Malang, Jawa Timur, dilanda cuaca ekstrem. Intensitas hujan mencapai 60 milimetet atau tiga kali lebih tinggi dari indikasi cuaca ekstrem.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS — Masyarakat diminta mewaspadai cuaca ekstrem pada masa puncak musim hujan. Cuaca ekstrem yang terjadi pada Senin (10/2/2020) sore di wilayah Malang menyebabkan banjir. Seorang anak hilang diduga terseret arus selokan.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Karangploso, Malang, intensitas hujan di sekitar Karangploso pada Senin pukul 16.10-17.10 mencapai 60 milimeter. Angka ini jauh lebih besar dari kriteria kategori cuaca ekstrem yang hanya 20 mm.
”Jadi ekstrem sekali, sangat lebat, karena dalam satu jam saja intensitas hujan mencapai 60 milimeter,” ujar Kepala Subbagian Observasi BMKG Stasiun Klimatologi Karangploso Anung Suprayitno, Selasa (11/2). Adapun selama Hari Senin intensitas hujan di Karangploso tercatat mencapai 91,3 mm.
Menurut Anung, intensitas hujan kali ini merupakan yang tertinggi selama musim hujan tahun ini. Potensi cuaca ekstrem diperkirakan masih akan berlangsung selama masa puncak musim hujan yang akan berlangsung sampai Maret mendatang.
Jadi ekstrem sekali, sangat lebat, karena dalam satu jam saja intensitas hujan mencapai 60 milimeter.
Tahun ini puncak musim hujan mundur dari prakiraan sebelumnya, Januari menjadi Februari-Maret. ”Sekarang ini sedang tinggi-tingginya. Ketika musim hujan, tetapi masih banyak dijumpai sinar matahari, curah hujan pasti lebih ekstrem akibat akumulasi uap air di udara yang tinggi akibat penyinaran maksimal,” tuturnya.
Sementara itu, proses pencarian terhadap anak balita yang diduga terseret arus masih terus dilakukan. Korban adalah Rafa Alfarizi (3,5), warga Perumahan Griya Permata Alam, Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso. Korban terseret arus selokan saat mondar-mandir di depan rumah menggunakan payung saat hujan deras turun.
Handoyo (70), salah satu tetangga korban, mengatakan, saat peristiwa terjadi, nenek korban sedang membuat kopi di dalam rumah dan tidak mengetahui cucunya keluar. Kondisi jalan di depan rumah korban memiliki topografi miring, sedangkan di bagian tepi jalan terdapat selokan yang berarus deras saat hujan terjadi.
Saat itu juga pencarian dilakukan oleh warga bersama tim SAR gabungan. Pencarian dilakukan dengan menyusuri selokan yang bermuara di Sungai Bodo. Namun, kondisi medan yang sulit dan gelap menjadi kendala pencarian.
Komandan Tim Basarnas Ainul Makhdin mengatakan, pencarian pada Selasa siang dilakukan dengan menyisir Sungai Bodo dengan radius 8,5 kilometer ke arah hilir. ”Kendala medannya berbatu dan arus sungainya deras. Apalagi di hulu sekarang juga hujan,” katanya.
Dari catatan Kompas, ini adalah peristiwa kali kedua warga terseret arus selokan atau sungai yang terjadi selama musim hujan kali ini. Sebelumnya, akhir Desember 2019, dua wisatawan, masing-masing Bagus Puji (25) asal Madiun dan Dwi Retno Prihatin (25) asal Surabaya, terseret arus air terjun Coban Cinde di Desa Benjor, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Mereka ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.