Penggunaan Media Digital oleh Pelaku UMKM Meningkat Selama Pandemi
›
Penggunaan Media Digital oleh ...
Iklan
Penggunaan Media Digital oleh Pelaku UMKM Meningkat Selama Pandemi
Survei menemukan, penggunaan media digital sekitar 50 persen pelaku UMKM meningkat selama pandemi. Namun, tak sedikit yang kesulitan bekerja dari rumah, antara lain karena hambatan biaya internet dan koneksi tak stabil.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Transformasi digital menjadi kebutuhan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah dalam mengembangkan bisnis. Pemanfaatan teknologi digital pun meningkat di masa pandemi Covid-19.
”Pertama, dari hasil survei kami, sekitar 50 persen pelaku usaha meningkat penggunaan media digitalnya, seperti media sosial, e-dagang, dan materi pendidikan online (daring) selama pandemi,” kata Presiden Komisaris Sea Group Pandu P Sjahrir saat memaparkan hasil survei terkait revitalisasi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Indonesia secara virtual, di Jakarta, Kamis (2/7/2020).
Survei tersebut dilakukan pada pertengahan Juni 2020 terhadap 20.000 anak muda dengan 10 persen lebih di antaranya adalah pelaku usaha. Sea adalah perusahaan internet yang berbasis di Singapura dan berfokus pada pasar Asia Tenggara dan Taiwan dengan visi memperbaiki kehidupan konsumen dan bisnis kecil dengan teknologi.
Kedua, survei itu menunjukkan bahwa pelaku UMKM mengubah strategi pemasaran untuk meningkatkan penjualan. Sebanyak 45 persen pelaku usaha muda berjualan lebih aktif di platform e-dagang.
”Satu dari lima adalah pengguna baru e-dagang. Mereka adalah pelaku usaha yang bergerak di industri rumahan, student entrepreneur yang membantu ekonomi keluarga, pelaku di sektor ritel, pertanian, ataupun kesehatan,” ujar Pandu.
Ketiga, UMKM mengubah strategi produksi dan jenis barang. Mereka mulai memproduksi barang yang populer di saat pandemi, seperti masker dan penyanitasi tangan.
Tren peningkatan pemanfaatan media digital akan terus berlanjut setelah pandemi Covid-19. Sekitar 70 persen pelaku usaha mengakui bahwa mereka akan terus memanfaatkan media digital melalui e-dagang, yakni untuk berjualan dan berbelanja, dan media sosial.
Pandu menilai perlunya meningkatkan digitalisasi UMKM di semua sektor. Pemerintah Indonesia telah melakukan langkah-langkah penting dalam membantu UMKM memanfaatkan media digital.
”Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan ke depan adalah layanan internet yang lebih terjangkau, peningkatan literasi digital secara inklusif, akses pinjaman modal yang mudah, serta menambah keterampilan baru bagi bisnis terdampak,” ujar Pandu.
Ada tiga tantangan utama UMKM selama pandemi Covid-19, yakni di sisi pasokan, arus kas, dan permintaan. Di sisi pasokan, 63 persen lebih UMKM menyatakan sulit bekerja dari rumah. Hambatan utama bekerja dari rumah terutama karena biaya internet mahal dan tidak stabil, perlu interaksi fisik dengan konsumen, dan pendanaan modal.
Terkait arus kas, sebanyak 26 persen pelaku UMKM menyatakan modal menjadi hambatan ketika mereka bekerja dari rumah. ”Para pelaku usaha sangat bergantung kepada pendanaan eksternal selama pandemi Covid-19,” ujar Pandu.
Di sisi permintaan, terjadi perubahan perilaku belanja, konsumen cenderung lebih berhati-hati dan belanja dalam jaringan (daring) lebih populer. Survei terhadap 20.000 anak muda Indonesia berusia 16-35 tahun menemukan sebanyak 59 persen merencanakan meningkatkan tabungan darurat.
Sebanyak 21 persen responden menghadapi kesulitan pendanaan modal selama pandemi Covid-19. Sebanyak 57 persen lebih hati-hati terhadap pengeluaran; mereka belajar untuk membeli sesuai kebutuhan dan bukan keinginan. ”Sebanyak 51 persen responden memanfaatkan e-dagang untuk memenuhi kebutuhan belanja,” kata Pandu.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, di tengah pandemi Covid-19 UMKM terdampak dari sisi pasokan dan permintaan. ”Produksi terganggu, distribusi terganggu, konsumsi juga menurun. Demikian pula permasalahan arus kas dan permodalan,” katanya.
Di sisi lain, ada harapan bagi UMKM sebagai sektor yang dapat mendinamiskan perekonomian. Percepatan pemulihan ekonomi nasional dibutuhkan karena sudah banyak data dan survei menunjukkan dampak pandemi Covid-19 bagi UMKM.
”Meski UMKM terdampak cukup dalam, ada yang masih bisa bertahan atau tumbuh, yakni yang sudah terhubung ke pasar daring,” kata Teten.
Saat ini, baru 13 persen atau 8 juta pelaku UMKM yang terhubung ke ekosistem digital. Merujuk target yang disampaikan Presiden Joko Widodo, Teten menuturkan, Kementerian Koperasi dan UKM harus segera mempercepat transformasi digital UMKM.
”Targetnya menjadi 10 juta hingga akhir tahun. Beberapa waktu lalu, kami bertemu para pelaku e-dagang. Saya kira perlu kita garap bersama-sama agar nanti 10 juta itu bisa kita lampaui di akhir tahun,” katanya.
Pelaku UMKM, Joko Purnomo, menuturkan, Covid-19 berdampak bagi bisnis. Omzet di toko luar jaringan turun. ”Tapi, saya merasa beruntung karena sudah masuk ke platform digital,” kata Joko yang bergerak di bisnis suvenir.
Joko pun mencermati adanya pergeseran perilaku konsumen yang awalnya berbelanja secara luring menjadi daring. Hal itu menjadikan Joko bersama timnya bertekad mengoptimalkan ruang berbisnis di ranah daring.