Tiga tersangka yang meninggal akan menjalani proses pencocokan DNA sebelum jenazahnya diserahkan pada keluarga.
Sekarang ini waktunya kita belajar berinovasi dengan kreatif.
Deradikalisasi
Teror di Hamparan Perak sebelumnya pernah terjadi pada 2010. Saat itu, sejumlah orang menembak empat polisi yang berjaga di Markas Polsek Hamparan Perak. Tiga polisi tewas dalam peristiwa itu.
Penangkapan sejumlah tersangka bom bunuh diri di Hamparan Perak belakangan ini menimbulkan dugaan bangkitnya lagi sel lama tersebut. Namun, Khairul Ghazali, mantan teroris yang pernah terlibat aksi tahun 2010, menyangkal hal itu.
”Tidak ada hubungan, baik secara personal maupun komunitas,” katanya.
Ia melanjutkan, dirinya terus berkomunikasi dengan semua mantan narapidana teroris 2010. Semuanya sudah menerima program deradikalisasi dan kembali ke pangkuan NKRI.
Kalaupun ada keterkaitan, lanjutnya, kemungkinan hanya bersifat ideologi semata. Sebab, ideologi yang membidani aksi teror 2010 pernah mendoktrin begitu banyak orang (Kompas.id, 17/11/2019).
Sementara itu, Agus menyatakan, tantangan proses deradikalisasi kini meningkat. Perkembangan teknologi media soal memungkinkan komunikasi antara simpatisan dan perekrut sulit dipantau.
”Sekarang (simpatisan) tidak perlu bertemu langsung dengan imam tertentu untuk belajar karena melalui media sosial saja bisa,” ucapnya.