Sungai Cisanggarung Rusak, Banjir Mengintai Cirebon Timur
›
Sungai Cisanggarung Rusak,...
Iklan
Sungai Cisanggarung Rusak, Banjir Mengintai Cirebon Timur
Banjir luapan Sungai Cisanggarung masih mengancam wilayah timur Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Selain hujan deras yang berlangsung hingga Rabu (19/2/2020), banjir juga dipicu kerusakan sungai.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Meskipun telah surut, banjir luapan Sungai Cisanggarung masih mengintai bagian timur Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Selain hujan deras yang berlangsung hingga Rabu (19/2/2020), rusaknya sungai yang berhulu di Kabupaten Kuningan itu juga memicu banjir.
Hingga Senin (17/2/2020) sore, banjir yang melanda delapan desa di empat kecamatan di Cirebon sejak Minggu (16/2/2020) malam telah surut seluruhnya. Daerah itu adalah Desa Tanjung Anom, Cilengkrang, Tonjong, Cilengkrang Girang di Kecamatan Pasaleman; Jatiseeng Kidul dan Ciledug Wetan (Ciledug); Babakan Losari Lor (Pabedilan); dan Tawangsari (Losari).
Saat ini, semua pengungsi telah pulang dan membersihkan rumah. Jumlah warga yang terdampak banjir sekitar 10.000 orang. (Dadang Suhendra)
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon mencatat, sekitar 2.000 rumah di daerah tersebut terendam banjir. Adapun ketinggian air berkisar 60 sentimeter hingga lebih 80 cm. Sebanyak 120 warga sempat mengungsi pada Minggu malam ke Balai Desa Cilengkrang. Petugas BPBD, polisi, TNI, dan sukarelawan turut mengevakuasi warga dengan perahu karet.
”Saat ini, semua pengungsi telah pulang dan membersihkan rumah. Jumlah warga yang terdampak banjir sekitar 10.000 orang,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cirebon Dadang Suhendra.
Banjir dipicu curah hujan tinggi sehingga membuat Sungai Cisanggarung dan anak sungainya, seperti Sungai Cijangkelok dan Ciberes, meluap.
Meskipun telah surut setelah lebih dari 10 jam, luapan sungai itu masih mengintai Cirebon timur. ”Debit Sungai Cisanggarung yang tinggi membuat enam klep (pintu air) jebol. Sumbatan sampah juga memperparah kerusakan klep. Sebagian besar klep ini pernah jebol pada Februari 2018,” lanjut Dadang.
Saat itu, 38 desa dari enam kecamatan di bagian timur Cirebon terendam banjir. Tiga warga meninggal dan 50.080 orang terdampak banjir. Sebanyak 20 titik tanggul jebol.
”Bulan ini atau bulan depan, kami upayakan memperbaiki klep untuk sementara,” ucapnya. Posko bencana juga telah berdiri di Kantor Kecamatan Ciledug.
Namun, pihaknya belum bisa menjamin daerah tersebut terbebas dari banjir. Sebab, Sungai Cisanggarung telanjur rusak. ”Sepanjang bantaran Sungai Cisanggarung di daerah terdampak banjir, kami temukan usaha pembuatan batu bata yang mengambil tanah dari sungai. Lama-lama tanggul sungai menipis dan bisa banjir,” ungkapnya.
Usaha itu berada sekitar 5 meter dari sempadan sungai, melebihi aturan minimal 15 meter dari sempadan. Pihaknya berharap pemerintah setempat menertibkan usaha tersebut.
Kuwu (Kepala Desa) Babakan Losari Lor Didi Sutardi mengatakan, banjir di permukiman desanya yang berjarak sekitar 200 meter dari Sungai Cisanggarung dipicu hujan lebat di Cirebon dan daerah hulu, Kuningan. Bukan karena pembuatan batu bata.
”Ini hanya usaha sambilan warga, bukan skala pabrik. Warga tidak menggunakan tanah tanggul sungai. Biasanya, pembuatannya mulai bulan April dan tidak sampai enam bulan. Harga 1.000 batu bata bisa Rp 700.000 sampai Rp 1 juta tergantung jarak pengirimannya,” ujarnya.
Banjir di hulu
Tidak hanya di Kabupaten Cirebon, banjir juga melanda Desa Cibingbin dan Desa Dukuhbadag, Kecamatan Cibingbin, Kuningan, yang merupakan daerah hulu Cisanggarung. Banjir luapan Sungai Cijangkelok yang berlangsung pada Minggu sore itu merendam sembilan rumah di Cibingbin dan tiga rumah di Dukuhbadag. Ketinggian air mencapai 50 cm.
”Tanggul Sungai Cicariang (anak Sungai Cijangkelok) jebol sehingga merendam area persawahan dan sempat merendam SMK Cibening (Cibingbin) dengan ketinggian 60-100 cm. Akses jalan juga sempat tidak bisa dilalui kendaraan,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Kuningan Agus Mauludin.
Banjir terparah terjadi pada akhir Januari 2017. kerugian materil hingga Rp 6,2 miliar. Banjir luapan Sungai Cijangkelok itu merusak puluhan rumah dan menghanyutkan ratusan ternak. Kerugian materil mencapai Rp 6,2 miliar.
Secara terpisah, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Happy Mulya mengatakan, terdapat 378 titik kritis di DAS Cimanuk-Cisanggarung. ”Daerah paling parah berada di Sungai Cisanggarung,” ujarnya.
Pihaknya mengaku tidak mampu menanggulangi ratusan titik kritis tersebut. Apalagi, di daerah Kuningan terdapat galian pasir. Sejumlah truk juga mengambil pasir dari bantaran Sungai Cisanggarung. ”Ini butuh dana ratusan miliar rupiah. Yang mendesak ditangai adalah 178 titik,” ungkapnya.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kertajati, Ahmad Faa Izyin, mengingatkan, hujan deras di Cirebon dan Kuningan diprediksi masih berlangsung hingga Rabu (19/2). Hujan deras dapat mencapai 50 sampai 100 milimeter per hari. Padahal, normalnya hanya 20 milimeter per hari.