Sentimen negatif membalikkan Indeks Harga Saham Gabungan pada sesi kedua perdagangan, Rabu (1/4/2020). Investor khawatir terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pasar modal kembali terkoreksi setelah sempat berada di zona positif sepanjang sesi pertama perdagangan di bursa saham, Rabu (1/4/2020). Gejolak di bursa saham terjadi setelah perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia anjlok.
Pada perdagangan Rabu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup melemah 1,61 persen atau 72,89 poin ke level 4.466,04. Sepanjang perdagangan hari ini, investor asing membukukan aksi jual bersih senilai Rp 69,78 miliar.
Volatilitas IHSG sepanjang perdagangan Rabu cukup tinggi. Sempat dibuka turun 0,61 persen ke level 4.510,88, IHSG melonjak 1,8 persen menjadi 4.624,89 mulai pukul 09.35 WIB. Namun, pada perdagangan sesi kedua, IHSG anjlok ke level 4.459,02 dan bertahan di zona merah hingga penutupan perdagangan.
Kepala Riset Valbury Sekuritas Alfiansyah mengatakan, persepsi investor terpengaruh prediksi Bank Dunia terhadap perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dapat turun tajam tahun ini. Selain itu, dana stimulus penanganan Covid-19 Indonesia relatif kecil dibandingkan dengan negara-negara lain. Bank Dunia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 sebesar 2,1 persen.
”Hal ini menjadi sentimen negatif bagi pasar sehingga sinyal tersebut berdampak pada keputusan transaksi investor ke pasar saham Indonesia,” ujarnya.
Koreksi IHSG sejalan dengan bursa saham di kawasan Asia lain, di antaranya Indeks Nikkei 225 Jepang yang melemah 4,5 persen, indeks Hang Seng Hong Kong melemah 2,19 persen, dan indeks Straits Times Singapura melemah 1,65 persen.
Analis Indopremier Sekuritas, Mino, menyebutkan, kekhawatiran investor mulai muncul saat Kementerian Keuangan memaparkan dua kemungkinan dampak Covid-19 terhadap perekonomian jika upaya penghentian penyebaran Covid-19 tidak sesuai dengan ekspektasi.
”Pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa terkoreksi hingga hanya mencapai 2,3 persen untuk tahun ini, bahkan dalam skenario terburuk bisa minus 0,4 persen. Prediksi ini tentu membuat investor khawatir,” ujarnya.
Adapun frekuensi perdagangan saham sebanyak 535.123 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan 6,11 miliar lembar saham senilai Rp 7,27 triliun. Sebanyak 267 saham harganya turun, sebanyak 129 saham harganya naik, dan 131 saham harganya tidak bergerak, menahan penguatan IHSG. Adapun kapitalisasi pasar saham Indonesia sebesar Rp 5.162 triliun.