Intensitas hujan di wilayah Lampung diprediksi meningkat selama periode Januari-Maret 2020. Tingginya curah hujan itu berpotensi menimbulkan banjir di kawasan permukiman padat penduduk di Kota Bandar Lampung.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Intensitas hujan di wilayah Lampung diprediksi meningkat selama periode Januari-Maret 2020. Tingginya curah hujan itu berpotensi menimbulkan banjir di kawasan permukiman padat penduduk di Kota Bandar Lampung.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung, tercatat ada delapan lokasi permukiman padat penduduk di Bandar Lampung yang rawan banjir saat hujan. Kedelapan lokasi itu adalah Kecamatan Kedamaian, Rajabasa, Kedaton, Way Halim, Sukarame, Bumi Waras, Teluk Betung Utara, dan Teluk Betung Selatan.
Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD Kota Bandar Lampung Sutarno mengatakan, banjir biasanya terjadi saat hujan lebat mengguyur lebih dari 3 jam. Menurut dia, banjir disebabkan banyak sampah yang menumpuk di sungai dan drainase sehingga air meluap ke permukiman penduduk dan jalan protokol.
Oleh karena itu, diperlukan kesadaran dari masyarakat untuk membersihkan saluran air di sekitar tempat tinggalnya. ”Kami telah meminta bantuan kepada ketua RT dan lurah agar mengajak warga bergotong royong membersihkan saluran air untuk mencegah banjir,” kata Sutarno saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (12/12/2019), di Bandar Lampung.
Selain itu, BPBD juga telah menyiapkan 213 personel untuk siaga menghadapi ancaman banjir selama musim hujan. Selain mengecek kondisi drainase di jalan protokol, personel BPBD juga memantau kondisi pohon-pohon besar di pinggir jalan. Pihaknya akan memangkas ranting pohon yang berpotensi roboh saat hujan deras atau angin kencang terjadi.
Kami telah meminta bantuan kepada ketua RT dan lurah agar mengajak warga bergotong royong membersihkan saluran air untuk mencegah banjir.
Ia menambahkan, perlengkapan untuk mitigasi bencana, seperti perahu karet, tenda darurat, dan mobil pikap, juga disiapkan. Hal ini untuk mengantisipasi jika ada warga yang perlu dievakuasi.
Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Provinsi Lampung, peluang hujan deras di Lampung dimulai sejak pertengahan Desember. Intensitas hujan diprediksi akan semakin meningkat selama Januari-Maret 2020. Curah hujan berkisar 50-100 milimeter per hari.
Petugas prakiraan cuaca Stasiun BMKG Lampung Eva Nurhayati menjelaskan, pertemuan angin dingin Samudra Pasifik dan hawa hangat Samudra Hindia yang menyebabkan tumbuhnya awan hujan di kawasan Indonesia bagian barat. Suhu air laut yang hangat akan memicu hujan deras di daratan pada periode tertentu.
Ancaman longsor
Selain banjir, warga di Kabupaten Lampung Barat juga harus waspada terhadap bencana longsor. Kontur wilayah yang berbukit-bukit membuat kawasan itu menjadi langganan longsor setiap tahun.
Sebagian besar longsor di Lampung Barat terjadi di jalur utama lintas barat Lampung yang menghubungkan Lampung-Bengkulu dan Lampung-Sumatera Selatan. Jalan lintas barat Sumatera, tepatnya di perbatasan Lampung Barat dan Pesisir Barat, juga rawan longsor.
Kepala BPBD Lampung Barat Gison Sihite mengatakan, petugas BPBD kerap terkendala alat berat saat longsor terjadi. Selama ini, petugas BPBD memakai alat berat milik petugas Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional. Akibatnya, pemindahan material longsor masih mengandalkan alat cangkul sehingga prosesnya memakan waktu lama.
Dalam tiga tahun terakhir, tren longsor sudah mulai bergeser. Longsor berupa runtuhan perbukitan semakin jarang terjadi. Namun, longsor berupa jalan yang ambles justru semakin banyak. Sejumlah lokasi yang rawan jalan ambles ada di Kecamatan Baru Brak, Sekincau, dan Belalau. Ketiga lokasi yang rawan longsor itu merupakan jalan penghubung antarprovinsi.