Olahraga Lari 66 Kilometer di Tengah Wabah Covid-19? Bisa... di Dalam Rumah!
›
Olahraga Lari 66 Kilometer di ...
Iklan
Olahraga Lari 66 Kilometer di Tengah Wabah Covid-19? Bisa... di Dalam Rumah!
Pemerintah China tetap mendorong rakyatnya tetap olahraga di tengah wabah virus Covid-19. Caranya? Ada yang bolak-balik angkat galon air, push-up menggendong anak di punggung, dan lain-lain. Pan Shancu punya cara unik.
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
Tidak bisa latihan lari di luar rumah gara-gara ketentuan karantina virus korona baru atau Covid-19 tidak membuat Pan Shancu (44) hilang akal. Tanpa pikir panjang, pelari jarak jauh itu akhirnya latihan lari berputar-putar di dalam rumah apartemennya saja.
Pan tidak punya pilihan lain karena saat ini negaranya menjadi pusat penyebaran wabah mematikan, Covid-19, yang menyebabkan sedikitnya 1.500 orang tewas. Meski situasinya mengkhawatirkan, Pemerintah China tetap mendorong rakyatnya untuk tetap rutin berolahraga, apa pun caranya, demi memperkuat ketahanan tubuh terhadap virus.
Masalahnya, tidak ada tempat latihan olahraga atau gelanggang olahraga yang buka. Semua tutup. Terpaksa warga pun berolahraga di dalam rumah dengan cara sesederhana.
Ada saja caranya tetangga-tetangga Pan. Ada yang bolak-balik mengangkat galon air, push-up dengan menggendong anak di punggung, dan ada juga yang berkali-kali naik turun tangga. Hanya demi mencari keringat. Namun, dari semua bentuk olahraga sederhana itu, Pan yang paling mindblowing.
Pan lari berputar-putar di dalam rumahnya selama 6 jam 41 menit. Jaraknya tidak tanggung-tanggung, 66 kilometer. Ini sama saja dengan lari ultramaraton. Pan merekam semua proses lari putar-putarnya dalam apartemen sehingga bisa dilacak datanya. Ia lari mengelilingi meja ruang tamunya. Videonya itu lalu diunggah ke media sosial dan menjadi viral di China.
”Pertamanya, saya agak pusing. Namun, lama-lama setelah putar-putar terus, ya jadi biasa. Lari itu rasanya seperti kecanduan. Kalau tidak lari dalam waktu lama, kaki saya rasanya gatal,” kata Pan kepada kantor berita AFP melalui telepon dari Hangzhou, dekat Shanghai, China.
Pada satu bagian terlihat Pan lari sejauh 30 kilometer di dalam kamar mandinya saja. Video ini juga disiarkan langsung sehingga bisa dilihat banyak orang. Pan mengaku sengaja merekam proses olahraganya supaya bisa menginspirasi orang lain yang bernasib sama dengannya, harus terjebak di dalam rumah saja selama dua pekan.
”Orang sering tanya apa yang harus kita lakukan selama karantina. Ada yang inginnya makan-makan terus. Kalau saya, mau lari 100 kilometer,” kata Pan.
Orang sering tanya apa yang harus kita lakukan selama karantina. Ada yang inginnya makan-makan terus. Kalau saya, mau lari 100 kilometer.
Selama masa karantina ini, Partai Komunis yang berkuasa di China menyebarkan kampanye dengan model para atlet Olimpiade asal China yang mendemonstrasikan bagaimana orang bisa tetap sehat meski harus terkurung di dalam rumah. Meja, kursi, pintu, bahkan kusen jendela bisa berfungsi sebagai alat bantu olahraga.
Olahraga di dalam rumah ini diharapkan bisa dilakukan karena sekolah-sekolah masih tutup. Anak-anak didorong untuk melakukan kegiatan yang kreatif. Tidak hanya bermain games di komputer atau berkutat dengan telepon genggamnya saja.
”Kalau anak-anak kreatif, orangtua juga akan terbantu. Bisa olahraga, misalnya, jalan atau lari di tempat, push-up, sit-up, dan lain-lain,” kata pakar pemerintah Zhao Wenhua.
Untuk mencari ide olahraga di rumah, biasanya orang mencarinya lewat internet. Setelah ketemu, mereka bagi kepada orang lain. Bilibili, platform bagi video yang populer menyebutkan konten-konten video terkait dengan olahraga senam melonjak hingga hampir 50 persen pada periode 23 Januari hingga 5 Februari dibandingkan dengan data dua pekan sebelumnya.
Peter Gardner (61), warga Inggris yang bekerja sebagai manajer operasional perusahaan Amerika Serikat dan tinggal di Tianjin, China, mengatakan, dirinya diperbolehkan keluar dari apartemennya hanya selama 30 menit pada siang hari untuk belanja kebutuhan sehari-hari. Agar bisa berolahraga, ia dua kali lari naik turun tangga darurat dari menara apartemen berlantai 17-nya tiga kali sehari.
”Bagus juga sebenarnya. Saya tidak bisa keluar minum-minum bir. Karena sering gerak, berat badan saya jadi turun tiga perempat kilo. Pasti kurus. Tidak ada tempat makan yang buka. Semua tutup. Saya makan seadanya saja karena memang tidak bisa beli makanan yang saya suka,” kata Gardner yang keluarganya telah meninggalkan China. (AFP)