Pembungkaman wartawan bisa dilakukan atas nama apa pun. Di Mesir, wartawan ditangkap dan ditahan, bahkan tanpa alasan jelas hingga bebas dengan jaminan.
Oleh
Editor
·2 menit baca
Pembungkaman wartawan bisa dilakukan atas nama apa pun. Di Mesir, wartawan ditangkap dan ditahan, bahkan tanpa alasan jelas hingga bebas dengan jaminan.
Kejadian itu menimpa Pemimpin Redaksi Mada Masr, Lina Attalah. Menurut Penasihat hukum Attalah, Hassan al-Azhari, hingga dibebaskan dengan jaminan, Minggu (17/5/2020), alasan penangkapan dan penahanannya belum jelas. Mada Masr adalah media investigatif yang populer di Mesir, dan satu dari ratusan media digital yang diblok Pemerintah Mesir.
Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi berulang kali melecehkan Mada Masr dan jurnalisnya. Pada November 2019, pasukan keamanan menggerebek kantornya, sempat menahan Attalah dan dua jurnalis lainnya. Hal itu terjadi hanya sehari setelah Mada Masr menulis pasukan keamanan menangkap seorang editornya, Shady Zalat, dari rumahnya di Kairo. Zalat kemudian dibebaskan.
Sebagian negara di dunia mengurangi tahanannya, justru di Mesir mereka menambah tahanan dengan jurnalis.
Rabu (13/5/2020), Haisam Hasan Mahgoub, wartawan Al Masry Al Youm, ditangkap aparat dengan dugaan membantu pendanaan terorisme dan menyebarkan berita palsu. Jurnalis foto, Moataz Abdel Wahab, juga menghadapi tuduhan yang sama. Namun, Penasihat Hukum Mahgoub, Karim Abdelrady, menyatakan, aparat tak merinci yang disebut berita palsu.
Komite Perlindungan Wartawan (CPJ) yang berbasis di New York, Amerika Serikat, mengaitkan penangkapan Mahgoub dengan tulisannya soal peningkatan penderita Covid-19 dan kisah human interest terkait pandemi itu. ”Sebagian negara di dunia mengurangi tahanannya, justru di Mesir mereka menambah tahanan dengan jurnalis, alih-alih membiarkan mereka meliput pandemi itu,” ujar Sherif Mansour, Koordinator Komite untuk Timur Tengah dan Afrika Utara.
Para pejabat Mesir semakin sering menggunakan tuduhan tidak jelas untuk membungkam dan memenjarakan kritikus atau kelompok oposisi. Maret lalu, Mesir mengusir koresponden surat kabar Inggris The Guardian,Ruth Michaelson, gegara artikelnya yang mengindikasikan tingkat infeksi Covid-19 lebih tinggi daripada yang dilaporkan secara resmi.
Sejak menduduki jabatan presiden pada 2013, Presiden El-Sisi berusaha membatasi gerak oposisi, pengkritik dianggap sebagai teroris, dan memaksa setiap berita sesuai garisnya atau menghilangkan berita itu. Dalam empat tahun terakhir, hingga akhir 2019, Mesir telah menahan sedikitnya 26 wartawan, termasuk wartawan Al Jazeera, Mahmoud Hussein, yang ditahan selama tiga tahun tanpa dakwaan.
Wakil Direktur Timur Tengah dan Afrika Utara Human Rights Watch (HRW) Joe Stork menegaskan, Presiden El-Sisi menggunakan pandemi untuk memperluas kekuasaannya. ”Mereka harus menangani masalah kesehatan warga tanpa menempatkan alat penindasan tambahan,” kata Stork.
Upaya pembungkaman wartawan, apalagi tanpa tuduhan jelas, harus ditolak. Namun, kita perlu mencari cara agar jurnalistik tetap menjadi oase di tengah tsunami informasi tanpa membuat tersinggung sebanyak mungkin audiensnya.