Distribusi Bahan Kebutuhan Warga di Sejumlah Negara Terganggu
›
Distribusi Bahan Kebutuhan...
Iklan
Distribusi Bahan Kebutuhan Warga di Sejumlah Negara Terganggu
Kebijakan penutupan wilayah (”lockdown”) di banyak negara membuat distribusi pasokan bahan kebutuhan pokok bagi warga yang menjalani kebijakan itu terhambat. Ongkos pengiriman barang juga naik hingga lima kali lipat.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
LONDON, RABU — Distribusi pasokan bahan kebutuhan pangan bagi warga yang sedang menjalani penutupan atau pembatasan wilayah (lockdown) untuk menekan penyebaran coronavirus disease 2019 atau Covid-19 di beberapa negara terganggu.
Perusahaan pengiriman logistik di Eropa, misalnya, kini berjuang untuk mendistribusikan barang kebutuhan, seperti bahan makanan dan obat-obatan, melalui jalur darat, laut, dan udara. Mereka menghadapi kendala, mulai dari menemukan pengemudi truk yang cukup untuk mengirim barang lewat jalur darat hingga terbatasnya penerbangan kargo.
Adanya penimbunan barang dan kepanikan penduduk untuk memborong kebutuhan makanan dan obat-obatan juga menjadi hambatan yang lain. ”Gangguan rantai pasokan sudah bergeser dari Timur ke Barat,” kata Mohammed Esa, kepala komersial perusahaan logistik global, Agility, di Eropa.
Perusahaan-perusahaan kargo yang biasa mengantar bahan kebutuhan pokok menyatakan bahwa mereka sangat kesulitan mendistribusikan obat-obatan dan bahan makanan yang mudah rusak di tengah banyaknya maskapai penerbangan yang menghentikan operasional penerbangan kargonya.
”Yang normalnya bisa dikirim dua atau tiga hari sekarang bisa lebih lama dua kali lipat. Itu pun konsumen harus mengambilnya di bandara dan membawanya dengan truk melewati perbatasan,” kata Esa.
Keputusan Amerika Serikat yang melarang warga asing masuk juga diperkirakan telah mengurangi 85 persen kapasitas kargo udara. Konsekuensinya, biaya pengiriman barang melalui udara naik lima kali lipat.
Barang-barang kebutuhan dari Eropa ke AS dialihkan ke tempat lain, seperti Meksiko dan Kanada. Akibatnya, waktu sampainya kiriman barang lebih lama dan memakan biaya lebih mahal.
”Biaya layanan pengiriman barang dari Eropa ke AS kini 5 sampai 10 euro per kilogram. Dulu dalam kondisi normal biayanya kurang dari 1 euro per kilogram,” kata Jochen Freese, kepala komersial Hellmann Worldwide Logistics yang berbasis di Jerman.
Sebagai perusahaan logistik, kami tidak sanggup lagi menanggung kenaikan harga itu.
”Ini adalah kenaikan yang tinggi, dan saya yakin beberapa maskapai tidak akan lagi beroperasi sehingga mengalihkan pengiriman melalui laut jadi pilihan. Sebagai perusahaan logistik, kami tidak sanggup lagi menanggung kenaikan harga itu,” ujar Freese.
Presiden konfederasi transportasi dan logistik Italia, Conferta, Guido Nicolini, menyatakan bahwa anggotanya mengalami masalah di sejumlah perbatasan, seperti Austria. Pemeriksaan di perbatasan telah memperlambat pengiriman, sementara waktu pengemudi mengantarkan barang di beberapa negara dibatasi.
”Lockdown” di India
Sementara itu, di India, warga memadati toko bahan makanan dan apotek untuk membeli persediaan makanan dan obat-obatan dalam menghadapi kebijakan penutupan selama tiga minggu yang diperintahkan oleh Perdana Menteri Narendra Modi.
Setelah Modi mengumumkan kebijakan penutupan atau lockdown melalui siaran televisi, warga di kota-kota besar di India, seperti di Delhi, Mumbai, dan Bengaluru, berburu bahan kebutuhan pokok dengan memanfaatkan empat jam waktu yang ada sebelum kebijakan itu berlaku efektif.
”Tidak ada instruksi yang jelas, polisi bilang kami harus menutup toko,” kata Ram Agarwal, pedagang grosir di Delhi yang tokonya dipadati pembeli yang mencari makanan kering dan susu.
Anthony Thomas, pekerja di perusahaan layanan pengantaran susu yang biasanya mengirim 150 liter susu setiap pagi di Delhi, mengatakan bahwa majikannya menyuruhnya untuk tinggal di rumah. ”Tidak ada informasi pasokan untuk besok,” katanya. (REUTERS)