Di tengah pandemi Covid-19, Indonesia bersiap menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun 2021. Selalu ada asa kesuksesan sebagai peserta dan pelaksana.
Oleh
Editor
·3 menit baca
Di tengah pandemi Covid-19, Indonesia bersiap menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun 2021. Selalu ada asa kesuksesan sebagai peserta dan pelaksana.
Presiden Joko Widodo menunjuk Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali sebagai Ketua Panitia Penyelenggara Piala Dunia Sepak Bola U-20 (INAFOC). Salah satu tugas utama INAFOC tak lain adalah menyiapkan infrastruktur Piala Dunia U-20 di enam kota.
Penunjukan Menpora itu direspons positif Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan. Menurut Iriawan, penunjukan Menpora ini membuat PSSI bisa berkonsentrasi pada penampilan tim nasional Indonesia (Kompas, 3/7/2020).
Penugasan kepada Menpora, dan respons positif Ketua Umum PSSI, menjadi awal baik bagi pelaksanaan Piala Dunia U-20. Konsentrasi berbeda kedua institusi memungkinkan optimalisasi Indonesia sebagai negara penyelenggara sekaligus peserta.
Indonesia memiliki pengalaman mengesankan ketika pada 2018 sukses menjadi tuan rumah Asian Games-Asian Paragames. Di tengah keterbatasan persiapan, terutama terkait infrastruktur, RI dinilai sukses menggelar kejuaraan multicabang Asia tersebut. Ini sepatutnya menginspirasi Menpora untuk optimal menyiapkan infrastruktur Piala Dunia U-20.
Soal keberhasilan dari sisi prestasi? Ini jauh lebih menarik. Bisa dibilang, prestasi kita di level senior sudah lama berlalu, yakni saat meraih peringkat keempat sepak bola Asian Games 1986 dan medali emas SEA Games 1991. Indonesia perlu prestasi kekinian guna mengakhiri paceklik prestasi.
Kedua prestasi di tingkat yunior itu seharusnya jadi pemacu bagi PSSI untuk memompa prestasi di Piala Dunia U-20.
Di level yunior, RI dua kali juara AFF, yakni U-19 pada 2013 dan U-16 pada 2018, keduanya saat kita menjadi tuan rumah. Kedua prestasi di tingkat yunior itu seharusnya jadi pemacu bagi PSSI untuk memompa prestasi di Piala Dunia U-20.
Beberapa penampilan tim nasional senior kita di sejumlah kejuaraan Piala Asia layak menjadi catatan introspeksi. Dari beberapa perhelatan, Indonesia tampil impresif pada laga perdana fase grup, tetapi lalu kalah pada dua laga berikut.
Pada Piala Asia 2007, saat Indonesia menjadi salah satu tuan rumah, Firman Utina dan kawan-kawan tampil meyakinkan dan menang 2-1 atas Bahrain pada laga awal Grup D. Namun, penampilan itu gagal dipertahankan pada dua laga berikutnya sehingga kalah 1-2 dari Arab Saudi dan 0-1 dari Korea Selatan. Fenomena serupa terjadi pada Piala Asia 1996. Laga pertama seri 2-2 melawan Kuwait, salah satunya melalui gol fenomenal Widodo C Putra, tetapi kemudian tumbang 2-4 dari Korsel dan 0-2 dari Uni Emirat Arab.
Pada Piala Dunia U-20, dengan posisi sebagai tuan rumah, pemerintah menargetkan ”Garuda Muda” lolos ke 16 besar. Adapun PSSI menetapkan target lolos ke delapan besar.
Target itu sepatutnya diikuti persiapan matang demi prestasi terbaik. Pencinta sepak bola Indonesia meyakini, banyak pemain bertalenta di negeri ini, tetapi prestasi masih sulit diraih. PSSI sebagai federasi sepak bola nasional mempunyai tanggung jawab untuk mengakhiri dahaga prestasi itu.