Titik tanah ambles yang membentuk lubang berongga di Desa Pattiro Deceng, Kecamatan Camba, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, bertambah dari empat menjadi lima. Diameter dan kedalamannya terus bertambah.
Oleh
Reny Sri Ayu
·3 menit baca
MAROS, KOMPAS — Titik tanah ambles yang membentuk lubang berongga di Desa Pattiro Deceng, Kecamatan Camba, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, bertambah dari empat menjadi lima. Diameter dan kedalamannya juga terus bertambah. Warga yang tinggal di sekitar lokasi kian resah karena tanah di sekeliling lubang juga retak.
Berdasarkan pemantauan Kompas, Selasa (4/2/2020), diameter lubang terbesar sekitar 10 meter dengan kedalaman sekitar 10 meter. Sehari sebelumnya, lubang ini hanya berdiamater 5 meter. Adapun empat lubang lainnya berdiamater 2-5 meter dengan kedalaman sekitar 5 meter.
Tanaman kakao dan dua makam ambruk yang berada di tanah yang ambles.
Antara lubang satu dan lainnya berjarak 1 hingga 7 meter. Tanah di sekitar lubang yang menghubungkan setiap lubang tampak retak dan terus tergerus. Lubang yang terus tergerus itu menyebabkan rongga di bagian dalam dengan diameter lebih luas dibandingkan permukaan.
Tanaman kakao dan dua makam ambruk yang berada di tanah yang ambles tersebut. Lokasi tanah ambles itu berada di tengah kebun kakao dengan sejumlah tanaman kelapa di sekitarnya. Lokasi sekitar tanah ambles saat ini sudah diberi garis polisi.
Ratna Sabolla (40), pemilik rumah yang hanya berjarak 20 meter dari tanah yang ambles, mengatakan, sebelum tanah ambles, terdengar gemuruh disertai suara menyerupai pohon yang ditebang dan tumbang. Setelah itu, tanah tiba-tiba ambles.
”Memang, sebelumnya hujan deras terjadi sepanjang hari. Air sungai sempat meluap dan menggenangi lahan kebun dan rumah. Dua hari setelah hujan deras muncul lubang. Salah satu tetangga sebelumnya mengatakan mendengar suara seperti ada air di dalam tanah,” kata Ratna.
Hujan deras terjadi pada Jumat pekan lalu. Tanah ambles terjadi pada Minggu (2/2/2020). Awalnya hanya terdapat dua lubang pada pagi hari dan bertambah satu lubang lagi pada sore hari. Pada Senin (3/2/2020), lubang bertambah menjadi empat dan pada Selasa sore kembali bertambah menjadi total lima lubang.
”Kami bingung, sekarang harus bagaimana. Apakah masih aman tinggal di rumah atau harus mengungsi? Kami butuh penjelasan dari ahli soal kondisi ini. Terus terang, warga di sini sudah khawatir,” kata Batei, Ketua RT 06, yang rumahnya juga berjarak sekitar 20 meter dari lubang akibat tanah ambles.
Kepala Desa Pattiro Deceng, Abdul Kadir, mengatakan, sejak pertama kali terjadi tanah ambles, pihaknya sudah menghubungi aparat kepolisian dan TNI. Selain itu, dia juga melaporkan kepada pemerintah kabupaten.
”Saya juga akan menghubungi peneliti atau ahli untuk datang melihat lokasi ini. Saya berharap mendapat penjelasan soal ini untuk menenangkan warga. Terus terang, melihat kondisi ini, saya juga khawatir. Jangan sampai lubang terus bertambah dan makin dekat ke permukiman,” katanya.
Fenomena ini akan terus meningkat seiring intensitas hujan yang tinggi.
Ahli geologi sekaligus Kepala Pusat Studi Kebencanaan Universitas Hasanuddin Adi Maulana mengatakan akan menurunkan tim ke Pattiro Deceng. ”Kesimpulan saya, peristiwa ini sama dengan kejadian beberapa waktu lalu di Desa Lebbo Tengngae, yakni fenomena sinkhole. Memang, struktur dan formasi batuannya masih sama. Fenomena ini akan terus meningkat seiring intensitas hujan yang tinggi,” katanya.
Di Desa Lebbo Tengngae, Kecamatan Cenrana, fenomena sinkhole pertama kali terjadi pada Desember 2019. Lebbo Tengngae berjarak sekitar 15 kilometer garis lurus dari Pattiro Deceng. Hingga saat ini, lubang besar di Lebbo Tengngae itu terisi air.
Saat ini, warga pemilik sawah sudah menanam padi di sekitar lubang. Tanaman bahkan berjarak sangat dekat dengan bibir lubang. Warga mengatakan terpaksa menanam karena sawah mereka merupakan sawah tadah hujan yang saat ini telah memasuki masa tanam.