Rp 7 Triliun-Rp 8 Triliun untuk Beli Kembali Saham
›
Rp 7 Triliun-Rp 8 Triliun...
Iklan
Rp 7 Triliun-Rp 8 Triliun untuk Beli Kembali Saham
Pembelian kembali saham sedang dikaji perusahaan BUMN. Pemerintah berkeyakinan rencana itu perlu direalisasikan untuk menjaga kondisi pasar modal.
Oleh
Agnes Theodora, Aris Prasetyo
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah meminta sejumlah perusahaan badan usaha milik negara untuk membeli kembali saham mereka untuk meningkatkan kepercayaan pasar di tengah kondisi pasar modal yang lesu akibat wabah Covid-19. Ada 12 emiten BUMN yang akan membeli kembali saham mereka dengan nilai total Rp 7 triliun sampai Rp 8 triliun.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga di Jakarta, Selasa (10/3/2020), mengatakan, aksi korporasi pembelian saham kembali (buyback)itu diperlukan untuk merespons kondisi pasar yang lesu saat ini. Selain Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sedang turun, nilai fundamental sejumlah perusahaan juga telah melebihi nilai transaksi di pasar.
”Karena kondisi global seperti ini, semua turun, kita juga ikut turun. Makanya, kita perlu kembali menaikkan market confidence. Ini hanya untuk sementara saja, pelan-pelan (saham) dilepas kembali sambil melihat kondisi,” kata Arya.
Perusahaan BUMN di sektor perbankan yang akan membeli kembali saham mereka adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, dan PT Bank Tabungan Negara Tbk. Di sektor karya atau infrastruktur adalah PT Wijaya Karya Tbk, PT Waskita Karya Tbk, PT Jasa Marga Tbk, PT PP Tbk, dan PT Adhi Karya Tbk. Sementara, di sektor pertambangan adalah PT Aneka Tambang Tbk, PT Timah Tbk, dan PT Bukit Asam Tbk.
Arya menambahkan, realisasi rencana pembelian kembali saham itu diserahkan kepada setiap korporasi. ”Kami minta mereka untuk cepat. Kondisi pasar turun sampai 7 persen, kita perlu melakukan aksi-aksi korporasi tertentu seperti ini sampai kepercayaan pasar kembali meningkat,” katanya.
Dikaji
Terkait kebijakan pembelian kembali saham, Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk Arviyan Arifin membenarkan bahwa kebijakan tersebut sudah ada dalam rencana internal perusahaan. Pihaknya tengah mengkaji dan menghitung waktu yang tepat untuk membeli kembali saham. ”Waktu dan jumlahnya sedang kami kaji,” ujar Arviyan saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Sampai dengan 29 Februari 2020, pemegang saham Bukit Asam terdiri dari PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) sebesar 65,93 persen, Saham Treasuri Bukit Asam 2,87 persen; dan sisanya oleh publik sebesar 31,2 persen.
Bukit Asam membukukan laba bersih pada 2019 sebesar Rp 4,1 triliun. Perolehan laba bersih ini lebih rendah dibandingkan dengan 2018 yang mencapai Rp 5 triliun lantaran harga rata-rata batubara yang merosot tajam.