Buaya Sungai Palu, Tunggu Tuah Tangan Ahli Biologi Satwa Liar dari AS
›
Buaya Sungai Palu, Tunggu Tuah...
Iklan
Buaya Sungai Palu, Tunggu Tuah Tangan Ahli Biologi Satwa Liar dari AS
Ahli biologi satwa liar Amerika Serikat, Forrest Galante, terjun untuk menyelamatkan buaya berkalung ban di Sungai Palu. Galante akan beraksi mulai pekan ini.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·4 menit baca
Penyelamatan buaya muara terjerat atau ”berkalung” ban di Sungai Palu, Kota Palu, Sulawesi Tengah, terus berlanjut. Setelah gagal bersama ahli penanganan satwa liar dari Australia pada pertengahan Februari, kini giliran ahli biologi satwa liar Amerika Serikat, Forrest Galante, yang menjalani misi penyelamatan. Tuah tangan Galante patut ditunggu.
Forrest Galante yang juga pembawa acara Extinct or Alivedi televisi berbayar Animal Planet tiba di Palu, Sulteng, Selasa (10/3/2020). Dia membawa tujuh anggota tim dengan dua di antaranya tim inti yang akan membantunya menjalankan misi. Mereka bergabung dalam tim Satuan Tugas Penyelamatan Satwa Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulteng.
Galante menyambangi kantor BKSDA Sulteng untuk berkoordinasi dengan tim instansi tersebut. Ia sempat melihat buaya muara (Crocodylus porosus) yang ada di kandang transit BKSDA Sulteng. Sebelum operasi dilakukan, ia terlebih dahulu mempresentasikan alat dan metode yang digunakan agar tim secara keseluruhan bisa mengambil bagian dalam upaya tersebut. Setelah izin ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Galante bekerja dalam seminggu ke depan.
Galante menyampaikan, dirinya akan menggunakan banyak metode atau alat, antara lain jaring, perangkap, dan harpun (tombak bergigi). ”Kami memiliki banyak metode berbeda. Kami akan menggunakan alat tersebut dengan melihat situasi. Kami akan melihat kondisi lingkungan juga untuk menentukan alat mana yang cocok dipakai. Pada intinya akan ada kombinasi,” katanya saat ditanya terkait alat atau metode yang akan digunakan di Palu, Sulteng, Selasa.
Ia meyakinkan alat-alat tersebut sering ia gunakan untuk penyelamatan buaya di Afrika, Amerika Utara, dan Australia. Alat-alat tersebut aman, bahkan untuk penyelamatan buaya dan satwa liar umumnya.
Berdasarkan izin yang diajukan KLHK, Galante dan tim turut mendokumentasikan upaya penyelamatan tersebut untuk acara yang diasuhnya. Terkait hal itu, ia menegaskan akses publik, terutama wartawan, tak akan dibatasi.
Dalam akun Instagram forrest.galante ditampilkan banyak foto dan video Galante bercengkerama dengan berbagai jenis satwa liar, seperti ular, singa, buaya, dan penyu.
Galante menjadi ahli satwa liar luar negeri kedua yang bergabung untuk menyelamatkan buaya berkalung ban di Palu dalam sebulan terakhir. Sebelumnya, ahli penanganan satwa liar dari Australia, Matthew Wright, terlibat dalam operasi, tetapi gagal menangkap untuk mengeluarkan ban dari leher buaya tersebut. Bersama tim BKSDA, ia bekerja selama 1 minggu.
Buaya muara dengan panjang sekitar 4 meter tersebut terdeteksi terjerat ban sejak pertengahan 2016. Saat itu, ban masih terlihat longgar. Seiring waktu dengan terus membesarnya buaya, ban tampak mencekik leher buaya. Upaya penyelamatan dilakukan untuk mengakhiri derita satwa liar tersebut.
Soal ban tersebut, ada dua dugaan yang berkembang selama ini. Dugaan pertama, ban secara tak sengaja masuk ke leher buaya saat ban terapung di sungai sebagaimana sampah lainnya. Dugaan kedua, ban tersebut sengaja ”dipakaikan” karena buaya tersebut sempat dipelihara orang. Ban itu dimaksudkan sebagai tanda.
Namun, BKSDA Sulteng belum bisa memastikan dugaan mana yang lebih benar karena belum ada investigasi khusus terkait hal itu.
Sebelum Matthew dan kini Galante, sudah banyak upaya yang dilakukan. Selain tim BKSDA Sulteng, berbagai pemerhati juga pernah terlibat dalam operasi, seperti selebritas pencinta satwa liar Panji dan ahli satwa liar dari Australia pada 2017. Semua upaya tersebut gagal.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Sulteng, yang Ketua Satgas Penyelamatan Satwa Haruna Hamma, menyatakan telah meyampaikan secara singkat kondisi lapangan (sungai dan muara) serta alat-alat yang digunakan selama ini. ”Harapan kami, ya, semoga mereka memakai alat dan metode yang baru dari yang selama ini kami gunakan. Kita maunya ini tidak gagal lagi,” ucapnya.
Harapan kami, ya, semoga mereka memakai alat dan metode yang baru dari yang selama ini kami gunakan. Kita maunya ini tidak gagal lagi.
Terkait mulai pastinya operasi, Harunna hanya menyebutkan, ”Kalau sudah jelas, lebih cepat lebih baik.”
Warga Palu yang sering menyaksikan buaya tersebut juga berharap agar derita buaya tersebut segera berakhir. Safrudin (60), warga Besusu Barat, Kecamatan Palu Timur, yang beraktivitas di muara Sungai Palu, menyatakan, tim harus menggunakan semua alat yang mungkin untuk penyelamatan. ”Kami kasihan lihat buaya ini. Ia menderita. Ini harus segera diakhiri,” ucapnya.