Satu Pasien Masih Dirawat di Ruang Isolasi RS Sardjito Yogyakarta
›
Satu Pasien Masih Dirawat di...
Iklan
Satu Pasien Masih Dirawat di Ruang Isolasi RS Sardjito Yogyakarta
Seorang pasien masih dirawat di ruang isolasi RSUP Dr Sardjito Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia diketahui baru saja kembali umrah dari Arab Saudi dan didapati memiliki gejala batuk dan demam.
Oleh
HARIS FIRDAUS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Seorang pasien yang baru saja pulang umrah dari Arab Saudi masih dirawat di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hingga saat ini belum dipastikan apakah pasien tersebut terinfeksi Covid-19. Sebab, hasil uji laboratorium pasien tersebut belum keluar.
”Pasien ini pulang umrah tanggal 1 Maret dan masuk dalam kriteria harus diawasi karena ada gejala batuk dan demam,” kata Ketua Tim Penyakit Virus Menular RSUP Dr Sardjito, Ika Trisnawati, dalam konferensi pers, Selasa (3/3/2020), di RSUP Dr Sardjito.
Ika menjelaskan, pasien tersebut berjenis kelamin perempuan dengan usia 75 tahun. Pada Senin (2/3/2020) pagi, pasien tersebut masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Yogyakarta. Pasien tersebut kemudian dirujuk ke RSUP Dr Sardjito dan ditempatkan di ruang isolasi.
”Pasien ini dirawat di ruang isolasi dan dirawat sendirian, tidak bercampur dengan pasien lain,” ujar Ika.
Ika memaparkan, pasien tersebut diduga mengalami infeksi di bagian paru-paru. Pada Selasa ini, pasien itu berada dalam kondisi stabil. Namun, untuk memastikan penyebab penyakit sang pasien, RSUP Dr Sardjito tetap mengirimkan sampel pasien ke laboratorium Kementerian Kesehatan di Jakarta.
Hasil uji laboratorium itu penting untuk mengetahui apakah pasien tersebut terinfeksi Covid-19 atau tidak. Hasil uji laboratorium tersebut kemungkinan keluar dalam tiga hingga empat hari ke depan.
Menurut Ika, sebelum menerima pasien tersebut, RSUP Dr Sardjito pernah merawat lima pasien lain yang berstatus Dalam Pengawasan karena memiliki gejala mirip dengan infeksi Covid-19. Lima pasien itu terdiri dari empat warga negara asing (WNA) asal China dan satu warga negara Indonesia (WNI).
Ika menambahkan, lima pasien tersebut dinyatakan negatif atau tidak terinfeksi Covid-19. ”Empat WNA itu sudah pulang ke negaranya. Sementara satu WNI itu juga dalam kondisi baik dan dinyatakan negatif,” ujarnya.
Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Dr Sardjito, Rukmono Siswishanto, menyatakan, hingga saat ini belum ada pasien di rumah sakit itu yang dinyatakan positif terinfeksi Covid-19. Oleh karena itu, dia mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak perlu panik dengan informasi mengenai Covid-19.
”Tidak usah terjadi kepanikan yang tidak perlu karena akan merugikan kita sendiri,” ujar Rukmono.
Rukmono juga memastikan, RSUP Dr Sardjito siap menangani pasien yang diduga terinfeksi Covid-19. Kesiapan itu mencakup penyiapan tenaga medis, peralatan, dan ruang perawatan.
Secara terpisah, Tim Respons Covid-19 Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, mengimbau masyarakat menjaga perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah infeksi Covid-19. Salah satunya dengan membiasakan diri mencuci tangan. Selain itu, daya tahan tubuh juga perlu dijaga dengan mengonsumi makanan bergizi agar tubuh tak mudah terserang penyakit.
”Lakukan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) dan jaga asupan makanan yang bergizi. Itu adalah upaya pencegahan yang bisa dilakukan masyarakat. Kami imbau masyarakat tidak terlalu panik,” kata Person In Charge Tim Respons Covid-19 UGM, Riris Andono Ahmad.
Riris menjelaskan, Covid-19 ditularkan melalui percikan batuk, bersin, atau saat seseorang berbicara. Percikan itu dapat terlontar dalam jarak 1-2 meter. Seseorang bisa tertular penyakit itu apabila berada dalam jarak tersebut. Virus itu juga bisa menempel di benda dan bertahan cukup lama jika berada di ruangan yang cukup dingin.
”Penyakit ini menular dengan cara seperti itu. Oleh karena itu, akan lebih efektif dicegah dengan cara mencuci tangan dengan menggunakan sabun antiseptic atau cairan hand sanitizer yang berbasis alkohol. Ini menjadi titik utama kita melakukan pencegahan,” kata Riris.
Sementara itu, ahli farmakologi UGM, Mustofa, mengatakan, masyarakat Indonesia mempunyai kearifan lokal yang bisa digunakan untuk menjaga daya tahan tubuh. Caranya dengan mengonsumsi empon-empon atau tanaman obat, seperti jahe dan kunyit. Tanaman-tanaman itu mengandung zat yang mampu menjaga imunitas tubuh.
”Ketika sistem imun bagus, orang akan resisten terhadap infeksi, terutama virus. Di satu sisi, penemuan antivirus untuk obat baru membutuhkan waktu lama dan investasi besar. Maka, kita perlu meningkatkan sistem imun dengan memperbaiki konsumsi makanan dan meminum tanaman obat yang sudah dikenal nenek moyang kita,” tutur Mustofa.