Waspadai Dampak Banjir terhadap Inflasi Awal Tahun 2020
›
Waspadai Dampak Banjir...
Iklan
Waspadai Dampak Banjir terhadap Inflasi Awal Tahun 2020
Banjir besar di sejumlah wilayah Indonesia berpotensi memengaruhi inflasi awal tahun kendati tidak signifikan. Tekanan harga bahan pokok akibat gagal panen dan terhambatnya distribusi pasokan pangan mesti diantisipasi.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Banjir besar yang melanda sejumlah wilayah Indonesia berpotensi memengaruhi inflasi awal tahun kendati tidak signifikan. Tekanan harga bahan pokok akibat gagal panen dan terhambatnya distribusi pasokan pangan mesti diantisipasi sedini mungkin.
Banjir besar melanda wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi sejak Rabu (1/1/2020) dini hari akibat hujan yang turun sejak Selasa (31/12/2019) sore. Hujan lebat di Jakarta dan sekitarnya pada pergantian tahun 2020 tercatat sebagai yang tertinggi dalam sejarah.
Akibat hujan lebat dan merata itu, sejumlah kawasan di Jabodetabek dilanda banjir dan melumpuhkan aktivitas warga. Sejak Rabu pagi, listrik di banyak wilayah padam.
Banjir juga dialami warga di sejumlah kota di pantai utara Jawa Tengah, yakni Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, dan Kabupaten Batang, dan Kabupaten Lebak, Banten.
Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (2/1/2020), mengatakan, banjir yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia berpotensi memengaruhi inflasi Januari 2020. Hal itu terjadi jika banjir berlangsung lebih dari seminggu, ditambah pasokan dan distribusi pangan terganggu.
”Dampak banjir ke inflasi tidak akan signifikan selama pasokan dan distribusi pangan pulih tidak terganggu,” ujar Suhariyanto.
BPS mencatat, inflasi pada Januari-Desember 2018 sebesar 2,72 persen. Beberapa komoditas pangan yang memiliki andil paling besar terhadap inflasi 2019 adalah cabai merah (0,15 persen), bawang merah (0,1 persen), ikan segar (0,09 persen), dan bawang putih (0,06 persen).
Berdasarkan catatan Kompas, banjir berdampak cukup signifikan terhadap inflasi tahun 2007. Laju inflasi tahunan di akhir tahun 2007 sebesar 6,59 persen karena dipengaruhi banyak peristiwa yang tidak terduga, antara lain banjir di sejumlah kota di Indonesia.
Kenaikan harga bahan makanan menyumbang sekitar 75 persen dari inflasi Desember 2007 yang tercatat 1,10 persen. BPS mencatat, kenaikan harga bahan makanan, antara lain, beras, bawang merah, telur, dan tepung terigu, terjadi di semua kota besar (Kompas, 3/1/2008).
Dihubungi secara terpisah, Kamis, Rektor Universitas Indonesia Ari Kuncoro mengatakan, dampak banjir terhadap laju inflasi hanya sementara. Inflasi Januari 2020 kemungkinan lebih tinggi, tetapi kemudian kembali turun. Inflasi tidak akan bergerak liat selama distribusi dan pasokan pangan antarwilayah lancar.
”Kejutan (shock) hanya sementara. Kenaikan harga terjadi sementara, tetapi akan diredam dengan berbagai bantuan,” kata Ari,
Di tengah ancaman bencana, pemerintah harus lebih siap memetakan distribusi dan pasokan pangan antarwilayah dan antarpulau. Potensi gagal panen akibat curah hujan tinggi juga harus segera diwaspadai. Kebijakan dan langkah cepat pemerintah akan menentukan laju inflasi tahun 2020.
Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dari 342 zona musim di Indonesia, sekitar 40 persen zona telah memasuki musim hujan. Sebaran hujan diprediksi merata pada akhir Desember hingga awal 2020.
Puncak musim hujan diprediksi terjadi pada Januari 2020 sehingga berpotensi tinggi terjadi banjir, longsor, dan puting beliung. Curah hujan Januari-Maret 2020 diperkirakan tinggi, terutama di bagian selatan Pulau Sumatera, Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara, Kalimantan bagian tengah, Sulawesi, dan Papua. (Kompas, 2/1/2020).