Diterpa Disrupsi Digital, Kantor Berita Australia AAP Tutup
›
Diterpa Disrupsi Digital,...
Iklan
Diterpa Disrupsi Digital, Kantor Berita Australia AAP Tutup
Sebanyak 600 karyawan akan kehilangan pekerjaan, termasuk 100 fotografer kontrakan, 200 wartawan, dan 300 orang yang bekerja di bidang personalia, keuangan, administrasi, dan pelapor hasil akhir pertandingan olahraga.
Oleh
Harry Bhaskara (dari Brisbane, Australia)
·3 menit baca
BRISBANE, KOMPAS — Keengganan orang membayar untuk membeli berita dan menguatnya era digital membunyikan lonceng kematian bagi kantor berita Australian Associated Press. Hal ini disebutkan Bruce Davidson, CEO AAP, Selasa (3/3/2020), saat mengumumkan penutupan kantor berita AAP.
Kantor berita AAP merupakan kantor berita terkemuka di Australia yang berusia 85 tahun. Lembaga media itu dimiliki beberapa grup media, antara lain Nine Entertainment Co., News Corp Australia, The West Australian, dan Australian Community Media.
”News dan Nine telah memutuskan menentukan nasib mereka sendiri,” ujar Davidson merujuk pada dua pemegang saham utama yang memutus kerja sama dengan AAP, seperti dikutip Sydney Morning Herald (SMH), yang kini juga menjadi milik Nine.
AAP dilanggan oleh media-media lokal di Australia dan internasional. Kantor berita itu memproduksi beragam berita, dan dikenal kuat dalam breaking news dan fotografi. Namun, jumlah pelanggan yang menurun, disertai kompetisi dari Facebook dan Google, mengakhiri kerja sama bernilai 15 juta dollar Australia dengan Nine dan News Corp.
Sebanyak 600 karyawan akan kehilangan pekerjaan, termasuk 100 fotografer kontrakan, 200 wartawan, dan 300 orang yang bekerja di bidang personalia, keuangan, administrasi, dan pelapor hasil akhir pertandingan olahraga. ”Inilah kenyataan malang dari disrupsi media. Kami bukan perusahaan media pertama yang tutup dan bukan pula yang terakhir. Dunia media habis diterpa era digital,” kata Davidson, seperti dikutip SMH.
Davidson mengimbau pemerintah agar memaksa raksasa digital Google dan Facebook membayar konten yang mereka unggah dan menyalahkan orang-orang yang menggunakan internet untuk menghindari pembayaran (paywall) karena semua akan tutup apabila orang tidak sudi membayar untuk membaca berita. Ia mengambil contoh mobil Holden yang digemari orang, tetapi tak ada yang mau membeli.
”Kita bersedih karena Holden sudah tidak ada lagi, tetapi sebenarnya kita bertanggung jawab atas hilangnya Holden,” ujarnya merujuk mobil terkenal di Australia yang sudah menutup pabriknya.
Inilah kenyataan malang dari disrupsi media. Dunia media habis diterpa era digital.
Tragedi terbesar penutupan AAP, tutur Davidson, adalah karena kantor berita ini tidak memiliki agenda. ”Kami hanya melaporkan fakta. Mungkin itulah nilai yang paling berharga yang akan hilang,” katanya.
Kepala staf AAP Tony Gillies, yang sudah 16 tahun bekerja di AAP, mengatakan bahwa kantor berita itu sudah menjadi bagian hidupnya. ”Saya sangat mencintai (AAP). Tetapi, saat ini, sejatinya, prioritas saya pada staf dan membantu pemegang saham agar bertransisi dengan mulus dari AAP,” katanya.
Media digital Guardian dan Daily Mail sangat bergantung pada AAP untuk breaking news mereka.
Hari menyedihkan
Serikat pekerja media (Media Entertainment and Arts Alliance) mengatakan, penutupan AAP mencerminkan sikap para pemegang saham yang tidak bertanggung jawab.
Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan, penutupan AAP yang memilki rekam jejak yang gemilang adalah ”hari yang menyedihkan”. ”Mereka memiliki sejarah yang membanggakan dan apabila lembaga penting, seperti AAP, harus ditutup… sangatlah meresahkan,” katanya, seperti dikutip SMH.
Pemimpin oposisi Anthony Albanese mengungkapkan, penutupan AAP merupakan tragedi demokrasi yang akan meninggalkan kekosongan besar. ”Rakyat Australia kehilangan informasi dengan penutupan ini, ini sebuah tragedi,” ujarnya.
Mantan Perdana Menteri Kevin Rudd dan Malcolm Turnbull memuji AAP melalui cuitan di Twitter. ”Banyak orang Australia tidak sadar bahwa dengan laporannya yang obyektif, AAP menjadi kekuatan pengimbang bagi Murdoch yang berusaha mengindoktrinasi rakyat Australia dengan mendandani kenyataan dengan gaya Fox.” Rudd mencuit di Twitter merujuk pada raja media, Rupert Murdoch, yang juga pemilik Fox news.