Seperti hanya terjadi di banyak negara di dunia, tingkat kunjungan wisatawan merosot tajam akibat pandemi Covid-19. Bali adalah salah satu provinsi di Indonesia yang paling siap menyongsong dibukanya sektor pariwisata.
Oleh
ARIS PRASETYO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 menyebabkan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara atau wisman ke Indonesia pada April 2020 hanya sebanyak 160.000 orang atau merosot 87,44 persen dibandingkan periode yang sama pada 2019. Pulau Bali adalah salah satu contoh provinsi yang paling siap apabila sektor pariwisata mulai dibuka secara bertahap.
Dalam telekonferensi pers, Selasa (2/6/2020), Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, pada Maret 2020 jumlah kunjungan wisman ke Indonesia sebanyak 471.000 orang. Secara akumulatif, sejak Januari 2020 hingga April, kunjungan wisman mencapai 2,7 juta orang.
Perayaan Tahun Baru 2020 dan hari raya Imlek berkontribusi tinggi terhadap kunjungan wisman pada Januari 2020 yang sebanyak 1,2 juta orang.
”Namun, dampak pandemi Covid-19 bagi pariwisata sangat besar dan berdampak pada sektor pendukungnya, seperti industri kreatif dan tingkat hunian kamar. Perlu dipikirkan pada masa mendatang agar sektor ini bisa pulih seperti sediakala,” katanya.
Dampak pandemi Covid-19 bagi pariwisata sangat besar dan berdampak pada sektor pendukungnya, seperti industri kreatif dan tingkat hunian kamar. Perlu dipikirkan pada masa mendatang agar sektor ini bisa pulih seperti sediakala.
Merosotnya jumlah kunjungan wisman juga berdampak terhadap tingkat penghunian kamar hotel klasifikasi bintang di Indonesia. Pada April 2020, tingkat hunian hanya 12,67 persen atau turun dibandingkan dengan Maret 2020 yang sebesar 32,24 persen. Adapun pada April 2020, tingkat hunian mencapai 53,9 persen.
Bali jadi percontohan
Dalam keterangan resmi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyebutkan, Bali adalah provinsi yang paling siap apabila sektor pariwisata dibuka secara bertahap. Selain pengendalian pandemi Covid-19 yang sangat baik di Bali, masyarakat di Bali juga memiliki kesadaran kolektif untuk menjaga kearifan lokal yang terjaga hingga kini.
Daerah lain di Indonesia bisa juga siap menyongsong normal baru sektor pariwisata apabila memenuhi kriteria penanganan pandemi Covid-19. Bali bisa menjadi model atau contoh nasional.
”Bali berkembang dan bertransformasi di sektor pariwisata sejak lebih dari 100 tahun lalu. Masyarakatnya memiliki kesadaran kolektif yang tinggi dan selalu belajar dari krisis ke krisis dan berupaya mempertahankan keseimbangan,” ujar Pelaksana Tugas Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan pada Kemenparekraf Frans Teguh.
Bali adalah provinsi yang paling siap apabila sektor pariwisata dibuka secara bertahap.
Frans menambahkan, model pariwisata berkelanjutan akan menjadi model yang tepat bagi pengembangan pariwisata di Indonesia pascapandemi Covid-19. Peningkatan kekuatan kearifan lokal bisa menjadi modal strategis dan unik bagi pemasaran wisata di Indonesia. Begitu pula pola pelayanan berbasis kearifan lokal di sektor pariwisata.
Sektor pariwisata masih menjadi andalan bagi pemerintah Indonesia sebagai penyumbang devisa. Sebelum terjadi pandemi Covid-19, sektor ini ditargetkan menyumbang devisa sebanyak 20 miliar dollar AS. Namun, akibat pandemi merebak, Kemenparekraf memperkirakan sektor pariwisata berpotensi kehilangan devisa hingga 50 persen.