Pihak rumah sakit sulit menyelamatkan nyawa pasien karena mereka datang ke RS dalam kondisi ”dengue shock syndrome” (DSS), atau tahapan lanjut dari DBD.
Oleh
PRADIPTA PANDU MUSTIKA
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Satu pasien demam berdarah dengue atau DBD di Kota Bogor, Jawa Barat, kembali meninggal setelah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Palang Merah Indonesia, Bogor. Total sejak Januari hingga 13 Maret 2020 tercatat lima orang di Kota Bogor meninggal akibat DBD.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor Sri Nowo Retno, di Bogor, Jumat (13/3/2020), mengatakan, kelima pasien DBD itu meninggal di rumah sakit. Pihak RS sulit menyelamatkan nyawa pasien karena mereka datang ke RS dalam kondisi dengue shock syndrome (DSS), atau tahapan lanjut dari DBD.
”Masa kritis pasien itu di hari keempat dan kelima. Pada hari keenam, pasien akan drop. Kalau tidak tertangani, asupan cairan kurang, dia akan jatuh ke kondisi shock. Ketika sudah DSS, di RS akan sulit penanganannya meski sudah masuk ke ruang PICU,” tutur Retno.
Retno menjelaskan, keterlambatan penanganan bisa terjadi karena pasien tidak segera mendapat pertolongan di fasilitas kesehatan terdekat. Hal ini tidak terlepas dari mayoritas orang yang menganggap pasien DBD hanya demam biasa.
”Kami berkoordinasi dengan rumah sakit untuk menekankan agar pasien yang datang dalam keadaan demam lebih dari dua hari agar cek darah dan trombosit secara berkala. Hal ini dilakukan agar diagnosis bisa diketahui dan dapat diantisipasi lebih awal,” ujar Retno.
Retno pun kembali menegaskan terkait perlunya gerakan pemberantasan sarang nyamuk melalui puskesmas dan posyandu di setiap kecamatan. Gerakan pembersihan lingkungan ini lebih penting dan efektif memberantas jentik-jentik nyamuk jika dibandingkan dengan penyemprotan (fogging) yang hanya membunuh nyamuk dewasa.
Dinkes Kota Bogor mencatat, kelima pasien DBD yang meninggal itu merupakan anak-anak berusia di bawah 10 tahun. Dua pasien DBD meninggal saat dirawat di RS PMI, sedangkan tiga pasien lainnya meninggal di RS Ummi Bogor dan RS Juliana Bogor.
Jumlah kasus DBD terbanyak di Kota Bogor hingga saat ini terjadi pada bulan Februari dengan 63 kasus. Sementara pada Januari lalu, Dinkes Kota Bogor mencatat terdapat 43 kasus. Adapun pada Maret hingga Kamis (12/3/2020) tercatat 24 kasus. Jadi, total sejak Januari hingga saat ini 130 kasus.
Sementara itu, di Kabupaten Bogor, Dinkes Kabupaten Bogor mencatat terdapat 210 kasus DBD sejak Januari hingga pertengahan Maret 2020. Namun, angka ini masih tergolong rendah jika dibandingkan pada tahun lalu yang mencapai 600 kasus pada periode yang sama.
Bupati Bogor Ade Yasin mengatakan, sampai saat ini belum ada pasien DBD di Kabupaten Bogor yang meninggal. Dia juga menyebut mayoritas pasien DBD pada tahun ini di Kabupaten Bogor sembuh setelah menjalani perawatan di tingkat puskesmas.
Dalam mengantisipasi penyebaran DBD, Dinkes Kabupaten Bogor telah menginstruksikan petugas puskesmas melakukan program gerakan serentak DBD. Gerakan ini dilakukan dengan cara menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang bekas (3M).