Pembuatan Sumur Bor Solusi Jangka Panjang Kekeringan Gunung Kidul
›
Pembuatan Sumur Bor Solusi...
Iklan
Pembuatan Sumur Bor Solusi Jangka Panjang Kekeringan Gunung Kidul
Warga Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, belum terbebas dari kekeringan. Penggalian sumur bor menjadi alternatif solusi jangka panjang.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
GUNUNG KIDUL, KOMPAS — Warga Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, masih belum terbebas dari kekeringan. Distribusi bantuan air melalui mobil-mobil tangki tak bisa menuntaskan masalah sepenuhnya. Penggalian sumur bor menjadi alternatif solusi jangka panjang.
Hingga Kamis (21/11/2019), kekeringan masih melanda 16 dari 18 kecamatan di Kabupaten Gunung Kidul. Dari jumlah itu, sebanyak 143.398 warga terdampak kekeringan. Kecamatan yang warganya paling banyak terdampak adalah Girisubo. Di kecamatan itu, terdapat delapan desa yang mengalami kekeringan dengan jumlah warga mencapai 21.718 orang.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunung Kidul Edy Basuki mengungkapkan, langkah yang dilakukan untuk mengatasi kekurangan air sejauh ini adalah pengiriman air bersih ke daerah terdampak. Anggaran sebesar Rp 530 juta telah dikucurkan Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul guna mengirimkan air bersih. Namun, anggaran itu habis sejak akhir Oktober.
”Sekarang kami melakukan dropping air bersih dengan bantuan dari pihak ketiga (swasta). Sampai saat ini, masih bisa melakukan dropping air. Sampai tanggal berapa, kami juga belum tahu,” tutur Edy.
Aktivitas pengiriman air bersih dilakukan setiap hari. Dalam satu hari, sedikitnya ada 30 tangki air bersih yang dikirimkan ke daerah-daerah terdampak kekeringan secara bergiliran.
Edy menyatakan, pihaknya juga belum memastikan akan menaikkan status kekeringan itu menjadi darurat kekeringan. Ia masih harus melihat pengkajian dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tentang turunnya hujan. Hasil prakiraan BMKG menjadi salah satu dasar baginya untuk mengajukan dana tambahan dan menaikkan status menjadi darurat kekeringan.
Sebelumnya, BMKG Yogyakarta mengumumkan, kekeringan yang melanda wilayah DIY akan berlangsung hingga pertengahan November. Berdasarkan prakiraan, hujan baru bakal turun pada 11-20 November.
Dihubungi terpisah, Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Yogyakarta Etik Setyaniningrum mengatakan, DIY memasuki musim transisi dari musim panas ke musim hujan pada November ini. Hal itu ditandai dengan hawa panas akibat adanya radiasi panas dari Bumi ke atmosfer yang tertahan awan. Kondisi terik ini akan menghilang saat sudah sepenuhnya memasuki musim hujan. Adapun musim hujan diprediksi bakal terjadi pada Desember.
Wakil Bupati Gunung Kidul Immawan Wahyudi mengatakan, kekeringan memang menjadi persoalan menahun di daerahnya. Ia menyepakati, kekeringan tidak bisa diatasi dengan sekadar pengiriman air bersih. Langkah itu tidak menyelesaikan masalah.
”Penyediaan air bersih mau tidak mau harus segera dilakukan pengeboran atau pembuatan sumur bor. Itu paling mungkin dilakukan. Anggarannya tidak terlalu besar dan bisa berguna lama,” tuturnya.
Immawan mengungkapkan, pada 2018, terdapat sekitar 30 sumur bor yang tersebar di sejumlah daerah di Kabupaten Gunung Kidul. Lebih kurang 15 sumur bor dibangun oleh pemerintah pusat. Sisanya merupakan sumur bor yang dibuat pemerintah daerah dan pihak swasta. Ia berharap, semakin banyak lagi pihak swasta yang mau membangun sumur bor guna mengatasi persoalan kekeringan di daerah tersebut.