Potensi ”Ciayumajakuning” Tumbuhkan Investasi dan Ekspor Besar
›
Potensi ”Ciayumajakuning”...
Iklan
Potensi ”Ciayumajakuning” Tumbuhkan Investasi dan Ekspor Besar
Wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan yang disebut Ciayumajakuning, Jawa Barat, memiliki peluang besar untuk menumbuhkan investasi dan ekspor.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan atau disebut Ciayumajakuning, Jawa Barat, memiliki peluang besar untuk menumbuhkan investasi dan ekspor. Selain upah minimum yang kompetitif, tenaga kerja dan infrastruktur juga telah tersedia. Namun, kontribusi Ciayumajakuning dalam penerimaan bea dan cukai masih minim.
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat mencatat, realisasi penerimaan bea dan cukai di Jabar pada 2019 mencapai Rp 31 triliun. Sekitar 93 persen atau hampir Rp 29 T berasal dari Kantor Pengawasan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Purwakarta yang membawahkan Kabupaten Subang, Karawang, dan Purwakarta.
Sisanya, tersebar di enam kantor cabang lainnya, termasuk KPPBC Cirebon yang membawahkan daerah Ciayumajakuning. ”Wilayah ini sangat tertinggal dibandingkan daerah lain di Jabar,” ujar Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) Jabar Saipullah Nasution dalam diskusi terkait peningkatan investasi dan ekspor di Ciayumajakuning di Cirebon, Jumat (28/2/2020).
Kondisi itu tampak pada minimnya kawasan berikat (KB) di Ciayumajakuning, yang hanya 17 KB. Bandingkan dengan KPBBC Purwakarta yang memiliki 133 KB. Kawasan itu berfungsi untuk menyimpan barang impor dan/atau barang yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean yang dapat diolah dan digabungkan untuk ekspor.
Padahal, menurut Saipullah, Ciayumajakuning mempunyai banyak peluang untuk mengundang investor yang berorientasi ekspor. Jumlah penduduk usia kerja di kawasan itu, misalnya, mencapai 4,8 juta jiwa. Angka ini sekitar 13 persen dari 35,6 juta jiwa usia kerja di Jabar.
Upah minimum kabupaten/kota (UMK) di Ciayumajakuning juga berkisar Rp 1,8 juta sampai Rp 2,2 juta per bulan. Nilai ini lebih rendah dibandingkan Purwakarta yang mencapai Rp 4 juta dan Karawang sekitar Rp 4,5 juta per bulan.
Di sisi lain, infrastruktur di Ciayumajakuning sudah tersedia. Jalan Tol Cikopo-Palimanan, misalnya, mempercepat waktu tempuh dari Jakarta ke Cirebon. Di Majalengka, beroperasi Bandara Internasional Jabar Kertajati. Pelabuhan Cirebon dan Pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang juga dapat dimanfaatkan.
Untuk mendorong investor ke Ciayumajakuning, pihaknya memastikan kemudahan perizinan, seperti fasilitas pembebasan bea masuk dan tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai untuk industri manufaktur. ”Saya juga menjamin integritas. Tidak ada pegawai yang bermain,” ucapnya.
Saya juga menjamin integritas. Tidak ada pegawai yang bermain.
Meski demikian, pihaknya berharap pemerintah daerah turut mendukung investor masuk ke Ciayumajakuning, bukan mempersulit. Apalagi, lanjutnya, banyak industri yang pindah dari Karawang dan Bandung Raya menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Itu sebabnya Saipullah mendorong pemda untuk menjemput investasi. Tahun ini ada lima investor yang bergerak di bidang garmen berencana menanamkan modalnya di Ciayumajakuning. Industri ini diharapkan dapat menyerap sekitar 25.000 tenaga kerja.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Majalengka Maman Faturochman mengatakan, perizinan bagi investor tidak lagi harus menunggu rekomendasi dari Bupati Majalengka. Perizinan terpadu ada di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP). ”Bagi usaha mikro kecil, perizinan bisa sehari,” ucapnya.
Pihaknya mengklaim, kemudahan tersebut turut mendorong nilai investasi di Majalengka. ”Tahun lalu, kami menargetkan Rp 380 miliar. Tetapi, realisasinya sampai Rp 2,3 triliun. Ini bukti kami tidak mempersulit investor,” katanya.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia Cirebon Raya Supriharto mengatakan, pengusaha masih memilih ekspor furnitur melalui Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Tanjung Mas. ”Kalau Pelabuhan Cirebon, kapal besar tidak bisa masuk karena dangkal. Fasilitasnya juga belum ada,” ungkapnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon Deni Agustin mengatakan, setiap tahun tidak kurang 1.700 kontainer berisi furniture asal Cirebon dikirim ke luar negeri. Sekitar 40 komoditas kerajinan dan produk pertanian Cirebon juga sudah ekspor.
”Namun, untuk rotan, kami masih kekurangan bahan baku. Jangan sampai rotan asalan masih diekspor. Padahal, ini dilarang. Kami minta bea dan cukai memastikan tidak ada penyelundupan rotan,” ujarnya.
Anggota Komisi XI DPR, Satori, mengatakan, pemerintah daerah dan bea cukai harus mendekati pengusaha agar berinvestasi di Ciayumajakuning. ”Kami juga mendorong Jalan Tol Cileunyi Sumedang Dawuan segera diselesaikan. Kalau ini beroperasi, Bandara Kertajati akan ramai,” katanya.