Wisatawan Asal China Membatalkan Liburan ke Lombok
›
Wisatawan Asal China...
Iklan
Wisatawan Asal China Membatalkan Liburan ke Lombok
Merebaknya wabah virus korona turut berimbas pada aktivitas pariwisata di Lombok, NTB. Salah satunya ke pengusaha perjalanan wisata yang harus menerima pembatalan kunjungan kunjungan wisatawan asal China.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Merebaknya wabah virus korona tipe baru turut berimbas pada aktivitas pariwisata di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Salah satunya ke pengusaha perjalanan wisata. Mereka harus menerima pembatalan kunjungan tamu asal China. Apalagi Pemerintah Indonesia juga secara resmi melarang pemegang paspor China masuk atau transit di kawasan Indonesia.
Seperti diberitakan, Pemerintah Indonesia menghentikan sementara pemberian fasilitas bebas visa kunjungan dan visa on arrival untuk warga negara China. Penerbangan langsung dari dan ke daratan China juga dihentikan sementara mulai Rabu (5/2/2020) pukul 00.00.
Baca juga: Fasilitas Bebas Visa untuk Warga China Dihentikan Sementara
Keputusan ini diambil setelah rapat terbatas dipimpin Presiden Joko Widodo di Pangkalan TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (2/2/2020) sore. Dalam rapat dibahas langkah Pemerintah Indonesia menyusul evakuasi warga negara Indonesia dari kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Selain dua keputusan mengenai visa dan penerbangan langsung tersebut, Pemerintah Indonesia memutuskan semua pendatang dari daratan China untuk sementara tidak diizinkan masuk dan transit di Indonesia. Hal ini diberlakukan untuk semua orang yang sudah berada minimal 14 hari di daratan China. Pemerintah Indonesia juga meminta WNI untuk sementara tidak pergi ke daratan China (Kompas, 2/2/2020).
Keputusan itu secara langsung berdampak pada berbagai sektor. Salah satunya pariwisata. Di Lombok, para pengusaha jasa perjalanan turut terdampak, berupa pembatalan kunjungan wisatawan asal China.
”Saya cek terakhir, kemarin (Senin), wisatawan asal China yang akan ke Lombok kosong. Tidak ada lagi,” kata Ketua DPD Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) NTB Dewantoro Umbu Joka saat dihubungi dari Mataram, Selasa (4/2/2020).
Menurut Dewantoro, berdasarkan data dari salah satu agen perjalanan wisata yang biasa mengurus perjalanan wisatawan asal China, sebelum korona merebak, setiap hari ada sekitar 100 wisatawan yang masuk ke Lombok.
”Tetapi, begitu minggu pertama korona merebak, sudah nol. Itu berlaku untuk semua pintu masuk ke Lombok, baik Kuala Lumpur, Jakarta, Surabaya, maupun Bali,” kata Dewantoro.
Munawir Gazali (29), pemilik Tukang Holiday, salah satu penyedia paket perjalanan wisata di Lombok, mengatakan, setidaknya ada 20 wisatawan atau tamunya yang membatalkan kunjungan ke Lombok. Mereka sedianya akan berada di Lombok selama lima hari.
”Satu orang seharusnya Minggu depan ke Gili, Lombok Utara. Namun, karena korona dan larangan masuk ke Indonesia, saat ini dia tertahan di Filipina. Dia juga tidak bisa balik ke China,” ujar Munawir.
Menurut Munawir, para tamu itu menghubunginya langsung lewat telepon. ”Mereka bilang mohon maaf karena harus membatalkan rencana berlibur ke Lombok akibat wabah virus korona. Mereka tidak bisa ke mana-mana karena negara lain (termasuk Indonesia) khawatir tertular virus korona,” tuturnya.
Meski demikian, menurut Munawir, pembatalan tidak begitu berdampak bagi usahanya. Apalagi dia belum mengeluarkan biaya apa pun. ”Dari sisi operasional masih aman. Apalagi tamu saya memang tidak hanya dari China. Masih cukup banyak yang dari lokal dan Eropa,” kata Munawir.
Peluang
Dewantoro menambahkan, adanya travel warning bagi warga China ke Indonesia yang turut berdampak pada kunjungan ke Lombok harus dilihat secara positif. Pelarangan itu tentu sebagai upaya mencegah penularan virus korona di Indonesia.
Begitu juga dengan larangan bagi warga Indonesia untuk berlibur ke China. Menurut Dewantoro, itu peluang untuk menarik wisatawan domestik ke Lombok.
”Kami berharap ada hikmahnya. Misalnya mereka yang seharusnya berwisata ke China, tetapi dilarang sehingga bisa ke Bali atau Lombok. Itu peluang yang bisa ditangkap,” kata Dewantoro.
Kami berharap ada hikmahnya. Misalnya mereka yang seharusnya berwisata ke China, tetapi dilarang sehingga bisa ke Bali atau Lombok. Itu peluang yang bisa ditangkap.
Terkait peluang itu, kata Dewantoro, semua pihak memang harus bekerja keras. Apalagi saat ini sedang memasuki low season (musim sepi kunjungan). Selain membenahi pariwisata, semua pihak terkait di industri pariwisata, termasuk pemerintah, juga bisa menawarkan paket-paket promo sehingga menarik minat wisatawan, terutama domestik, untuk ke Lombok.
Menyikapi korona, Pemerintah Provinsi NTB telah membentuk Corona Crisis Center (CCC) sebagai pusat informasi dan komunikasi bagi publik maupun warga yang keluarganya menjadi buruh migran di negara-negara sumber persebaran virus korona, seperti China, Taiwan, dan Hong Kong. Pembentukan pusat krisis itu sekaligus untuk mempersempit informasi sesat yang dapat meresahkan masyarakat.
”Pembentukan CCC hari ini dan kami sedang mendata jumlah warga NTB di China, Taiwan, dan Hong Kong. Bagaimana keadaan mereka, bantuan apa yang diperlukan, dan informasi lain yang membuat keluarga tidak gelisah,” ujar Baiq Eva Nurchyaningsih, Asisten 1 Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Sekretariat Daerah NTB, Selasa (28/1/2020).
Selama ini belum ada laporan mengenai warga NTB yang terserang virus korona. Namun, diketahui ada 25 penerima beasiswa asal NTB yang sedang belajar di sejumlah kota di China. Dari jumlah itu, ada empat mahasiswa di Wuhan, China. Namun, dua orang di antaranya pulang berlibur ke Lombok dan dua lainnya masih berada di Wuhan yang diisolasi oleh Pemerintah China.
Terkait pariwisata, terutama untuk menarik wisatawan pada masa low season, Pemerintah Provinsi NTB melakukan berbagai upaya. Selain festival tahunan, juga digelar pesta diskon pariwisata terbesar, yakni Lombok Sumbawa Great Sale 2020 pada 25 Januari-25 Februari 2020. Acara itu diikuti agen wisata, hotel, homestay, restoran, kafe, maskapai, pusat perbelanjaan, dan lainnya.