Tuntaskan Soal Aksesibilitas ke Bandara Internasional Yogyakarta
›
Tuntaskan Soal Aksesibilitas...
Iklan
Tuntaskan Soal Aksesibilitas ke Bandara Internasional Yogyakarta
Persoalan aksesibilitas menuju Bandara Internasional Yogyakarta masih belum tuntas. Padahal, kemudahan akses itu yang akan menjamin keberhasilan operasional bandara baru di Kabupaten Kulonprogo tersebut.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Aksesibilitas menuju Bandara Internasional Yogyakarta masih belum tuntas. Padahal, kemudahan akses itu yang akan menjamin keberhasilan operasional bandara tersebut. Keandalan layanan transportasi antarmoda perlu dijamin agar memberikan kenyamanan bagi pengguna.
Hal ini dibahas dalam diskusi kelompok terarah bertema “Faktor Kunci Optimalisasi Yogyakarta International Airport adalah Aksesibilitas yang Baik” yang digelar di Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (13/12/2019).
Direktur Utama PT Angkasa Pura I Faik Fahmi mengungkapkan, Bandara Internasional Yogyakarta di Kabupaten Kulonprogo direncanakan beroperasi penuh pada 29 Maret 2020. Masalah aksesibilitas ini menjadi hal serius yang mesti segera diselesaikan.
“Jadi kami berhitung secara cermat agar yang mau mengakses bandara itu punya banyak pilihan dan nyaman. Aksesibilitas menjadi salah satu yang harus diselesaikan masalahnya,” kata Faik.
Bandara Internasional Yogyakarta berlokasi di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jarak bandara tersebut dengan pusat Kota Yogyakarta kurang lebih 38 kilometer (km). Butuh waktu perjalanan sekitar 60 menit untuk mencapai bandara itu jika berkendara menggunakan mobil.
Selain itu, terdapat layanan angkutan umum berupa kereta bandara. Perjalanan menggunakan kereta bandara membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Kereta tersebut akan berhenti di Stasiun Wojo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Dari stasiun itu, penumpang diantarkan menggunakan shuttle busmenuju bandara dengan waktu 15 menit.
Kepala PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi VI Eko Purwanto menyampaikan, jumlah perjalanan kereta bandara terus bertambah. Saat dibuka pertama kali, Mei lalu, jumlah perjalanan hanya dua kali per hari. Mulai 1 Desember, jumlah perjalanannya bertambah hingga 24 kali per hari. Dalam sekali keberangkatan, kereta itu bisa mengangkut sekitar 190 orang. Tarif yang dikenakan sebesar Rp 15.000, karena masih masa promosi.
Perjalanan kereta api itu semakin banyak seiring bertambahnya jumlah penerbangan di Bandara Internasional Yogyakarta. Saat ini, setiap hari, sedikitnya terdapat 26 penerbangan di bandara tersebut. Adapun jumlah penumpang mencapai 2.000 orang per hari. Setelah beroperasi penuh, ditargetkan jumlah penumpang sebanyak 20.000 per hari.
Terkait hal itu, Eko mengungkapkan, jika beroperasi penuh, kereta bandara membutuhkan jalur baru. Tidak bisa sekadar memanfaatkan jalur kereta yang sudah ada. Apabila dipaksakan, bakal mengganggu jadwal perjalanan kereta lainnya.
Stasiun Wojo memang hanya akan digunakan sementara waktu. Untuk jangka panjang, kereta bandara itu bakal langsung masuk ke kompleks bandara dengan mengaktifkan kembali Stasiun Kedundang. Aktivasi jalur itu disertai pembuatan trase baru dari Kedundang menuju bandara.
Pejabat Pembuat Komitmen Pengadaan Tanah, Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jawa Tengah, Yurisal Elmianto, mengatakan, panjang trase baru itu sekitar 5,4 km. Sebagian jalur kereta api akan dibuat melayang agar tidak mengganggu perlintasan sebidang.
Tahun 2019, proses pemilihan trase rampung. Saat ini, tahapan yang sedang ditempuh adalah pembebasan lahan. Diharapkan, kegiatan konstruksi sudah bisa berjalan pada 2020, sehingga operasional kereta api dapat dimulai 2021.
Sementara itu, moda transportasi lain yang juga tersedia berupa bus yang dilayani PT Damri. Mereka tidak hanya mengantarkan penumpang dari Stasiun Wojo menuju bandara, tetapi juga melakukan penjemputan di Yogyakarta, Borobudur (Magelang), dan Kebumen. Dari titik-titik penjemputan itu, butuh waktu sekitar 45 menit perjalanan menuju bandara.
General Manager PT Damri Cabang Yogyakarta Rahmat Santoso mengatakan, rute perjalanan dari bandara menuju Magelang, atau Borobudur, masih belum optimal. Sebagian besar penumpang memilih penginapan di Kota Yogyakarta dan tidak melakukan perjalanan langsung dari bandara menuju Magelang.
“Selain itu, penumpang dari Borobudur menuju ke bandara juga masih sedikit. Kurang lebih hanya ada sembilan penumpang per hari. Kami melayani dengan tiga armada setiap harinya,” kata Rahmat.
Sementara itu, Edie Haryoto, pengamat kebijakan publik, mengungkapkan, sewaktu bandara baru di Yogyakarta beroperasi penuh, fasilitas layanan transportasi umum juga harus tersedia dengan baik. Salah satunya ditandai dengan kepastian jadwal layanan. Kepastian jadwal itu membuat para penumpang merasa nyaman untuk berpergian melalui bandara baru Yogyakarta.