Dampak wabah Covid-19 ke sektor keuangan dan sektor riil diantisipasi. Pemerintah bekerja sama dan bahu-membahu untuk menjaga perekonomian Indonesia.
Oleh
AGE/DIM/CAS/LAS/INA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah bahu-membahu mengantisipasi dampak buruk Covid-19 terhadap perekonomian Indonesia. Dampak bisa terjadi di sektor riil ataupun sektor keuangan.
Kinerja pasar modal dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS anjlok sejak pekan lalu akibat kekhawatiran investor atas kondisi perekonomian karena wabah Covid-19. Kekhawatiran diperparah kondisi investasi manufaktur di China, yang ditunjukkan dalam Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur, yang merosot ke titik terendah sejak krisis keuangan global 2008, yakni 35,7 pada Februari 2020.
Senin (2/3/2020), setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan dua warga negara Indonesia positif infeksi Covid-19, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok. Pada penutupan perdagangan kemarin, IHSG pada level 5.361,25 atau melemah 1,68 persen. Sejak awal tahun ini, IHSG melemah 14,89 persen, sedikit di bawah pasar modal Thailand yang indeksnya melemah 15,46 persen. Sejak awal tahun ini, investor asing membukukan jual bersih Rp 5.014 triliun.
Analis Binaartha Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengatakan, penjualan saham oleh investor itu merespons pengumuman pemerintah mengenai dua orang di Indonesia yang terinfeksi Covid-19. ”Terjadi panic selling yang luar biasa sehingga menyebabkan pelemahan IHSG,” katanya.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi menyebutkan, belum ada rencana menerbitkan kebijakan lain untuk menjaga IHSG. Sejauh ini, kebijakan mencabut daftar efek yang dapat ditransaksikan secara jual kosong dinilai masih memadai.
Sementara, nilai tukar rupiah berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate menembus posisi terlemah sejak 29 Mei 2019 yang sebesar Rp 14.417 per dollar AS. Senin (2/3/2020), nilai tukar Rp 14.417 per dollar AS. Di pasar tunai, mengutip laman Bloomberg, Senin malam, rupiah diperdagangkan pada posisi Rp 14.265 per dollar AS.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan, intensitas intervensi pasar keuangan ditingkatkan. Tujuannya, pasar tetap percaya diri bahwa situasi terjaga. ”Kami sudah lakukan, tinggal ditingkatkan intensitasnya,” ujarnya.
Strategi kebijakan moneter itu meliputi intervensi terhadap transaksi pasar tunai (pasar transaksi nilai tukar berjalan valuta asing) dengan menjual valas dan mengendalikan pelemahan nilai tukar rupiah. BI juga mengintervensi transaksi forward (berjangka) lewat kebijakan instrumen lindung nilai domestic nondelivery forward (DNDF). Selain itu, BI membeli Surat Berharga Negara (SBN) yang dilepas investor asing.
Sejauh ini, BI membeli SBN dari pasar sekunder Rp 103 triliun. Dari jumlah itu, sekitar Rp 80 triliun di antaranya dibeli sejak akhir Februari ketika wabah Covid-19 meluas.
Perry menambahkan, mulai 1 April 2020, rasio giro wajib minimum (GWM) rupiah bagi perbankan yang menyalurkan pembiayaan ekspor dan impor pada industri diturunkan 50 basis poin. Kebijakan yang berlaku selama sembilan bulan ini akan dievaluasi berkala. Mulai 16 Maret 2020, GWM valas bank umum konvensional dan syariah dilonggarkan dari 8 persen menjadi 4 persen, yang diharapkan bisa meningkatkan likuiditas valas perbankan.
”Kebijakan ini diharapkan bisa semakin memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah,” kata Perry.
Koordinasi
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, pasar keuangan di seluruh dunia bergejolak akibat wabah Covid-19. Komite Stabilitas Sistem Keuangan—yang beranggotakan Kementerian Keuangan, BI, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan—berkoordinasi untuk mencermati dinamika tersebut secara detail dan teliti, sekaligus menyiapkan langkah antisipasi.
”Jangan sampai pergerakan pasar disalahgunakan siapa saja untuk mengambil keuntungan sesaat. Namun, kita menjaga mekanisme pasar agar berjalan semulus mungkin,” katanya seusai rapat bersama Presiden Joko Widodo, kemarin.
Pemerintah juga berupaya mengantisipasi dampak wabah Covid-19 ke sektor riil Indonesia. Kota Wuhan, titik awal wabah Covid-19, adalah salah satu produsen manufaktur di China yang memasok kebutuhan plastik, tekstil, alas kaki, baja, dan kimia ke sejumlah negara, termasuk Indonesia.
”Kalau mereka menunda produksi karena masalah korona, pasti akan memengaruhi Indonesia. Jadi kita juga akan lihat langkah-langkah apa yang bisa kita lakukan untuk mempercepat impor bahan baku yang sekarang ini posisinya (stok) sudah menipis di berbagai industri manufaktur,” kata Sri Mulyani.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, pemerintah masih menyiapkan sejumlah stimulus lanjutan. Sementara, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia Adhi S Lukman mengatakan, stok makanan-minuman masih cukup. (AGE/DIM/LAS/INA/CAS)